Tampilkan postingan dengan label kasih. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kasih. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 07 Juni 2014

Tunduk kepada YAHWE Adalah Kunci Menjadi Ayah dan Suami yang Berhasil

Diterjemahkan dari  postingan Derek Prince di halaman FB-nya

Otoritas saudara sebagai seorang suami dan ayah tergantung pada penundukan saudara kepada Yeshua. Jika saudara benar-benar berserah kepada-Nya sebagai kepala, semua otoritas langit akan mengalir melalui saudara kepada keluarga saudara, dan saudara akan berfungsi secara efektif sebagai kepala. Tetapi jika saudara tidak tunduk kepada Yesus, saudara bisa saja berteriak dan menghentak-hentakkan kaki, saudara bisa saja marah dan bahkan melakukan kekerasan, tetapi saudara tidak akan pernah memiliki satu hal: kuasa sejati yang dikaruniakan YAHWE yang memampukan saudara menjadi kepala yang efektif untuk keluarga saudara.

Menjadi ayah adalah panggilan TUHAN yang sama mulianya dengan menjadi penginjil atau pendeta. Jika TUHAN telah memanggil saudara untuk menjalani salah satu pelayanan tersebut, saudara tidak akan hanya mengandalkan kekuatan saudara sendiri. Saudara akan mencari Dia untuk karunia khusus yang saudara perlukan agar bisa berhasil. Dengan cara yang sama, saudara perlu untuk mempercayai YAHWE demi karunia yang saudara perlukan untuk menjadi ayah yang sukses.

Berikut adalah kutian dari Ibrani 4:16 untuk menguatkan saudara:
Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
Ketahuilah bahwa melalui Yeshua saudara memiliki akses langsung kepada tahta TUHAN, yang memerintah seluruh alam semesta dan yang mengendalikan setiap situasi dan kehidupan orang per orang. Perhatikan juga  bahwa itu adalah takhta karunia, yang diberikan secara cuma-cuma, perkenanan TUHAN bagi semua orang yang datang melalui pengorbanan Yeshua di kayu salib. Saudara diundang untuk datang dengan berani, bukan ragu-ragu.




Baca juga:
Pemberitaan Injil dalam Masa Penganiayaan
Beribadah kepada YAHWE: Pilihan yang Terbaik
Teladan Ketaatan dari Emily Gloria Wilson
Mendapatkan Hati Tuhan

 

 


Jumat, 11 April 2014

Menjadi Ember Pengisi, Bukan Ember Penyerap bagi Kebaikan Orang Lain

Diterjemahkan dari posting Victoria Osteen di dinding FB-nya pada tanggal 12 April 2014

Saudara mungkin pernah mendengar tentang aturan emas: Lakukan kepada orang lain seperti kamu ingin diperlakukan oleh mereka. Tapi tahukah saudara ini sebenarnya adalah sebuah prinsip rohani. Dalam kitab Kejadian, kita melihat bahwa sistem Tuhan sudah diatur atas dasar menabur dan menuai. Benih yang saudara tanam ke orang lain akan memberikan tuaian dalam kehidupan saudara sendiri sebagai imbalan.

Akhir pekan lalu dalam pelayanan gereja, saya menceritakan tentang kisah anak-anak yang saya bacakan suatu waktu untuk anak-anak saya yang berbicara tentang bagaimana kita semua membawa ember emosional. Ketika ember sudah penuh, saudara merasa bahagia, puas dan bersemangat. Ketika ember kosong, saudara merasa down dan putus asa.

Di dunia ini, ada "ember pengisi" dan "ember penyerap." Sebuah ember pengisi adalah orang yang menambahi emosi bak kepada orang lain dengan mendorong mereka dan berinvestasi dengan kata-kata dan tindakan baik. Ketika ember pengisi menuangkan emosi baik ke orang lain, mereka menemukan bahwa ember mereka sendiri juga terisi juga. Ember penyerap, di sisi lain, adalah mereka yang mengambil kekuatan dari orang-orang dengan menggunakan kata-kata kasar, kritis atau negatif. Mereka tidak hanya menguras ember orang lain, tetapi mereka juga mengurangi isi mereka sendiri.

YAHWE ingin kita menjadi ember pengisi. Dia ingin kita menggunakan hidup dan sumber daya kita untuk membantu orang menjadi yang terbaik yang mereka dapat. Saya jadi ingat tentang Petrus, salah seorang murid Yesus. Petrus adalah pribadi yang impulsif. Dia mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya, dan dia harus tumbuh dalam banyak bidang. Terlepas dari kelemahan kepribadian Petrus, sangat mengejutkan, Yesus menyebutnya dalam hal positif. Dia berkata, "Petrus, kamu adalah batu." Arti nama Petrus yang sebenarnya adalah "kerikil," dan saya bertanya-tanya apakah ia merasa seperti kerikil kecil di kali, terutama setelah beberapa kesalahan bodohnya. Namun demikian, Yesus mengingatkan Petrus akan Petrus masa depan yang sedang dalam proses pembentukan - batu kuat dan kokoh. Dia berbicara potensi dan kepercayaan diri dalam kehidupan Petrus, dan kita harus mengikuti teladan tersebut dalam hubungan kita.

Hari ini, mari kita mencari cara untuk menjadi ember pengisi bukan ember penyerap. Alih-alih mengingatkan orang kegagalan dan kesalahan mereka, mari kita lihat batuan padat di dalam orang tersebut dan berbicara positif tentang seperti apakah mereka setelah jadi. Tuangkan semangat ke orang lain dan lihatlah bagaimana Tuhan akan mengisi semangat Anda kembali!

Nasihatilah satu dengan yang lain setiap hari, selama masih ada yang disebut “hari ini”. (Ibrani 3:13, ATY Draft)



Sabtu, 15 Maret 2014

Biarkan YAHWE Mencurahkan Berkat-NYA Saat Saudara Mengampuni

Diterjemahkan dari postingan Victoria Osteen dalam facebooknya tgl 15 Maret 2014


Alkitab memerintahkan kepada kita untuk mengampuni, tapi begitu banyak orang mengalami kesulitan dengan itu. Begitu banyak orang memiliki kesalahpahaman tentang pengampunan. Beberapa orang berpikir bahwa mereka tidak bisa memaafkan karena itu "terlalu sulit." Mereka terluka terlalu dalam atau mengalami penghinaan atau pengkhianatan yang terlalu menyakitkan. Namun dalam kenyataannya, lebih sulit bagi kita ketika kita memilih untuk tidak mengampuni. Kepahitan tidak menyakiti orang yang melukai Anda, melainkan hanya menghujam ke dalam hati Anda sendiri dan menjauhkan Anda dari berkat yang terbaik yang berasal dari Tuhan. Kepahitan dan tidak mau mengampuni memisahkan Anda dari Tuhan. Mereka memblokir aliran berkat-Nya dan menghambat doa-doa Anda. Tapi, memilih pengampunan membuka pintu hati Anda dan membuat jalan bagi Tuhan untuk mengerjakan mujizat dalam hidup Anda.

