Selasa, 19 Februari 2013

Jaminan bagi Yang Memberi

Tuhanku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:19)

Kalau kita selidiki dan baca keseluruhan kisah dari Filipi 4 di atas, kita akan mendapati bahwa janji yang luas biasa yang menjadi rhema bagi kita hari ini berlaku bagi mereka yang memberi dan mempersembahkan korban yang berkenan bagi Tuhan.

Dikatakan bahwa Tuhan akan memenuhi segala keperluan kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya. Kalau kita tahu bagaimana menyenangkan Tuhan dengan persembahan kita, maka Tuhan akan membuat kita penuh. Ukuran kepenuhan seperti apa yang Tuhan pakai? Tuhanku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. Luar biasa.

Pertanyaannya: seberapa kekayaan dan kemuliaan Tuhan itu? Jawabannya adalah: tidak terbatas. Dengan kata lain, sesuai dengan iman kita, tidak terbatas. Itulah kepenuhan yang Tuhan akan berikan dalam segala kebutuhan kita. Baik itu keperluan keuangan, kebutuhan dalam pekerjaan, kebutuhan dalam keluarga, kebutuhan dalam kesehatan, dan segala aspek kehidupan kita.

Dr. Howard Kelly dan segelas susuPada suatu waktu, hiduplah seorang pemuda miskin yang menjual barang dari pintu ke pintu untuk membiayai sekolahnya. Suatu hari, ia hanya mempunyai sekeping uang 10 sen dan ia sangat lapar. Ia memutuskan untuk meminta makan dari rumah berikutnya. Namun, ia kehilangan keberanian ketika menjumpai seorang wanita cantik yang membuka pintu. Ia akhirnya tidak minta makan melainkan segelas air minum. Wanita ini berpikir ia terlihat sangat lapar sehingga ia memberikan segelas besar susu. Pemuda itu minum perlahan, dan kemudian bertanya, “Berapa hutang saya, Bu?” “Oh, Anda tidak berhutang apapun kepada saya,” jawab wanita tersebut. “Ibu saya mengajarkan kami untuk tidak menerima pembayaran atas perbuatan kebaikan.” Pemuda itu berkata, “Terima kasih Bu.”

Pada saat pemuda itu, Howard Kelly, pergi meninggalkan rumah tersebut, ia tidak hanya merasa lebih kuat secara fisik tetapi juga kepercayaannya kepada Tuhan dan hatinya juga merasa kuat kembali. Ia telah siap menyerah dan berhenti, tetapi suatu perbuatan baik yang sederhana itu telah memulihkan kepercayaannya.

Tahun demi tahun berlalu, dan wanita baik hati itu menderita sakit parah. Dokter di daerahnya sudah tidak bisa menangani penyakitnya dan mengirimkan wanita tersebut ke kota besar, di mana mereka memanggil para ahli spesialis untuk mempelajari penyakit yang langka tersebut. Seorang dokter muda bernama Howard Kelly dipanggil ke ruang konsultasi. Ia segera mengenali wanita tersebut, wanita yang pernah memberikan segelas susu untuknya. Ia bertekad untuk memberikan yang terbaik agar dapat menyelamatkan hidup wanita tersebut.

Akhirnya penyakit itu dapat disembuhkan. Dari. Kelly meminta kantor administrasi untuk memberikan total tagihan kepadanya. Ia melihatnya, kemudian menulis sesuatu pada ujungnya, dan tagihan tersebut dikirim ke ruang wanita tersebut. Wanita itu melihat tagihan tersebut, jumlah totalnya yang sangat besar, melampaui kemampuannya; matanya penuh dengan air mata keputusasaan, ketika sesuatu menarik perhatiannya pada suatu sisi tagihan tersebut. Ia membaca kata-kata yang ditulis dengan tangan: “Telah terbayar luas, dengan segelas susu.” (Tertanda) Dari. Howard Kelly. Sekarang air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Apa yang telah ditaburnya dahulu saat ini dituainya dalam waktu yang sangat tepat.

Ada anugerah besar dan jaminan kecukupan bagi mereka yang memberi dengan sukacita dan tulus hati.


Baca juga:
Memberi Itu Untung
Kuasa di dalam Memberi
Memberi Adalah Bukti Kasih
Memberi maka Akan Diberi

Memberi Itu Untung

Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu. (Filipi 4:17)

memberi itu untung
Memberi Itu Untung
Rasul Paulus secara jelas mengajarkan kepada jemaat di Filipi bahwa memberi itu bukannya merugikan, bukannya mengurangi, bukannya sia-sia, sebaliknya justru makin memperbesar keuntungan. Jadi Paulus mengajar jemaat Filipi memberi adalah supaya jemaat Filipi bisa menerima berkat Tuhan yang semakin besar dan semakin bertambah-tambah.

Kalau selama ini persepsi kita bahwa memberi itu rugi, maka kita harus buang jauh-jauh konsep berpikir yang demikian. Kebenarannya adalah bahwa memberi itu untung. Hanya orang yang jiwanya miskin akan berkata: Kalau memberi itu hilang, kalau memberi itu habis, kalau memberi itu berarti berkurang.
Bagaimana mungkin kita lebih untung kalau kita kehilangan? Bagaimana mungkin untung kalau yang kita punya berkurang, dan diberikan kepada orang lain? Yang namanya memberi itu pasti rugi. Lebih enak menerima. Lebih untung kita yang diberi. Lebih diberkati kalau yang mendapat kita. Inilah ciri-ciri orang yang miskin jiwanya. Itu sebabnya orang yang seperti ini akan tetap miskin, dan sukar untuk bisa maju dalam hidupnya. Tetapi sebaliknya orang-orang yang berjiwa kaya, sekalipun saat ini sedang dalam keadaan pas-pasan, kalau ia terus menaati Firman Tuhan dengan berani memberi, maka berkat kelimpahan dan kekayaan dengan segera akan menjadi bagian dari hidupnya.

jagung terbaik
Seorang wartawan mewawancarai seorang petani untuk mengetahui rahasia di balik buah jagungnya yang selama bertahun-tahun selalu berhasil memenangkan kontes perlombaan hasil pertanian. Petani itu mengaku ia sama sekali tidak mempunyai rahasia khusus karena ia selalu membagi-bagikan bibit jagung terbaiknya pada tetangga-tetangga di sekitar perkebunannya. “Mengapa anda membagi-bagikan bibit jagung terbaik itu pada tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka mengikuti kontes ini juga setiap tahunnya?” tanya sang wartawan. “Tidak tahukah anda?” jawab petani itu, “bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila tanaman jagung tetangga saya buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang saya juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagung saya. Bila saya ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, saya harus menolong tetangga saya mendapatkan benih yang baik pula.”