Banyak orang tahu bahwa pada tahun 1981 ibu mertua saya, Dodie Osteen, didiagnosa menderita kanker hati dan dokter memberitahu bahwa ia hanya memiliki beberapa minggu untuk hidup. Pada waktu itu belum ada perawatan medis untuk penyakit semacam itu, dan para dokter mengatakan tidak ada yang bisa mereka lakukan. Dia dan suaminya, John, pulang ke rumah setelah mereka mendengar laporan itu, mereka berlutut, dan meminta mujizat kepada Tuhan. Dodie melakukan segala hal yang diketahuinya agar bisa berada dalam posisi untuk menerima keajaiban-NYA. Setiap kali dia menceritakan kisahnya, dia berbicara tentang bagaimana salah satu kunci utama baginya untuk menerima kesembuhan YAHWE adalah kesediaannya untuk melepaskan perasaan terluka itu dan menjaga hatinya tetap bersih melalui kekuatan pengampunan. Dia menceritakan bagaimana dia menulis surat pengampunan kepada suaminya, anak-anak, orang tua, atau siapapun yang bisa diingatnya yang mungkin telah terluka atau tersinggung oleh dirinya atau yang mungkin telah menyinggung atau menyakitinya. Ia pergi 1 mil lebih jauh untuk memastikan hatinya terbebas dari luka yang akan menghambat penyembuhan dari YAHWE di dalam hidupnya. Butuh waktu sekitar satu tahun baginya untuk teguh berdiri dan berjuang melewati semua gejala, tapi dia menerima mujizat kesembuhan dan benar-benar bebas dari kanker hari ini.

Sangat penting untuk menyadari bahwa memaafkan adalah lebih dari kata-kata belaka, melainkan sikap hati yang membuahkan transformasi spiritual. Kadang-kadang kita tidak harus merasa senang mengampuni, tapi ketika kita rendah hati taat kepada YAHWE di area ini, Dia akan mengerjakan keajaiban dalam hidup kita. Pengampunan tidak berarti bahwa apa yang orang lain lakukan itu benar atau bisa dimaafkan. Pengampunan tidak berarti bahwa insiden itu tidak masalah. Pengampunan berarti bahwa Anda mempercayai Tuhan untuk membuat perbedaan dan membiarkan Dia untuk memindahkan Anda dari melewati rasa sakit Anda ke tujuan ilahi Anda. Saya pernah mendengar bahwa mengampuni adalah seumpama membebaskan tahanan dan kemudian Anda menyadari bahwa tahanan itu adalah Anda sendiri. Anda dapat memilih kebebasan hari ini dengan memilih pengampunan.

Biarkan saya mendorong Anda, jika seseorang telah bersalah kepada Anda dan Anda masih mendapatkan perasaan sakit di dalam hati ketika Anda melihat atau memikirkan orang itu, bawa hal itu kepada YAHWE dan ijinkan Dia untuk menjaga hati Anda tetap lembut dan peka. Jangan biarkan luka menjauhkan Anda dari yang terbaik dari-NYA. Sebaliknya, pilihlah kasih, serahkan itu kepada YAHWE, dan dapatkan penyembuhan melalui pengampunan!

"Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu." (Markus 11:25)

Selasa, 11 Maret 2014

Pilihlah untuk Mencintai, Bahkan Orang yang Sulit Sekalipun, Maka Perasaanmu Akan Ikut Berubah

Diterjemahkan secara agak bebas dari posting Victoria Osteen di halaman facebooknya 12 Maret 2014

Bukankah menyenangkan jika semua orang dalam hidup saudara selalu ramah dan mendukung saudara, mereka tidak pernah bertengkar, selalu setuju dengan saudara, dan tidak pernah membuat saudara jengkel? Tapi kebenarannya adalah, kita semua menjadi orang yang sedikit sulit dari waktu ke waktu. Kita semua menghadapi keadaan sulit, kita semua pernah mengalami stres, kita semua kadang-kadang kesal, dan kita bahkan mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya. Yang penting adalah bahwa ketika orang-orang lain di sekitar kita sedang sulit atau berperan sebagai "amplas," kita dapat melihat melampaui tindakan mereka dan mencintai mereka sebagaimana Kristus telah mengasihi kita .

Beberapa waktu yang lalu, aku merasa memiliki seseorang dalam hidup saya yang agak sulit. Aku selalu bersikap baik kepadanya. Aku selalu memasang senyum kepadanya. Salah satu temankuyang cukup mengenalku mengatakan bahwa dia bisa melihat bahwa aku sedang mengalami kesulitan dengan orang ini. Pada awalnya, aku mencoba mengesampingkan pemikiran tersebut, "Oh, aku baik-baik saja kok dengan orang itu. Ia tidak menggangguku." Tapi ketika aku benar-benar memeriksa hatiku sendiri, aku menyadari aku lebih terfokus pada gangguan yang ditimbulkan orang ini daripada fokus untuk mencintai orang ini. Aku tahu aku harus melakukan sesuatu untuk keluar dari hal ini dan menunjukkan cinta bahkan ketika aku tidak benar-benar merasakannya. Aku tahu bahwa jika aku akan mengubah tindakanku, perasaanku akan mengikuti.

Saudara lihat, cinta dimulai dengan pilihan. Kita bisa memilih untuk mencintai seseorang bahkan jika ia adalah orang sulit. Iman dan cinta berjalan beriringan. Kadang-kadang kita harus mencintai dengan iman. Saudara tidak perlu iman untuk hal-hal yang sudah saudara miliki, Saudara perlu iman untuk hal-hal yang tidak saudara memiliki. Jika saudara tidak memiliki cinta untuk seseorang, dengan iman, bertindaklah seakan-akan saudara mencintainya sampai perasaan saudara menjadi selaras dengan Firman Tuhan!

Apakah saudara tahu apa yang terjadi? Suasana di sekitarku berubah. Ketika aku keluar dari cara pandangku untuk orang ini, perasaanku terhadapnya berubah. Suasana ketika kami bersama-sama berubah. Sekarang terasa berbeda, dan aku memuji Tuhan bahwa temanku membantuku untuk naik lebih tinggi dalam kasihku untuk orang lain!

Kita harus ingat, orang lain tidak akan berubah seperti yang kita harapkan. Kita harus membuat pilihan untuk mengasihi orang-orang di sekitar kita karena cinta memiliki efek supranatural. Jika saudara ingin mengubah emosi saudara hari ini, ubahlah tindakan dan pikiran saudara karena ketika saudara memilih cinta, itu akan mengubah perasaan saudara!

"Orang yang mengasihi orang-orang lain, sabar dan baik hati. Ia tidak meluap dengan kecemburuan, tidak membual, tidak sombong. Ia tidak angkuh, tidak kasar, ia tidak memaksa orang lain untuk mengikuti kemauannya sendiri, tidak juga cepat tersinggung, dan tidak dendam." (1 Korintus 13:4-5, BIS)

Choose Love Not Power: How to Right the World's Wrongs from a Place of Weakness Choose. Love.

Jumat, 07 Maret 2014

Pilihlah untuk Mencintai, bahkan Mereka yang Tidak Mudah untuk Dicintai


Jika Anda bertanya kepada kebanyakan orang apa itu cinta, mereka akan mengatakan bahwa cinta adalah perasaan atau emosi. Kita memang sering menggambarkan apa yang kita rasakan terhadap orang-orang terdekat kita sebagai cinta, tapi sebenarnya, cinta menurut Kitab Suci bukan tentang perasaan kita. Alkitab mengatakan untuk memilih mencintai. Itu berarti cinta adalah sebuah pilihan. Ini adalah pilihan untuk memperlakukan orang lain sesuai dengan Firman Tuhan daripada menurut apa yang kita rasakan karena jujur saja, kita tidak selalu merasa dicintai.

Sangat mudah untuk mengasihi orang-orang yang mencintai kita kembali. Sangat mudah untuk bersabar dan baik kepada orang-orang yang sabar dan baik kepada kita. Tapi, bagaimana dengan orang-orang yang membuat frustrasi dan menjengkelkan? Bagaimana dengan orang-orang yang terus-menerus memperlakukan kita dengan cara yang salah atau tampaknya tidak pernah melakukan hal-hal dalam cara yang kita ingin? Saya menyebut orang-orang ini "manusia amplas". Ini adalah ketika kita harus membuat pilihan untuk mencintai. Tuhan tidak akan memaklumi kita dan berkata, "Oh, tidak usah repot-repot untuk mencintai mereka, mereka mengganggu Saya, juga." Tidak, Tuhan adalah kasih. Ketika kita memilih cinta, kita memilih Tuhan dan jalan-Nya .

Jika Tuhan mengatakan agar kita menunjukkan kasih, berarti hal itu memang mungkin. Dia tidak akan meminta kita melakukan sesuatu yang tidak bisa kita lakukan. Tapi kadang-kadang, kita harus mencintai dengan iman. Ingat, kita tidak perlu iman untuk hal-hal yang sudah kita miliki. Kita perlu iman untuk hal-hal yang tidak kita memiliki. Jika kita tidak memiliki cinta untuk seseorang, kita dapat menunjukkan cinta dengan iman. Kita dapat melakukan apa yang tertulis di 1 Korintus 13 untuk bersabar dan menunjukkan kebaikan hati dan percaya untuk yang terbaik dalam diri orang lain. Cara tercepat untuk mengubah perasaan kita adalah mengubah tindakan kita!

Saya suka apa yang tertulis dalam Kolose 3:12-14, kita harus "mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, panjang sabar." Kita harus "menanggung satu sama lain" -- khususnya “manusia amplas” -- dan kita harus memaafkan satu sama lain. Tapi kemudian kitab ini mengatakan, "Di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan." Kasih adalah apa yang menyatukan kita dan mengikat kita kepada Kristus.

Sama seperti kita memilih apa yang akan kita kenakan hari ini, kita dapat memilih bagaimana memperlakukan orang. Kita dapat memilih cinta. Ingat, orang-orang yang sulit untuk dicintai adalah orang-orang yang membutuhkannya. Cinta adalah pilihan, jadi pilihlah cinta hari ini!


Diterjemahkan secara bebas dari postingan FB fanpage Victoria Osteen, 7 Maret 2014



Choose Love Not Power: How to Right the World's Wrongs from a Place of Weakness Choose. Love.

Minggu, 21 Juli 2013

Kisah Marta dan Maria: Hati-Hati dengan Pelayanan Anda

Lukas 10:38-42
(38) Ketika Yeshua dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yeshua dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Lukas 10: 38-42 menceritakan kunjungan Yesus di rumah Marta dan Maria. Marta sibuk melayani, namun Maria malahan duduk dekat kaki Yeshua dan mendengarkan perkataan-Nya. Marta merasa bahwa apa yang dilakukan saudaranya, Maria, itu kurang pas dan meminta Yeshua untuk menyuruhnya membantunya. Tetapi Yeshua malah mengatakan bahwa Marta [terlalu] kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Sedangkan Maria dikomentari sebagai "memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Apa yang dikatakan Yeshua ini mungkin sulit untuk dimengerti atau bahkan mencengangkan kita. Tetapi apa sebenarnya yang bisa kita pelajari dari peristiwa dan perkataan Yeshua di dalam perikopa ini?

Marta dengan maksud yang amat baik, menyiapkan segala sesuatu untuk melayani Yeshua dan murid-murid-Nya yang datang berkunjung. Apakah ini sesuatu tidak perlu? Apakah ini tidak baik? Tentu ini perlu dan baik. Tentu saja Yeshua dan murid-murid-Nya lapar dan butuh disiapkan makanan dan minuman. Jadi perbuatan Marta ini tidak salah. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Pertama, "Marta sibuk sekali melayani". Kedua, Marta merasa memiliki hak untuk menetapkan standar hidup [kristiani]. Apakah tidak boleh kalau seseorang memiliki standar? Tentu saja boleh, dan bahkan harus. Tetapi Marta kebablasan dan berdasarkan standar itu ia menilai atau menghakimi orang lain yang tidak seperti dirinya.

Dari sini kita bisa belajar, bahwa ketika kita sibuk melayani, ikut kegiatan gereja ini dan itu, jangan sampai kita terlalu sibuk karena memiliki standar/ukuran akan sebuah mutu pelayanan dan kemudian merasa bahwa pelayanan kita atau kesibukan kita itu merupakan sebuah ukuran kekristenan atau sebuah way of life kristiani yang semestinya. Terlalu banyak urusan atau kesibukan dan keinginan untuk menyelesaikan banyak hal dengan "sempurna" atau baik kalau tidak hati-hati akan menjebak diri sendiri di dalam perangkap arogansi "taraf kekristenan". Coba cek, apakah kita pernah berpikir atau merasa bahwa mereka yang tidak melayani adalah warga gereja kelas dua? Karena kita sudah pelayanan, ikut kegiatan ini itu, maka kita merasa lebih baik daripada orang lain.

Selain itu, pelayanan yang terlalu sibuk, bisa melencengkan motivasi kita. Kita menjadi kuatir kalau-kalau pelayanan kita kurang sempurna. Di sini ada bahaya: mencari muka, mencari kehormatan. Ketika melayani, kita layak bertanya: apa motivasi kita di dalam melayani? Hanya mencari kesibukan? Agar diterima dalam komunitas? Untuk mencari popularitas? Untuk lari dari masalah di dalam keluarga?

Dan kalu tidak hati-hati, pelayanan kita bisa menjadi sia-sia. Teguran Yeshua kepada Marta mengingatkan kita bahwa ketika kita melayani, jangan sampai kita sendiri malah kehilangan hubungan pribadi dengan Dia yang mau kita layani. Sibuk pelayanan, rutinitas pelayanan, beban pekerjaan pelayanan, kalau tidak hati-hati bisa membuat kita kehilangan waktu intim bersama YAHWE.

Ketika melayani, biarlah pelayanan itu mengalir dari kedalaman hubungan kita dengan YAHWE, mengalir dari rasa syukur dan kasih kita kepada-Nya. Dan biarlah setiap pelayanan kita, semakin mendekatkan kita dengan-Nya, dengan Dia yang kita layani, bukan malah menjauhkannya.

Jadi: Cek lagi pelayanan Anda.