Dengan memberi, sebenarnya kita sedang menaburkan benih yang akan kembali kepada kita dalam bentuk gelombang berbagai berkat. Ketika kita memberi, kita mulai mengaktifkan hukum yang akan melepaskan berbagai berkat Tuhan dengan berbagai bentuknya, yang memungkinkan kita untuk menjadi pemberi yang lebih baik pada masa yang akan datang.

Memberi itu tidak pernah rugi. Memberi justru akan mendatangkan keuntungan besar dalam hidup kita.


Baca juga:
Kuasa di dalam Memberi
Memberi Adalah Bukti Kasih
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi

Senin, 18 Februari 2013

Memberi akan Menerima

Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya. (Matius 10:42)

Memberi tidak pernah membuat kita rugi. Memang seringkali keberuntungannya tidak bisa langsung kita nikmati, tetapi Tuhan sudah berjanji bahwa IA akan memberkati orang yang memberi dengan sukacita dan tulus hati. Dikatakan dalam ayat di atas, bahwa orang yang memberi tidak akan kehilangan upahnya. Ada sebuah pengaturan yang luar biasa yang akan Tuhan kerjakan bagi seseorang yang memberi dengan ketulusan.

Pada suatu hari serang pemuda sedang berjalan di tengah hutan. Tiba-tiba ia mendengar jeritan minta tolong. Ternyata ia melihat seorang pemuda sebaya dengan dia sedang bergumul dengan lumpur hisap. Semakin bergerak malah semakin dalam ia terperosok. Pemuda yang pertama tadi hendak sekuat tenaga memberikan pertolongannya. Dengan susah payah pemuda yang terperosok Tuhan akhirnya dapat diselamatkan.

Alexander Flemming penemu penisilin
Alexander Flemming
Pemuda yang pertama memapah yang terperosok itu pulang ke rumahnya. Ternyata si pemuda kedua ini akan orang kaya. Rumahnya bagus, besar dan mewah luar biasa. Ayah pemuda kaya itu sangat berterimakasih atas pertolongan yang diberikan kepada anaknya dan hendak memberikan uang, tetapi pemuda penolong tadi menolaknya karena sudah selayaknya sesama manusia saling tolong-menolong ketika melihat orang lain sedang membutuhkan pertolongan.

Sejak kejadian tersebut keduanya menjalin persahabatan. Si pemuda penolong adalah seorang miskin sedangkan pemuda yang ditolong adalah anak seorang bangsawan kaya raya.

Si pemuda miskin mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter, namun ia tidak memiliki biaya untuk kuliah. Kemudian ada seorang yang murah hati yang mau memberikan beasiswa untuknya sampai akhirnya ia meraih gelar dokter. Orang ini tak lain adalah ayah pemuda yang ditolongnya.Tahukah Anda nama pemuda miskin yang akhirnya menjadi dokter ini? Namanya Alexander Flemming, yang kemudian menemukan obat penisilin.

Winston Churcill - Perdana Menteri Inggris
Winston Churcil
Si pemuda bangsawan masuk dinas militer dan dalam suatu tugas ke medan perang ia terluka parah sehingga menyebabkan demam yang sangat tinggikarena infeksi. Pada waktu belum ada obat untuk infeksi semacam itu. Para dokter mendengar tentang penisilin penemuan dr. Flemming dan mereka menyuntik dengan penisilin yang merupakan penemuan baru itu. Apa yang terjadi? Berangsunr-angsur demam akibat infeksi itu reda dan si pemuda itu akhirnya sembuh. Tahukah anda siapa nama pemuda itu? Namanya adalah WInston Churchill, Perdana Menteri Inggris yang termasyur itu.


Dalam kisah ini kita dapat melihat hukum menabur dan menulai. Flemming memberi pertolongan dan ia menerima pertolongan pula. Cita-citanya terkabul untuk menjadi dokter. Flemming menemukan penisilin yang akhirnya menolong nyawa Churchill. Yang memberi dengan tulus, pada akhirnya akan menerima upahnya.

Mereka yang memberi dengan tulus, pada akhirnya akan menerima upahnya.



Baca juga:
Kuasa di dalam Memberi
Memberi Adalah Bukti Kasih
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi



Jumat, 15 Februari 2013

Kuasa Persembahan Persepuluhan

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman YAHWE semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (Maleakhi 3:10).

Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi YAHWE. (Imamat 27:32)

“Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman YAHWE semesta alam. Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman YAHWE semesta alam.”
(Maleakhi 3:11-12)

Ada kuasa yang sangat dahsyat yang dijanjikan Tuhan ketika kita mengembalikan persepuluhan. Dalam perjanjian-Nya Tuhan mengatakan akan menghardik belalang pelahap supaya anggur di ladang kita bisa berbuah sehingga apa yang sudah ada tidak habis dimakan belalang pelahap. Belalang pelahap berbicara tentang banyak hal, yaitu semua yang menggerogoti berkat Tuhan dalam hidup kita. Berkat sebenarnya sudah diberikan, tetapi habis seperti air yang dimasukkan ke dalam kantong yang bocor.