Baca juga:
Melayani Karena Kasih
Dipanggil untuk Melayani
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Membangun mezbah Tuhan
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam

Kamis, 06 Juni 2013

Perwahyuan YAHWE bagi Jemaat di Efesus: Janganlah Idealisme Menghilangkan Kasih Mula-Mula

First Love: A HIstoric Gathering of Jesus Music Pioneers A New Kind of Love  1st Timothy - 'United in a Common Purpose' (First Love Discipleship Series)



Wahyu 2:2-3
Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.

Jemaat Efesus adalah jemaat yang memiliki standar yang tinggi. Mereka mau bekerja keras, tekun. Oleh karena standarnya yang tinggi ini, mereka tidak mentolerir orang yang jahat maupun orang yang menafik. Mereka tidak bisa sabar terhadap orang jahat dan menguji orang "yang baik" untuk mengetahui kemurnian orang tersebut. Dan mereka menemukan bahwa banyak orang yang menyebut diri rasul ternyata adalah pendusta. Jemaat Efesus juga sabar dalam penderitaan karena Nama YAHWE. Mereka bekerja dan melayani tanpa mengenal lelah.

Gambaran ini merupakan sebuah gambaran yang sempurna dari suatu jemaat. Sabar melayani, tabah menderita, tidak kenal lelah, tidak mau kompromi, dan menginginkan suatu kelompok jemaat yang tanpa cacat. Mereka tidak membiarkan orang jahat berada di tengah-tengah mereka dan tidak bisa mentolerir (tidak sabar terhadap) orang-orang yang demikian. Mereka juga tidak menerima begitu saja orang yang memiliki maksud baik (mengaku diri sebagai rasul) sebelum menguji ketulusan dan kesungguhan mereka dan tidak pernah membiarkan adanya pendusta di tengah-tengah mereka. Mereka menjadi saksi YAHWE dan pelayan yang setia. Mereka juga membenci ajaran sesat (pengikut Nikolaus, ayat 6), yang juga dibenti oleh YAHWE.

Tetapi ternyata terhadap jemaat yang "sempurna" ini YAHWE memiliki catatan negatif:

Wahyu 2:4-5
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

YAHWE menunjukkan bahwa jemaat yang memiliki standar tinggi ini ternyata menghadapi sebuah risiko yang cukup serius: mereka bisa meninggalkan kasih yang mula-mula. Dan ... ternyata, YAHWE mengingatkan, jemaat yang memiliki standar yang sangat tinggi ini bisa jatuh ... dan tidak sekadar jatuh ... mereka bisa jatuh amat sangat dalam.

Kehilangan kasih mula-mula bagi YAHWE merupakan suatu dosa yang serius, suatu kejatuhan yang cukup dalam,  sehingga orang yang mengalaminya harus segera bertobat. Dan kehilangan kasih mula-mula itu gampang menghinggapi orang-orang atau jemaat yang memegang standar yang tinggi. Kenapa? Karena jemaat yang demikian memiliki harapan yang tinggi. Orang yang memiliki harapan yang tinggi di sisi lain akan sangat mudah dibuat kecewa oleh harapannya sendiri. Kekecewaan terhadap orang lain yang mereka anggap memiliki banyak kelemahan dan yang kurang sempurna. Mereka gampang terfokus kepada kekurangan dan kelemahan dan bukannya kepada sesuatu yang baik dan yang positif. Mereka bisa menjadi terlalu peka terhadap setiap kelemahan dan menjadi terlalu kritis .... dan akibatnya mereka menjadi gampang sekali untuk kecewa.

Akibat lebih jauh dari kekecewaan ini adalah hilangnya kasih mula-mula. ... dan YAHWE tidak berkenan kepada jemaat yang meninggalkan kasih yang mula-mula. YAHWE mengingatkan kepada jemaat Efesus untuk segera bertobat .. untuk segera memulihkan kasih mula-mula ... untuk melakukan kembali apa yang semula mereka lakukan (ayat 5). YAHWE mengingatkan bahwa kekecewaan yang dibiarkan terlalu lama menguasai akan membuat jemaat kehilangan "kaki dian". Kaki dian berbicara mengenai hidup yang menjadi terang, hidup yang menjadi berkat, hidup yang menjadi saksi YAHWE. Dengan kata lain, kekecewaan bisa merenggut semuanya yang masih ada: kesetiaan dalam bersaksi dan melayani.



The Pastor's First Love: And Other Essays on a High and Holy Calling First Love



Baca juga:
The Story of Love: Mengasihi Tuhan
Memberi Adalah Bukti Kasih
Melayani Karena Kasih
Pembelaan Iman Stefanus di Hadapan Mahkamah Agama
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe

 

 

 




Minggu, 10 Februari 2013

Memberi Adalah Bukti Kasih

Giving: How Each of Us Can Change the World 29 Gifts: How a Month of Giving Can Change Your Life


Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (Yohanes 15:13)

Ada sebuah pepatah yang mengatakan ‘Kita bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi tidak mungkin bisa mengasihi tanpa memberi.’ Memberi adalah bukti kasih. Ketika kita memberi kepada anak kita, atau kepada orang tua kita, atau kepada kekasih/suami/istri kita, maka kita melakukannya karena kita mengasihi mereka. Memberi adalah respon yang otomatis dari mengasihi.

Suatu pagi yang sunyi di Korea tiba-tiba dipecahkan oleh suara mortir yang jatuh di atas sebuah rumah yatim piatu. Atapnya  hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng berhamburan ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Tim medis didatangkan dan mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan gadis itu secepatnya adalah darah.

Setelah melihat arsip di rumah yatim piatu itu, dokter mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu dan menanyakan, “Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk gadis kecil ini?” anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter memohon, “Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk teman kalian, karena jika tidak ia akan meninggal.” Akhirnya ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.

Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah. “Tenang saja, tidak akan sakit kok,” kata perawat itu. Lalu dokter mulai memasukkan jarum, ia mulai menangis. “Apakah sakit?” tanya dokter itu. Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. “Aku telah menyakiti bocah ini.” Kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya.

Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu. “Apakah sakit?”
Bocah itu menjawab, “Tidak, tidak sakit.”
“Lalu kenapa kamu menangis?” tanya dokter itu.
“Karena aku sangat takut untuk meninggal.” Jawab bocah itu.
Dokter itu tercengang. “Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?”
Dengan air mata mengalir di pipinya, bocah itu menjawab, “Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku.”
Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, “Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?”
Sambil tetap menangis ia berkata, “Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya.”

Memberi adalah bukti kasih. Ketika kita mengasihi, maka kita tidak akan tahan untuk tidak memberi. Sekalipun seluruhnya harus dikorbankan.

Memberi adalah bukti kasih. Memberi adalah respon otomatis dari mengasihi.