Kita sudah bekerja dan mendapat nafkah yang sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan, tetapi karena keluarga kita sakit sehingga terpaksa berobat ke dokter dan mengeluarkan banyak uang sehingga habis tak bersisa. Bisa juga habis karena ditipu orang, dagangan tidak dibayar atau dicuri, sehingga apa yang sudah diberikan tidak bisa dinikmati. Tetapi ketika kita setia dengan bagian kita dalam perjanjian Tuhan ini yaitu mengembalikan persepuluhan dengan benar, maka kita bisa menikmati hidup yang penuh dengan damai sejahtera dan sukacita sehingga orang-orang yang melihat hidup kita akan menyebut kita berbahagia.

Bapak Agus adalah seorang karyawan dengan penghasilan yang cukup untuk kehidupan sehari-hari. Keadaannya tidak berlalu berlimpah-limpah, keluarganya hidup dengan sederhana namun juga tidak berkekurangan. Setiap kali Pak Agus menerima gaji, ia bersama dengan istrinya menumpangkan tangan atas amplop gaji yang diterimanya dan berdoa di hadapan Tuhan meminta hikmat dan tuntunan Tuhan supaya bisa menggunakan uang tersebut dengan bijaksana dan sesuai dengan tuntunan Tuhan. Setelah  selesai mendoakan uang gaji tersebut, Pak Agus dan istrinya mulai membagi-baginya sesuai dengan kebutuhan. Yang paling mereka utamakan adalah persepuluhan untuk Tuhan. Setelah itu barulah untuk biaya anak keduanya yang kuliah di luar kota, lalu untuk membayar tagihan listrik, air, dll. Sisa dari semuanya itu hanya cukup untuk biaya hidup Pak Agus suami istri dengan sangat sederhana.

Namun di bali kesederhanaan itu Tuhan terus menyatakan pemeliharaan-Nya dengan setia. Tidak pernah sekali pun Pak Agus merasa kekurangan. Setiap kali ada kebutuhan, selalu Tuhan yang cukupkan. Bahkan anaknya juga diberkati Tuhan, anaknya yang pertama mendapatkan pekerjaan yang baik di sebuah bank swasta. Sedangkan anaknya yang kedua tidak pernah berkekurangan untuk biaya kuliah di luar kota. Bapak dan Ibu Agus percaya bahwa semuanya itu sudah diatur dengan sangat baik oleh Tuhan. Mereka sudah membuktikan bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya yang hidup seturut kehendak-Nya hidup menderita dan meinta-minta. Perjanjian-Nya tetap bagi orang yang mau melakukannya dengan setia.

Kedahsyatan kuasa persepuluhan akan berlaku bagi kita yang setia melakukan bagian kita dalam perjanjian dengan Tuhan.

Terimakasih Bapa karena kami percaya Engkau selalu setia dengan perjanjian-Mu. Seringkali kami yang tidak setiap melakukan bagian kami. Hari ini kami berjanji untuk setia melakukan bagian kami dengan mengembalikan persepuluhan yang merupakan hak-Mu. Kami percaya Engkau yang akan memberikan kesanggupan kepada kami. Amin.

Baca juga:
Persepuluhan Adalah Kesempatan
Mengembalikan Hak YAHWE
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Kuasa di dalam Memberi
Memberi maka Akan Diberi

Kuasa di dalam Memberi

The Autobiography of Andrew Carnegie The Tycoons: How Andrew Carnegie, John D. Rockefeller, Jay Gould, and J. P. Morgan Invented the American Supereconomy


Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. (Amsal 11:25)

Rhema yang  kita  terima hari ini berkata bahwa  orang yang  banyak memberi berkat maka akan banyak diberi kelimpahan. Mengapa disebutkan sebagai ‘kelimpahan’? sebab kuasa yang sangat besar dalam memberi adalah apa yang kita terima setelah memberi selalu lebih besar daripada yang sudah kita berikan. Itulah yang dinamakan dengan the power of giving, kuasa di dalam memberi.

Ada sebuah kisah tentang seorang yang menjadi pegawai di sebuah toko di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat. Pada waktu itu hujan sedang turun dengan derasnya sehingga pengunjungnya berkurang banyak, dan penjaga-penjaga toko sedang ngobrol satu sama lain. Tiba-tiba kelihatanlah seorang ibu tua sedang mondar-mondir di luar toko. Walaupun penjaga toko ini tahu bahwa ibu ini sedang membuang waktu, tetapi ia mengundang ibu tua itu masuk ke tokonya dan mempersilakannya duduk. Setelah ibu itu duduk di kursi yang enak, si penjaga toko ini bertanya apakah ia dapat menolong ibu itu. Ibu itu berkata bahwa ia sedang menunggu seorang teman untuk menjemputnya. Penjaga toko itu dengan sabar keluar masuk tokonya untuk melihat apakah teman ibu itu sudah datang. Akhirnya datanglah teman ibu tua itu lalu diantar oleh penjaga toko ke ruangan tempat ibu itu duduk. Si ibu tua dan temannya itu pun segera pergi.

Setelah beberapa hari penjaga toko itu menerima sebuah kartu ucapan terima kasih yang amat indah. Kartu ini ditandatangani oleh Andrew Carnegie, pemilik sebuah perusahaan besar “The American Steel Company”. Andrew Carnegie adalah putra dari ibu tua yang dipersilakan duduk beberapa hari yang lalu.

Perbuatan baik itu ternyata menghasilkan buah yang tidak terduga. Beberapa saat kemudian Carnegie membangun sebuah proyek di Skotlandia. Ibu tua ini terus menerus mendesak anaknya untuk memesan perabot-perabot rumah tangga dari toko di mana penjaga toko tadi bekerja. Daftar pesanan yang banyak, membuat toko tadi menjadi bertambah besar. Juga penjaga toko itu akhirnya menjadi seorang pengusaha yang berhasil.

Dia dengan setia melaksanakan tugasnya, bahkan sampai di luar batas tanggung jawabnya. Perbuatan sederhana yang ia lakukan untuk memberi pertolongan kepada orang lain membuatnya menerima lebih besar dari apa yang sudah ia berikan.


Pekerjaan apa saja yang diberikan kepadamu, hendaklah kalian mengerjakannya dengan sepenuh hati, seolah-olah Tuhanlah yang kalian layani, dan bukan hanya manusia. (Kolose 3:23)

Ada kuasa yang sangat bear di dalam memberi. Barangsiapa memberi ia akan menerima lebih banyak.

Bapa kami bersyukur bahwa Engkau telah memberikan kuasa yang sangat besar dalam memberi. Berikan kami hati yang tulus untuk memberi sehingga hati kami senantiasa berkelimpahan dalam segala ucapan syukur kami kepada-Mu. Terimakasih Bapa. Di dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin.



Baca juga:
Memberi Adalah Bukti Kasih
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi


Andrew Carnegie The Wisdom of Andrew Carnegie as Told to Napoleon Hill

Kamis, 14 Februari 2013

Persepuluhan Adalah Kesempatan

Why Christians Should Not Tithe: A History of Tithing and a Biblical Paradigm for Christian Giving The Tithe...


Tetapi Elia berkata kepadanya: “Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu (1 Raja-Raja 17:13).

Kalau kita renungkan apa yang dikatakan oleh nabi Elia kepada janda Sarfat ini, sebenarnya secara logika manusia adalah sesuatu yang tidak masuk akal atau bahkan bisa dikatakan sebagai keterlaluan. Namun, bagi kita yang sudah mengenal kebenaran Firman Tuhan, apa yang diperintahkan nabi Elia ini bukanlah perintah yang bermaksud untuk memeras janda miskin tersebut. Bahkan sebenarnya YAHWE bisa memakai 1001 macam cara untuk memelihara hidup nabi Elia di tengah kekeringan yang sudah melanda saat itu. Tetapi perintah nabi Elia ini sebenarnya adalah sebuah kesempatan yang luas biasa bagi janda Sarfat ini untuk mengutamakan YAHWE dalam hidupnya sehingga ia bisa menikmati berkat serta anugerah YAHWE yang melimpah.

Ibu Joseph F. Smith dikenal sebagai “janda Smith”. Ia adalah janda dari Hyrum Smith, yang mati sebagai martir untuk perkabaran Injil. Suatu hari ia pernah marah kepada seorang petugas penulis persepuluhan di gereja yang mengatakan bahwa, karena kemiskinannya, janda Smith seharusnya tidak perlu membayar persepuluhan. Mendengar perkataan itu, serta merta janda Smith berkata; “Apakah Anda akan menolak berkat untuk saya? Kalau saya tidak membayar persepuluhan pastilah Tuhan akan menahan berkat-berkat-Nya bagi saya. Saya membayar persepuluhan bukan saja karena ini hukum Tuhan, tetapi karena saya mengharapkan sebuah berkat dengan melakukannya. Melalui kepatuhan saya terhadap hukum ini dan hukum lainnya, saya mengharapkan kemakmuran, serta mampu memenuhi kebutuhan keluarga saya, sehingga Tuhan dipermuliakan melalui hidup saya.”

Ini adalah perkataan orang yang sungguh-sungguh mengerti arti dari sebuah persepuluhan. Ketika kita melakukan ketetapan Tuhan dengan mengembalikan persepuluhan, maka sebenarnya kita sudah belajar untuk mentaati dan menomorsatukan Tuhan sehingga sebuah perasaan damai yang melampaui segala akal akan kita terima ketika kita mengembalikan persepuluhan dengan benar. Kita akan menemukan bahwa semua rasa takut tentang keuangan dan pemeliharaan keluarga kita akan lenyap. Kita akan mengetahui bahwa Bapa YAHWE sangat mengasihi kita.

Persepuluhan adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk mengutamakan Tuhan lebih dahulu dalam keuangan kita.

Bapa kami bersyukur Engkau mengajarkan dan memberikan kepada kami kesempatan untuk mengutamakan Engkau sehingga anugerah-Mu semakin bertambah-tambah mengalir dalam hidup kami. Ajar kami untuk terus mengutamakan Engkau dalam seluruh kehidupan kami. Di dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin.

Baca juga:
Mengembalikan Hak YAHWE
Menomorsatukan YAHWE dalam Keuangan
Mengutamakan Tuhan dalam Keterbatasan
Memberi Adalah Bukti Kasih
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan

 

What Preachers Never Tell You About Tithes & Offerings: The End of Clergy Manipulation & ExtortionYou Mean I Dont Have to Tithe?: A Deconstruction of Tithing and a Reconstruction of Post-Tithe Giving (McMaster Theological Studies)

Mengembalikan Hak YAHWE

Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik YAHWE; itulah persembahanm kudus bagi YAHWE (Imamat 27:3)

Persembahan persepuluhan adalah otoritas atau kedaulatan YAHWE yang berlaku atas hidup kita, persepuluhan merupakan hak YAHWE yang berlaku atas kita. Dengan membawa persembahan persepuluhan ke rumah YAHWE, kita sudah mengakui bahwa YAHWE berkuasa dan berwenang penuh atas hidup kita. Contohnya seperti ini, pada zaman dahulu bila ada bupati atau raja-raja muda menghadap kaisar setiap bulannya, mereka harus membawa upeti sebagai tanda pengakuan otoritas kaisar atas mereka. Bila mereka datang dengan tangan kosong maka kaisar akan marah karena merasa tidak diakui otoritasnya.
Kalau kita bisa melihat kisah Adam dan Hawa ketika mereka ditempatkan YAHWE di taman Eden, YAHWE berkata bahwa semua pohon dalam taman itu boleh dimakan buahnya kecuali buah dari pohon tentang yang baik dan yang jahat. Buah yang dikhususkan itu adalah lambang otoritas YAHWE. YAHWE sangat mengasihi Adam dan Hawa sehingga semuanya diberikan, tetapi YAHWE tetap ingin kita mengakui otoritas-Nya. Dengan melakukan ketetapan YAHWE berarti kita menghormati dan mentaati YAHWE. Selama kita menghormati otoritas YAHWE ini, kita akan mengalami anugerah dan berkat YAHWE. Tetapi ketika kita menyentuh otoritas YAHWE maka hidup kita akan hancur.