Bapa kami bersyukur Engkau sudah memberikan bukti kasih-Mu kepada kami dengan memberikan Anak-Mu yang tunggal untuk menebus dosa kami. Kami rindu membalas kasih-Mu dengan mengasihi Engkau lebih lagi dan memberikan yang terbaik bagi-Mu. Di dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin

Baca juga:
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi

Giving to God: The Bible's Good News about Living a Generous Life The Art of Giving: Where the Soul Meets a Business Plan

Rabu, 23 Januari 2013

Mengutamakan YAHWE di Atas Segalanya

Jawan Yesus: "Hukum yang terutama ialah; Dengarlah, hai orang Israel, YAHWE Elohim kita, YAHWE itu esa. Kasihilah YAHWE, Elohimmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu" (Markus 12:29-30)

Tuhan menetapkan hukum yang terutama adalah supaya kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita. Itu artinya, Tuhan menginginkan supaya kita mengutamakan Tuhan di atas segala-galanya. Kalau kita mengutamakan Tuhan di atas segalanya, maka hidup kita akan terfokus kepada Tuhan, tidak ada yang lebih penting bagi kita selain Tuhan saja. Pengejaran hidup kita hanyalah bagaimana supaya kita bisa menyenangkan hati Tuhan dan melakukan kehendak-Nya. Sementara fokus hidup kita adalah mengutamakan Tuhan, maka urusan kehidupan kita yang lain akan menjadi tanggung jawab Tuhan. Tuhanlah yang akan menjadi penyedia segala kebutuhan hidup kita, karena hidup kita berkenan dan menyenangkan hati-Nya.

Seorang pengusaha dan juga seorang pengurus gereja di Solo mengalami betapa indahnya ketika ia hidup dan belajar untuk mengutamakan Tuhan. Ia seorang panitia dalam pembangunan gedung gereja. Suatu hari ia menerima telepon dari gereja untuk rapat pembuatan mimbar gereja, dan mengingat sudah mepetnya waktu dengan jadwal peresmian gereja, maka diharapkan semua panitia bisa hadir.

Saat itu pengusaha itu agak ragu, karena sebetulnya hari itu ia ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan. Tetapi ia belajar untuk menomorsatukan Tuhan terlebih dahulu. Ia percaya bahwa semua urusan pekerjaannya pasti akan ditolong Tuhan. Ia memutuskan untuk mengikuti rapat pembangunan tersebut.

Rapat berlangsung cukup lama, sampai hampir sore hari, sehingga praktis ia tidak bisa mengurusi pekerjaannya. Namun justru di situlah sesuatu yang sangat ajaib terjadi. Sepulang dari rapat di gereja, tiba-tiba teleponnya berdering, dan yang meneleponnya ternyata adalah seorang supplier besar yang ingin membeli produk dari pengusaha tersebut. Padahal sudah sejak lama pengusaha ini berusaha menjual produknya kepada supplier itu tetapi selalu ditolak. Sekarang ini justru tiba-tiba supplier itu sendiri yang menghubungi dn ingin membeli produk dari pengusaha tersebut dalam jumlah yang besar. Dan bukan hanya sampai di situ saja, pada sore yang sama, seorang supplier besar yang lain juga menghubunginya dan mengatakan ingin membeli produk dari pengusaha itu juga.

Sungguh ajaib sekali apa yang Tuhan kerjakan. Kalau Dia diutamakan, maka urusan hidup kita yang lain Dia yang akan menolong!

Bapa, ajar kami untuk mengutamakan Engkau lebih dari apa pun dalam hidup kami. Kami rindu menyenangkan hati-Mu dan mendapat perkenanan di hadapan-Mu. Kami percaya bahwa urusan hidup kami yang lain ada di dalam kendali-Mu sepenuhnya. Terimakasih Bapa. Di dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin


Baca juga:
YAHWE yang Dapat Diandalkan
YAHWE Sumber Berkat
Kornelius, Berkat bagi Orang yang Mencari YAHWE dengan Tulus
Yesus Segera Memberikan Pertolongan
Memulai Hari Baru Bersama Tuhan
Tuhanlah Perisaiku

 

Selasa, 22 Januari 2013

Melayani Karena Kasih

Karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)

Tuhan mengasihi, maka Ia memberikan Anak-Nya bagi kita. Tuhan Yeshua mengasihi, maka Ia melayani jiwa-jiwa. Ia bahkan rela memberikan nyawa-Nya bagi kita yang dikasihi-Nya. Melayani berarti mengasihi dan melayani berarti memberi. Memberikan waktu kita, perhatian kita, mengorbankan perasaan kita, bahkan apa yang kita ingini sendiri, untuk orang lain. Bukan karena terpaksa, tapi karena kasih. Melayani berarti memberikan apa yang kita sendiri butuhkan untuk orang lain karena kasih.

Dilihat dari usianya Pak Suyatno tidak muda lagi, 58 tahun. Kesehariannya ia merawat isrinya yang juga telah usia. Mereka menikah lebih dari 32 tahun. Mereka dikaruniai 4 orang anak. Lalu mulailah cobaan datang. Sesudah melahirkan anaknya yang keempat tiba-tiba kaki istrinya lumpuh, tidak bisa digerakkan lagi. Seluruh hidupnya jadi lemah, lidahnya pun tidak dapat digerakkan. Tiap-tiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia meletakkan istrinya di depan TV agar isrinya tidak jadi kesepian. Walaupun istrinya tidak dapat berbicara, namun ia senantiasa melihat istrinya tersenyum. Untunglah tempat usaha pak Suyatno tida terlalu jauh dari rumahnya hingga sianghari ia bisa pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya ia pulang memandikan istrinya, mengganti baju dan menemani istrinya nonton TV sembari menceritakan apa-apa yang dia alami seharian. Meskipun istrinya sendiri hanya dapat memandang namun hati Pak Yatno sudah cukup senang. Kebiasaan ini dikerjakan pak Suyatno kurang lebih 25 tahun, namun dengan sabar ia merawat istrinya dan membesarkan keempat anak mereka.

Inilah yang namanya melayani keluarga. Inilah kasih yang sejati itu. Tanpa kasih Tuhan memenuhi hati kita, kita tidak mungkin mengasihi dan melayani seperti itu. Tanpa kasih Elohim, kita tidak akan mampu untuk berkorban dan mengalahkan ego kita sendiri.

Hari ini mintalah kasih Tuhan memenuhi hati Anda sehingga Anda dimampukan untuk mengasihi dan melayani keluarga Anda. Bukan dengan kasih kita yang terbatas, tapi dengan kasih Elohim yang tak terbatas. Seorang pria sejati, seorang imam dalam keluarga, bersedia melayani keluarga lebih dahulu. Dan teladan kita ialah Tuhan Yeshua. Dia terlebih dahulu mengasihi kita, sehingga kita pun mengasihi Dia. Dia terlebih dahulu berkorban bagi kita, sehingga kita un juga rela berkorban bagi Dia. Dia terlebih dahulu melayani kita, sehingga kita pun juga melayani Dia.

Doa untuk hari ini
Bapa yang baik, beri kami kasih-Mu yang tak trbatas sehingga kami bisa mengasihi dan melayani keluarga kami dengan penuh ketlusan hati. Ajar kami juga untuk menghargai kasih dan perhatian yang orang lain berikan kepada kami. Mampukan kami melihat yang baik dari keluarga kami, bukan hanya melihat kelemahan mereka. Ajar kami bersyukur buat keluarga kami. Terima kasih untuk keluarga yang terbaik yang Tuhan berikan bagi kami. dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin.

Baca juga:
Dipanggil untuk Melayani
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Pelayanan kepada Janda-Janda dalam Jemaat Mula-Mula
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin
The Story of Love: Mengasihi Tuhan

Selasa, 23 Oktober 2012

Pembelaan Iman Stefanus di Hadapan Mahkamah Agama

Kisah Para Rasul 7

Baca bagian sebelumnya!