Kita juga bisa belajar dari hidup Yusuf. YAHWE memiliki rencana untuk menjadikan Yusuf penguasa di Mesir. Ketika tiba waktunya bagi Yusuf untuk menjadi penguasa, Firaun memanggil Yusuf ke dalam istananya. Setelah Yusuf berhasil menjelaskan arti mimpi Firaun, Firaun berkata kepadanya, “Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya tahta inilah kelebihanku dari padamu.” (Kejadian 41:40). Tahta adalah lambang otoritas Firaun. Selama Yusuf tidak menyentuh dan mengusik tahta Firaun, maka semuanya akan berjalan dengan baik. Dia bisa memerintah Mesir menurut kehendaknya. Tapi kalau Yusuf menyentuh tahta Firaun yang berarti mengusik otoritasnya, maka dia akan dihancurkan.

Persepuluhan adalah hak YAHWE, itu merupakan lambang otoritas YAHWE atas hidup kita. Hormati hak YAHWE, taati otoritas YAHWE, maka perjanjian-Nya akan berlaku atas hidup kita. Persepuluhan bukanlah soal memberi kop YAHWE, persepuluhan adalah mengembalikan apa yang menjadi hak YAHWE.
Bapa, kami mengakui kedaulatan-Mu atas hidup kami. Tanpa Engkau tidak ada satupun yang bisa kami raih dan dapatkan. Karena itu kami mau menghormati orotitas-Mu atas persepuluhan dari semua penghasilan yang ada pada kami. Kami percaya anugerah-Mu akan makin melimpah dalam hidup kami. Amin.

Baca juga:
Menomorsatukan YAHWE dalam Keuangan
Mengutamakan Tuhan dalam Keterbatasan
Memberi Adalah Bukti Kasih
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan


Selasa, 12 Februari 2013

Menomorsatukan YAHWE dalam Keuangan

Seek God First (First Place 4 Health Bible Study Series) Bible Bookmark - Seek First the Kingdom of God - Package of 300


Muliakanlah YAHWE dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya. (Amsal 3:9-10)

Inilah janji Tuhan bagi kita yang belajar untuk menomorsatukan YAHWE dalam keuangan kita: lumbung-lumbung keuangan, kesehatan, kerukunan keluarga kita akan diisi penuh sampai melimpah sehingga sukacita dan damai sejahtera dari Tuhan akan meluap-luap dalam hidup kita. Mengapa? Sebab ketika kita juga bisa mengutamakan Tuhan dalam hal keuangan kita, maka itu artinya kita juga bisa mengutamakan Tuhan dalam segala hal. Berkali-kali dalam Alkitab dikatakan bahwa mammon adalah ‘pesaing’ Tuhan yang nomor satu dalam hidup kita. Itulah sebabnya ketika kita bisa menomorsatukan Tuhan dalam keuangan, itu artinya kita menomorsatukan Tuhan dalam seluruh kehidupan kita.

Seorang anak Tuhan yang sangat diberkati dalam hidupnya suatu hari ditanya, bagaimana cara ia mengelola keuangannya. Dengan tegas ia berkata, “Yang pertama, kembalikan persepuluhan kepada Tuhan, jangan pernah menunda karena menunda itu artinya kita belum menomorsatukan Tuhan. Yang kedua, sisihkan untuk persembahan khusus kepada Tuhan, jangan terlalu sedikit, bermurah hatilah, ingatlah bahwa semua yang ada pada kita sebenarnya asalnya dari Tuhan. Yang ketiga, kelolalah sisanya sebaik mungkin sehingga nama Tuhan bisa dipermuliakan melalui hidup kita.”

Tiga kunci ini membuat orang ini semakin hari menjadi semakin bertambah kaya dan makin diberkati Tuhan. Bahkan Tuhan memberikan bonus dengan hal-hal yang bukan berasal dari kerja kerasnya sendiri, namun semata-mata berkat yang datang dari Tuhan. Dalam hidupnya sungguh berlaku Firman yang mengatakan, “Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan…” (Matius 13:21a).
Ketika kita menomorsatukan Tuhan dalam keuangan, maka apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak perdah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: itulah yang akan disediakan Tuhan bagi kita yang mengasihi Dia. (1 Korintus 2:9).

Apa yang menjadi nomor satu dalam pengeluaran kita adalah nomor satu dalam hidup kita. Sudahkan Tuhan yang menjadi nomor satu?

Bapa ampuni kami kalau kami sering menjadikan hal yang lain selain Engkau sebagai nomor satu dalam hidup kami. Hari ini kami mau belajar untuk sungguh-sungguh menomorsatukan Engkau di atas segalanya sebab Engkau layak untuk menerima yang terbaik dari hidup kami. Terimalah Bapak. Di dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin.


Baca juga:
Mengutamakan Tuhan dalam Keterbatasan
Memberi Adalah Bukti Kasih
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Pemberi yang Hebat

When We Put God First, All Other Things Fall Into Their Proper Place wall saying vinyl lettering art decal quote sticker home decal See Yee First the Kingdom of God

Senin, 11 Februari 2013

Mengutamakan Tuhan dalam Keterbatasan

A Beautiful Offering: Returning God's Love with Your LifeA FAX from HEAVEN: And other true stories offering evidence of God's presence in one family's spiritual journey


Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” (Lukas 21:2-4)

Tahukah saudara bahwa Tuhan sangat senang dengan orang yang memberi dari kekurangannya? Tuhan senang dengan orang yang berani memberi yang terbaik dari kelimpahan hidupnya, tetapi Tuhan juga sangat senang dengan orang yang memberi dari kekurangannya. Ketika seseorang berani memberi yang terbaik kepada Tuhan dalam keterbatasan yang ada padanya, sebenarnya orang ini menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki iman yang kuat dan pengharapan yang teguh kepada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhanlah yang memegang hidupnya. Tahanlah yang menjadi sumber berkat serta pusat dari kehidupannya. Hidupnya tidak tergantung dari harta yang ada padanya, tetapi sesungguhnya bergantung kepada apa yang menjadi ketetapan dan Firman Tuhan. Dan tahukah saudara, bahwa orang-orang seperti ini pasti ada dalam daftar untuk menerima berkat dan anugerah yang melimpah dari Tuhan.

Seorang jemaat suatu hari mengalami musibah kebakaran rumahnya ketika ia sedang mengikuti ibadah di gereja. Dalam ibadah itu, ibu ini terus-menerus menangis karena melihat dekorasi di belakang mimbar yang bergambar Tuhan Yeshua disalib sehingga ia sangat ingin membalas cinta kasih Tuhan, tetapi ia belum tahu dengan cara bagaimana. Sepulang dari gereja ternyata rumahnya kebakaran hebat dan habis seluruhnya. Tetapi waktu itu ia bisa tetap mengucap syukur kepada Tuhan karena kekuatan dan anugerah Tuhan yang melimpah dalam hidupnya. Dulu ia lahir telanjang, sekarang rumah jadi lautan api, semuanya kepunyaan Tuhan.

Keesokan harinya, meskipun rumahnya semalam kebakaran tetapi ia tetap datang dalam ibadah doa pagi seperti yang biasa dilakukannya. Dalam ibadah pagi itu ternyata diedarkan sumbangan sukarela untuk mendukung ibu yang rumahnya kebakaran ini. Ternyata terkumpul sejumlah uang yang cukup banyak. Namun apa yang dibuat ibu itu? Bukannya menyimpan uangnya untuk kebutuhan rumahnya, tetapi ia malah mempersembahkan uang tersebut untuk pembangunan gedung gereja yang memang sedang dilakukan saat itu. Bahkan bukan hanya itu saja, uang sumbangan dari saudara-saudaranya pun diserahkan juga untuk mendukung pembangunan gedung gereja.

Sungguh apa yang ia lakukan menjadi suatu korban persembahan yang harum dan menyentuh hati Tuhan. Tidak lama setelah itu, tangan Tuhan berkarya dalam hidupnya, anak-anaknya tiba-tiba menerima berkat yang besar dari Tuhan dan bahkan rumahnya yang kebakaran bisa direnovasi kembali. Apa yang ditaburnya dalam kekurangan, dikembalikan berlipat kali ganda oleh Tuhan.

Bapa kami percaya akan janji-Mu. Kami mau mengasihi dan mengutamakan Engkau di atas segalanya dalam hidup kami. Kami percaya bahwa semua janji-Mu pasti Engkau genapkan dalam hidup kami. Terima kasih Bapa. Di dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin.

Baca juga:
Memberi Adalah Bukti Kasih
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi


LifeQuakes: God's Rescue Plan in Hard Times Unlocking and Unblocking God's Blessings Through Tithes and Offerings

Minggu, 10 Februari 2013

Memberi Adalah Bukti Kasih

Giving: How Each of Us Can Change the World 29 Gifts: How a Month of Giving Can Change Your Life


Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (Yohanes 15:13)

Ada sebuah pepatah yang mengatakan ‘Kita bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi tidak mungkin bisa mengasihi tanpa memberi.’ Memberi adalah bukti kasih. Ketika kita memberi kepada anak kita, atau kepada orang tua kita, atau kepada kekasih/suami/istri kita, maka kita melakukannya karena kita mengasihi mereka. Memberi adalah respon yang otomatis dari mengasihi.

Suatu pagi yang sunyi di Korea tiba-tiba dipecahkan oleh suara mortir yang jatuh di atas sebuah rumah yatim piatu. Atapnya  hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng berhamburan ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Tim medis didatangkan dan mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan gadis itu secepatnya adalah darah.

Setelah melihat arsip di rumah yatim piatu itu, dokter mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu dan menanyakan, “Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk gadis kecil ini?” anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter memohon, “Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk teman kalian, karena jika tidak ia akan meninggal.” Akhirnya ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.

Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah. “Tenang saja, tidak akan sakit kok,” kata perawat itu. Lalu dokter mulai memasukkan jarum, ia mulai menangis. “Apakah sakit?” tanya dokter itu. Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. “Aku telah menyakiti bocah ini.” Kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya.

Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu. “Apakah sakit?”
Bocah itu menjawab, “Tidak, tidak sakit.”
“Lalu kenapa kamu menangis?” tanya dokter itu.
“Karena aku sangat takut untuk meninggal.” Jawab bocah itu.
Dokter itu tercengang. “Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?”
Dengan air mata mengalir di pipinya, bocah itu menjawab, “Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku.”
Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, “Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?”
Sambil tetap menangis ia berkata, “Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya.”

Memberi adalah bukti kasih. Ketika kita mengasihi, maka kita tidak akan tahan untuk tidak memberi. Sekalipun seluruhnya harus dikorbankan.

Memberi adalah bukti kasih. Memberi adalah respon otomatis dari mengasihi.

Bapa kami bersyukur Engkau sudah memberikan bukti kasih-Mu kepada kami dengan memberikan Anak-Mu yang tunggal untuk menebus dosa kami. Kami rindu membalas kasih-Mu dengan mengasihi Engkau lebih lagi dan memberikan yang terbaik bagi-Mu. Di dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin

Baca juga:
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi

Giving to God: The Bible's Good News about Living a Generous Life The Art of Giving: Where the Soul Meets a Business Plan

Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan

Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu. (Yesaya 60:5)

kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu
kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu

itu janji YAHWE bagi Anda, bagi saya, bagi kita, anak-Nya.