Pada bagian sebelumnya bagaimana Stefanus menjalankan pelayanan meja, yakni pembagian kebutuhan para janda, yang dipercayakan keadanya, namun juga sekaligus menjalankan tugas memberikan kesaksian serta melayani jemaat melalui tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Tindakannya itu mendatangkan iri dan dengki di kalangan jemaat Yahudi sehingga mereka menangkap Stefanus dan menghadapkannya ke Mahkamah Agama.

Stefanus membela imannya di hadapan imam-imam
Pembelaan Iman Stefanus
Pada bab 7 ini kita melihat bagaimana Stefanus melakukan pembelaan imannya di hadapan para imam dalam sidang Mahkamah Agama. Ia secara singkat mengutarakan sejarah keselamatan mulai dari bagaimana YAHWE memanggil Abraham sampai dengan zaman Salomo. Intinya Stefanus ingin membuat para imam sadar akan apa yang sedang terjadi, yang merupakan pengulangan sejarah kebodohan dan kebebalan bangsa Israel dalam menanggapi rencana keselamatan yang sudah selalu dan sekarang ini sedang dikerjakan YAHWE untuk bangsa Israel. Stefanus menunjukkan bahwa selama ini, selama berabad-abad, bangsa Israel telah menentang karya Roh Kudus. Ia memperingatkan dari sejarah bagimana nabi-nabi yang diutus YAHWE ditolak telah dan bahkan dibunuh oleh bangsa pilihan-Nya. Dan hal yang sama sekarang ini sedang dilakukan oleh bangsa Israel yang telah menolak dan membunuh Orang Benar, yakni YAHSHUA, yang diutus YAHWE untuk menjadi penebus dan mesias (ayat 52).

Kita tahu apa reaksi para imam terhadap kritik pedas yang disampaikan Stefanus. Stefanus berusaha menunjukkan warisan dosa yang sekarang ini juga sedang berkuasa atas bangsanya dan berharap agar mereka sadar akan warisan dosa tersebut namun usahanya itu tidak berhasil membukakan hati para imam. Sebaliknya, terhadap kebenaran yang diwartakan oleh Stefanus, mereka menutup telinga (ayat 57) dan menyeretnya keluar dan merajamnya.

Di sini kita belajar bahwa kebenaran yang kita sampaikan bisa disalahpahami dan membuat orang marah. Dalam kisah Stefanus, kemarahan tersebut berujung kepada kematian Stefanus yang setia melayani YAHSHUA.

Bapa, jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka!
Stefanus Dirajam
Di akhir bab 7 Kisah Para Rasul, ada sebuah sikap yang sangat penting untuk kita pelajari dari saksi YAHSHUA yang berani dan setia ini. Terhadap para penganiayanya, para pembunuhnya, Stefanus berdoa kepada YAHWE agar YAHWE tidak menanggungkan dosa pembunuhan itu kepada para pelaku pembunuhan tersebut.

Hubungan intim Stefanus dengan YAHWE memberinya kekuatan untuk tetap setia dan berani bersaksi dan menyampaikan kebenaran. Hubungan yang intim dengan Roh Kudus memberikannya ketulusan dan kasih yang melimpah sehingga ia sanggup untuk selalu siap sedia memberikan pengampunan dan mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang menyakiti, mengkhianati, dan menganiayanya.

Nyata bahwa keberanian Stefanus untuk membukakan dan menelanjangi kejahatan orang lain didorong oleh kasih yang tulus, kasih Agape, dengan doa dan harapan agar orang tersebut mau sadar dan berbalik dari kejahatannya. Keberaniannya dan kesetiaannya tidak didorong oleh kesombongan rohani melainkan oleh kasih yang tulus terhadap jiwa-jiwa yang terhilang.

Hendaklah setiap pelayanan dan kesaksian, serta teguran yang kita berikan kepada orang lain, benar-benar didasari oleh kasih yang tulus demi kebaikan orang yang kita layani, kita beri kesaksian, atau kita tegur. Sikap hati yang demikian bersumber dari kasih yang sejati kepada YAHWE dan hubungan yang intim dengan Roh Kudus-Nya. Dan YAHWE meneguhkan kasih yang demikian dengan menyatakan Diri-Nya kepada orang yang amat mengasihi-Nya (ayat 56).

Baca bagian selanjutnya!



Baca juga:
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Pelayanan kepada Janda-Janda dalam Jemaat Mula-Mula
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin
Ketaatan Para Rasul Berhadapan dangan Otoritas Agama dan Dunia  

Sabtu, 06 Oktober 2012

Cara Hidup Jemaat Pertama: Semua Milik Semua

Baca bagian sebelumnya


Pada bagian sebelumnya, kita belajar bagaimana jemaat pertama menghadapi dan menyikap tantangan dan ancaman yang muncul akibat pemberitaan Injil. Dalam bab ini, mengulang pasal 2:41-46, kita belajar bagaimana jemaat pertama itu hidup dalam kesehariannya. Kalau pada Kis 2:41-46 kita diberi tahu bahwa jemaat bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama, sekarang kita akan melihat penjelasan yang lebih detil dari gaya hidup jemaat perdana itu.

Kisah Para Rasul 4:32-37

:32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. 4:33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. 4:34 Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa 4:35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. 4:36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. 4:37 Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

Jemaat pertama atau gereja perdana adalah orang-orang yang memiliki ciri-ciri berikut:

  • orang yang telah percaya
  • sehati
  • sejiwa
  • segala sesuatu adalah kepunyaan bersama
  • memiliki kuasa yang besar
  • memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yahshua
  • semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah
  • tidak ada yang kekurangan
  • yang mempunyai tanah atau rumah menjualnya dan membawa uangnya kepada rasul-rasul
  • lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai keperluannya

Sebuah gambaran kehidupan bersama yang teramat sangat indah. Mereka adalah orang yang telah percaya, sehati dan sejiwa satu sama lain. Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Yang mempunyai, seperti Yusuf, yang juga disebut Barnabas, menjual miliknya, ladang, dan menyerahkan uang hasil penjualan tersebut kepada rasul-rasul. Selanjutnya uang tersebut dibagikan kepada setiap orang (bukan hanya orang tertentu) sesuai dengan kebutuhannya.

Jadi wajar apabila di antara mereka tidak ada yang berkekurangan karena yang kaya rela berbagi harta kepada yang lain. Dan karena mereka menerima sesuai dengan keperluannya, maka tidak ada yang kekurangan suatu apapun.

Para rasul juga dikatakan: mereka dengan kuasa yang besar memberi kesaksian tenang kebangkitan Tuhan Yahsua dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah.

Baca bagian selanjutnya!