Tapi bagaimana hal ini bisa terjadi? Kita akan belajar dari kisah janda di Sarfat (1 Raja-Raja 17:8-16).


8  Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
9  "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."
10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum."
11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti."
12 Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."

13 Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
14 Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.


Seorang janda, yang miskin, hampir mati karena sebentar lagi akan kehabisan makanan, namun diubah menjadi berkelimpahan. Yang tadinya terbatas menjadi tidak terbatas. Janda yang tinggal memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak itu, satu-satunya kekayaannya yang terakhir sebelum ia mati kelaparan, pikirnya, diubah menjadi berkelimpahan. Tepungnya tidak habis-habis, demikian pula minyaknya.

Apa kunci dari pembalikan nasib ini? Perubahan yang luar biasa ini? Mujizat ajaib ini? Bagaimana mungkin hal ini terjadi?


Kuncinya ada di ayat 13. Ada 2 pesan penting dalam ayat ini. Pertama, "jangan takut" dan "buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu". Kunci pertama adalah "jangan takut". Mengapa? Karena demikianlah perintah YAHWE. Karena YAHWE adalah YAHWE yang memelihara hidup kita, sekalipun secara kasat mata mungkin kita sering dibuat merasa takut dan kawatir oleh kekurangan dan tuntutan kebutuhan kita. Tidak takut karena YAHWE pasti menolong. YAHWE berjanji akan memelihara kita.

Kunci yang kedua adalah: kita mengutamakan YAHWE terlebih dahulu. Coba kita lihat situasinya. Saat itu janda itu sedang mencari kayu bakar untuk membuat roti terakhir yang akan bisa ia nikmati bersama anaknya. Setelah itu ... tidak ada yang tersisa ... tinggal menunggu waktu untuk mati. Namun, sekalipun demikian, Elia meminta supaya janda itu membuatkan sebundar roti kecil terlebih dahulu baginya, baru setelah itu untuk dirinya sendiri dan anaknya. Janda ini taat, dan sebagai balasannya, ia diberkati YAHWE dengan tepung dan minyak yang tidak pernah habis. Suatu berkat keuangan yang tiada habisnya.

Pesannya jelas di sini bahwa, apa pun kondisi kita, YAHWE menghendaki agar kita mengutamakan YAHWE di atas kebutuhan kita sendiri. YAHWE meminta kita untuk membuat roti bundar kecil terlebih dahulu untuk-Nya dan baru kemudian kita membuat untuk bagian kita sendiri. YAHWE minta dinomor satukan, diutamakan, sebelum yang lain-lainnya. Dan ketika kita menaati perintah YAHWE dan mengutamakan DIA di atas semua kebutuhan kita, YAHWE akan menepati janji-Nya dengan melimpahi kita dengan berkat keuangan.

Pertanyaannya, sudahkah kita menomor satukan YAHWE di dalam keuangan atau harta kita? Mengapa harus menomor satukan YAHWE? Karena "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). YAHWE meminta kita untuk mengutamakan DIA dengan harta kita, karena di mana posisi harta kita, di situ pula hati kita berada. Jika kita mengutamakan YAHWE dengan harta kita, maka otomatis hati kita juga pertama-tama tertuju kepada YAHWE.

Bagaimana cara kita mengutamakan YAHWE dengan harta kita? Imamat 27:30 memberi kita petunjuk: "Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik YAHWE; itulah persembahan kudus bagi YAHWE."

Dengan persepuluhan. Dalam ayat ini dengan jelas dikatakan bahwa sepersepuluh dari hasil kita adalah milik YAHWE. Sebab itu harus dikembalikan. Setiap hasil yang kita terima, terlebih dahulu kita harus menyisihkan seper sepuluh untuk YAHWE. Terlebih dahulu, sebelum kita mempergunakannya untuk keperluan lain. Sama seperti Elia meminta kepada janda itu, terlebih dahulu buatlah sebunar kecil roti untukku, baru kemudian kau buat untuk dirimu dan anakmu. Mengapa YAHWE memerintahkan hal ini kepada janda itu melalui Elia? Mengapa YAHWE meminta kita mengembalikan persepuluhan? Jawabannya ada dalam Amsal 9:3-10:

Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Janda Sarfat itu melakukan, maka, dua bagian kecil roti bundar itu, yang seharusnya langsung habis setelah dimakan, ternyata dibuat YAHWE tidak pernah habis. Tepung dan minyak itu tidak pernah habis. Demikian pula, jika kita terlebih dahulu menyisihkan sebagian penghasilan kita untuk YAHWE, sebelum kita membelanjakannya untuk keperluan lain-lain, 90% bagian yang YAHWE percayakan kepada kita, yang seharusnya habis untuk memenuhi kebutuhan kita, YAHWE sanggup membuatnya tidak pernah habis.

Di sini YAHWE ingin kita belajar sebuah kebenaran yang amat penting. Secara manusiawi, apa yang dilakukan YAHWE melalui Elia kepada janda itu, benar-benar kejam dan tidak tahu diri. Elia datang kepada janda itu. Ia langsung meminta air. Sesudah janda itu memberinya air dalam kendi, Elia langsung meminta roti. Dan ketika diberitahukan bahwa janda itu tidak punya roti, satu-satunya yang dimilikinya adalah segenggam tepung dan sedikit minyak, yang adalah makanan terakhirnya sebelum ia dan anaknya akan mati karena sudah tidak memiliki persediaan makanan lagi di tengah-tengah musim kelaparan tersebut, Elia tetap meminta supaya janda tersebut membuatkannya sepotong kecil roti bundar. Bukan sesudah janda dan anaknya itu makan terlebih dahulu, baru kemudian sisanya untuk Elia. Tidak. Sebaliknya, Elia meminta supaya janda itu membuatkannya terlebih dahulu sebundar roti baru kemudian janda dan anaknya itu.