Baca juga:
Cara Hidup Jemaat yang Pertama
Roh Kudus Menjadikan Hidup Kita Menjadi Berkat bagi Orang Lain
Nilai Strategis Mukjizat dalam Penginjilan
Penyembuhan Menjadi Bagian Integral Gereja Mula-Mula
Pola Kesaksian Gereja Mula-Mula


Sabtu, 10 September 2011

The Story of Love: Mengasihi Tuhan

Manusia punya kelemahan terbesar, yakni mengedepankan egonya sendiri. Bahkan dalam niat yang terbaik pun yang dimiliki manusia, selalu di dalamnya terkandung maksud-maksud tersembunyi, yakni kepentingan egonya sendiri. Dan ... baik seandainya manusia sadar akan kelemahannya ini sehingga ia tidak pernah akan bisa menyombongkan diri. Sebagaimana Paulus yang meskipun sangat hebat dalam pelayanan, ia tetap mengakui adanya duri di dalam dagingnya sehingga ia tidak sempat meninggikan dirinya (2 Kor 12:7-10).
Kita akan belajar bagaimana Yahwe memahami kelemahan manusia ini dan bagaimana Yahwe ingin kita sadar akan kelehaman ini, melalui kisah Petrus.

Dalam Yohanes 21:15-19, Yesus bertanya kepada Petrus sampai 3 kali: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Tiga kali. 3x. Bayangkan! Kalau Anda ditanyai oleh istri atau suami Anda pertanyaan yang sama, sampai tiga kali!

Pertama kali kalau kita ditanya demikian, bisa pasti kita akan menjawab, tanpa berpikir, " Ya, sayang, aku mengasihi kamu." Tapi kemudian kalau orang yang sama menanyakan hal yang sama kepada kita, mungkin kita juga masih menjawab dengan pasti dan dalam hati kita paling berpikir, ia butuh semacam konfirmasi atau peneguhan, sehingga kita akan menegaskan dan mengatakan, "Iya, sayang, aku mengasihi kamu." Tetapi kalau pertanyaan yang sama ditanyakan untuk ketiga kalinya, "Apakah engkau mengasihi aku?" Kemungkinan kita akan mulai sungguh-sungguh bertanya dalam hati, melihat ke dalam diri, bukan hanya melihat ke dalam diri orang yang bertanya, tetapi ke dalam diri sendiri dan mulai mengoreksi diri, 'Benar ndak ya kalau aku mengasihi dia?'

Demikian pun yang Yesus lakukan terhadap Petrus. Yesus bertanya sampai tiga kali, "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Seperti Petrus, kita pasti bertanya dalam hati, 'Kenapa sampai tiga kali?'

Kita akan lebih memahami maksud Yesus kalau kita kembali ke teks aslinya. Sebenarnya Yesus menggunakan 2 kata yang berbeda. Untuk kedua pertanyaan yang pertama, Yesus menggunakan kata AGAPE,ἀγαπᾷς με. Simon, anak Yohanes, apakah engkau ἀγαπᾷς με? Sedangkan untuk pertanyaan ketiga, Yesus menggunakan kata FILIA, φιλεῖς με. Simon, anak Yohanes, apakah engkau φιλεῖς με.

Agape adalah jenis kasih atau cinta yang mengorbankan diri. Sedangkan filia adalah cinta persauadaraan atau persahabatan. Bahkan sebenarnya 3 kali pertanyaan yang diajukan Yesus kepada Petrus adalah 3 pertanyaan yang berbeda. Coba perhatikan:

Ayat 15: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau ἀγαπᾷς με  lebih dari pada mereka ini?"
Ayat 17: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau ἀγαπᾷς με?"
Ayat 17: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau 
φιλεῖς  με 
Dan untuk ketiga pertanyaan itu Petrus menjawab dengan menggunakan kata filia,  φιλῶ σε.

Tiga pertanyaan Yesus untuk Petrus sebenarnya bergradasi menurun. Pertama menggunakan kata agape ditambah dengan "lebih dari mereka ini". Yesus memberikan tambahan ini bukannya tanpa alasan. Alasannya bisa dilihat dalam Matius 26:31-35. Hal ini mengingatkan betapa pentingnya kita untuk membaca seluruh Kitab Suci agar bisa memahaminya dengan lebih baik. Dalam Matius 26:33 Petrus mengatakan bahwa meskipun mereka semua tergoncang imannya karena Yesus akan ditangkap, ia sekali-kali tidak. Di sini Petrus tampil sebagai orang yang merasa paling baik, sebagai murid Yesus yang paling hebat. Petrus merasa yakin bahwa ia sanggup berkorban untuk Yesus, bahwa ia sanggup untuk AGAPE kepada Yesus. Dan para murid yang lain pun ikut-ikutan mengatakan hal yang sama (ayat 35). 

Hal ini menunjukkan suatu ego yang berlebihan. Bahkan ketika kita merasa sanggup berkorban pun, kita harus hati-hati, jangan-jangan itu didorong oleh ego kita sendiri. Kita tahu bagaimana ego ini menguasai para murid Yesus. Dalam beberapa perikop lain kita tahu bahwa beberapa kali para murid Yesus memperdebatkan siapa yang paling besar di antara mereka.

Tetapi ternyata Petrus gagal total. Bukannya membela Yesus ia malahan menyangkal Yesus.

Yohanes 21:15-19 merupakan perikop setelah kebangkitan. Yesus tahu apa yang sudah dilakukan Petrus. Yesus tahu kesombongan Petrus. Yesus juga tahu penyangkalan Petrus. Yesus sangat tahu level Petrus. Sehingga, pertanyaan pertama dengan kata "agape" ditambah "lebih dari mereka ini" digunakan Yesus untuk mengingatkan niat Petrus yang ternyata gagal dibuktikannya. Dan kali ini Petrus tidak berani menggunakan kata "agape", namun "filia", untuk menjawab tantangan Yesus. Ia sadar akan kegagalannya; ia sadar akan kesombongannya terdahulu. Pertanyan kedua Yesus masih menggunakan kata "agape" namun tanpa tambahan "lebih dari mereka ini". Petrus tetap menjawab dengan kata "filia". Pertanyaan ketiga Yesus menurunkan levelnya, Dia menggunakan "filia", menyamakan level-Nya dengan level Petrus. Dan Petrus menegaskan bahwa di hadapan Tuhan, manusia tidak bisa menipu diri. Tuhan tahu isi hati dan level manusia, sehingga Petrus mengatakan, "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku [hanya] φιλῶ  σε [philo se, I love thee]. 

Petrus tidak tergoda lagi untuk meningginya diri lagi. Terhadap ketiga pertanyaan Yesus, Petrus tetap menjawabnya dengan kata filia. Dia tahu dia pernah gagal total. Namun dia juga tahu bahwa Yesus tetap mengasihi dia. Sesudah bangkit dan bertemu Petrus, Yesus tidak menagih janji, "Mana buktinya, katanya mau berkorban untuk-Ku?" Yesus tidak mempermalukan Petrus, karena Yesus tahu persis isi hati dan level kasih Petrus terhadap-Nya. 

Namun Petrus, dalam kesadaran diri penuh akan kelemahannya, ia menjadi lebih bisa belajar setia sampai mati. Ia melengkapi kasih filianya kepada Yesus dengan kasih agape di akhir hidupnya. Ia rela mati disalib untuk Yesus dengan posisi terbalik.

Hari ini kita belajar bahwa kita tidak bisa menyembunyikan diri di hadapan Yahwe. Yahwe tahu diri kita lebih dari kita mengenal diri kita. Hari ini juga pertanyaan ini diajukan kepada kita, "Apakah engkau mengasihi Aku?" Hendaklah kita dengan rendah hati, sadar akan kelemahan kita, belajar untuk mengasihi Yahwe, seperti Petrus dan Paulus yang mengasihi-Nya dan setia sampai mati.

Baca juga:
Hidup Berkemenangan (1): Menjaga Hati
Hidup Berkemenangan (2): Membangun Manusia Roh
Bagaimanakah Yeremia Dipanggil Menjadi Nabi?

Minggu, 05 Juni 2011

Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe

Kedekatan hubungan dengan Yahwe, kesetiaan untuk menaati  perintah-perintah-Nya, membuat Yahwe mecurahkan berkat-berkat kepada kita. Hal inilah yang dialami oleh Salomo. Oleh karena kedekatan Daud, ayahnya, dengan Yahwe, Salomo diberkati Tuhan secara luar biasa.

Pentingnya menaati perintah Yahwe ini disampaikan sendiri oleh Yesus dalam Yohanes seperti berikut ini:


Yohanes 14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." 23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Yesus mengatakan bahwa mengasihi Bapa ditandai dengan memegang, melakukan, menuruti perintah Bapa. Memegang artinya perintah atau Firman Bapa itu siap sedia di tangan kita, kita memilikinya, kita mengenalnya, berarti kita tahu, mungkin hal ini ditandai dengan hafal, mengerti. Hal ini menyatakan betapa pentingnya bagi kita untuk selalu membaca dan memperdengarkan Firman itu. Kemudian melakukan dan menuruti, artinya ya mempraktikkan perintah tersebut dalam kehidupan nyata.

Jika kita memegang, melakukan dan menuruti perintah Bapa, Yesus mengatakan bahwa apa saja yang kita kehendaki akan diberikan kepada kita, bahwa Bapa dan Yesus akan mengasihi kita, bahwa Yesus akan menyatakan diri-Nya kepada kita, Bapa dan Yesus akan datang dan diam bersama-sama dengan kita.

Inilah yang dilakukan Daud, sebagaimana nyata dalam Mazmur 1:2-3:

Mazmur 1:2-2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil


Daud mengerti rahasia atau isi hati Yahwe. Ia merenungkan Firman siang dan malam dan tekun melakukannya. Sebagai imbalannya, Yahwe juga mengasihi Daud dan melimpahkan berkat kepadanya dan ketrunannya Salomo. Bagaimana Yahwe memberkati dan membuat berhasil Daud dan anaknya Salomo, salah satunya bisa dilihat dalam 2 Tawarikh berikut ini:

2 Tawarikh 1:15; 9:15-16 Raja membuat banyaknya emas dan perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit. 9:15 Raja Salomo membuat dua ratus perisai besar dari emas tempaan, enam ratus syikal emas tempaan dipakainya untuk setiap perisai besar; 16 ia membuat juga tiga ratus perisai kecil dari emas tempaan, tiga ratus syikal emas dipakainya untuk setiap perisai kecil; lalu raja menaruh semuanya itu di dalam gedung "Hutan Libanon".

Di sini kita melihat bagaimana Salomo dibuat berhasil dan menjadi raja yang kaya raya. Dan tampaknya situasi kehidupan seperti inilah yang memang dikehendaki oleh Bapa, sebagaimana dinyatakan dalam akhir dari perikop Pokok Anggur dalam Yohanes 15,

Yohanes 15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.

Jadi kita belajar bahwa kalau kita mengasihi Yahwe, dengan jalan memegang perintah-Nya, melakukan dan menuruti perintah-Nya, maka Bapa Yahwe akan mengasihi kita, akan tinggal bersama-sama dengan kita, dan akan membuat segala yang kita kehendaki dan kita minta diberikannya kepada kita, termasuk di dalamnya adalah kekayaan duniawi, sebagaimana yang dialami oleh Daud dan Salomo, dan dengan cara demikianlah Bapa dipernuliakan.

Baca juga:
Masuk Ke Ruang Maha Kudus
Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe
Muliakanlah Tuhan dengan hartamu

Jumat, 11 Februari 2011

Tidak Ada yang Memisahkan Kita dari Kasih Bapa

Roma 8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
Kasih Bapa

Sering manusia khawatir akan hidupnya, akan masa depannya. Hari ini saya diingatkan akan jaminan kepastian berkat Tuhan bagi hidup anak-anakNya. Kalau Bapa tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkanNya bagi kita, bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia.

Iya benar. Bapa telah menyerahkan AnakNya yang tunggal kepada kita, karena kasihNya kepada kita. Maka sangat aneh dan bodohlah kita kalau kita berpikir bahwa Bapa tidak mengerti kebutuhan kita, maka benar-benar  kelirulah kalau kita merasa harus berjuang sendiri untuk memenuhi semua kebutuhan hidup kita.

Kasih Bapa
Hari ini aku diajar untuk percaya penuh kepada kasih Bapa. Kalau Dia tidak menyayangkan AnakNya bagi kita, maka sudah pasti bahwa itu dilakukan karena Bapa sangat menyayangi kita. Tentu saja Dia juga sangat tahu kebutuhan hidup kita, setiap pergumulan hidup kita.

Sebab itu, seperti Paulus yang punya keyakinan penuh kepada kasih Bapa, hendaklah kita hidup hanya bersandar kepada kasih Bapa, hendaklah setiap usaha dan pergumulan hidup kita kita pautkan kepada kasih Bapa. Karena tidak ada sesuatu pun di dunia ini, kuasa apapun, yang bisa memisahkan  kita dari kasih Bapa.

Kasih Bapa
Roma 8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan." 37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. 38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.


Baca juga:
Belas kasih Kristus
Kasih Agape

Jumat, 17 Desember 2010

Dalam Kristus ada Belas Kasih

Filipi 2:1 Jadi, karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan 

“Kepada saudaraku yang terkasih dalam Kristus …” Kita sering menuliskan frasa ini ketika kita menulis sebuah surat kepada teman atau sahabat yang seiman. Ungkapan ini tepat, karena dalam Kristus hendaklah ada kasih, bahkan ada kasih mesra dan belas kasihan.

Sebuah standar yang membuat saya malu kalau saya ukurkan kepada diri saya sendiri. Hampir selalu hubunganku dengan saudara seiman adalah hubungan yang biasa-biasa saja, bahkan hubungan fungsional atau juga formalitas.

Saya mengucapkan “Tuhan memberkati” sering tanpa makna dan hanya bersifat sopan-santun. Kata “syalom” lebih berfungsi sebagai pembuka kebekuan dalam sebuah pertemuan, tidak benar-benar sebuah luapan sukacita karena damai sejahtera yang dari Yahwe memenuhi hati kita dan meluap untuk kita luberkan kepada orang lain.

Ya, hendaklah ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan. Dalam Kristus, aku mau memandang dan memperlakukan saudara, teman kerja, tetangga seiman dengan kasih—tolong aku Tuhan agar juga bisa kudus mesra dan penuh belas kasihan.

Ada persekutuan Roh, ada suatu kekuatan di luar tubuh fisik dan apa yang tampak, sebuah ikatan yang mempersatukan, yang bersifat langgeng abadi, dan maha dahsyat, yang mampu mempersatukan kita, saudara seiman.