Kenapa YAHWE meminta Elia melakukan hal itu? Dalam ayat 9 dikatakan bahwa YAHWE memerintahkan Elia untuk ke Sarfat karena dengan cara demikianlah YAHWE akan memberi makan kepada Elia, melalui seorang janda. Memang benar Elia akhirnya mendapatkan makanan dari janda itu, tetapi apakah memang itu tujuan YAHWE mempertemukan Elia dengan janda itu? Kalau  kita membaca bagian sebelum dan sesudah kisah ini, kita tahu bahwa bukan itu tujuan YAHWE mempertemukan Elia dengan janda itu. YAHWE bisa memberi makan Elia dengan banyak sekali cara: lewat burung gagak yang membawakan roti dan daging kepadanya (1 Raja-Raja 17:6), lewat malaikat yang membawakan roti bakar dan air dalam kendi (1 Raja-Raja 19:6).

Jadi bukan pertama-tama agar Elia mendapat makanan dari janda itu YAHWE mengutus Elia kepadanya. Pertemuan itu, bukan terutama untuk menguntungkan Elia, melainkan janda itu sendiri. Janda itulah yang diuntungkan. Tepung dan minyaknya tidak habis. Pertemuan itu membawa pemulihan ekonomi bagi keluarga janda itu. Dan tidak hanya pemulihan ekonomi, tetapi juga pemulihan keluarga dan kesehatan. Ketika anak janda itu sakit dan akhirnya mati, YAHWE memakai Elia untuk membangkitkan anak itu untuk hidup kembali dan sehat kembali. Pertemuan Elia dan janda itu membawa pemulihan ekonomi, keluarga, dan kesehatan bagi janda itu.

Kenapa pertemuan itu dikehendaki YAHWE, karena YAHWE ingin memberikan kesempatan kepada janda itu untuk mempelajari sebuah kebenaran akan Firman YAHWE. Bahwa untuk diberkati, maka terlebih dahulu janda itu harus mengutamakan YAHWE, melebihi kepentingan dirinya dan anaknya. Dan janda itu pun berhasil menggunakan kesempatan yang diberikan YAHWE itu dengan baik: ia belajar sebuah kebenaran yang amat penting:

Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar." (1 Raja-Raja 17:24)

Demikian pula, YAHWE menghendaki agar kita mengembalikan perpuluhan, bukan karena YAHWE membutuhkannya, tetapi DIA ingin kita belajar akan kebenaran Firman tersebut: Bahwa Firman YAHWE adalah benar. Kita hanya harus taat. Bahwa untuk diberkati, kita terlebih dahulu harus menomor satukan YAHWE dengan harta kita. Perpuluhan adalah sebuah cara bagi kita untuk belajar taat dan mengutamakan YAHWE di atas semua kebutuhan kita.

Perpuluhan perlu kita lakukan, bukan demi Tuhan, melainkan demi kita sendiri. Dalam Maleakhi 3:7-12 kita belajar bahwa perpuluhan adalah cara yang diberikan YAHWE kepada manusia agar YAHWE bisa memberkati manusia setelah manusia menyimpang dari ketetapan-Nya. Manusia telah terkena kutuk oleh karena dosa dan pelanggarannya. Persepuluhan menjadi sebuah sarana dan tanda, bahwa manusia di dalam hatinya masih menempatkan YAHWE sebagai yang utama. Persepuluhan adalah sebuah jalan bagi manusia agar manusia masih bisa menikmati berkat-berkat YAHWE setelah terkutuk akibat dosa-dosanya.

7. Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?"
8 Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
9 Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!
10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
11 Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.
12 Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.


Prinsip ini demikian penting bagi kita sehingga YAHWE bahkan memberi kita kesempatan untuk menguji kebenaran ini. YAHWE sendiri menantang kita: UJILAH AKU. Persepuluhan, sebagian dari penghasilan kita, roti bundar kecil, yang disisihkan pada saat kita diberkati YAHWE dengan berkat keuangan, adalah sebuah bukti ketaatan dan hormat kita kepada YAHWE, bahwa hati kita pertama-tama tertuju kepada YAHWE; persepuluhan adalah sebuah cara agar YAHWE bisa menghardik belalang pelahap yang bisa melenyapkan berkat Tuhan yang sudah kita terima. Persepuluhan adalah sarana agar YAHWE bisa membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat yang berkelimpahan kepada kita.



Baca juga:
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi
Yesus Memperhatikan Persembahan
Memasuki Tahun Baru: Belajar dari Ishak
Mengubah Kutuk Menjadi Berkat: Belajar dari Yakub

Pemberi yang Hebat

Giving: How Each of Us Can Change the World The Art of Giving: Where the Soul Meets a Business Plan


Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-domba-Nya (Yohanes 10:11)

Tuhan Yeshua adalah pemberi yang hebat. Bukan hanya semua milik-Nya saja yang Ia berikan, tetapi juga nyawa-Nya Ia berikan bagi kita. Tidak ada yang bisa mengalahkan Tuhan dalam hal memberi. Saat kita memberikan 10, maka Ia memberikan 1000 bagi kita. Ia tidak pernah terkalahkan dalam soal memberi. Kalau kita hanya bisa memberikan apa yang baik dalam keterbatasan kita, maka Tuhan bisa memberikan apa yang terbaik dalam kemahakuasaan-Nya.

Tembok Berlin - Memberi Kebaikan atau Keburukan
Pada masa ketika tembok Berlin masih berdiri, ada beberapa orang Berlin Timur yang memutuskan untuk mengirimkan ‘bingkisan’ kepada tetangga mereka di Berlin Barat. Mereka mengisi sebuah truk pengangkut tanah dengan barang-barang yang tidak diinginkan seperti sampah, puing-puing bangunan, dan banyak lagi barang yang menjijikkan yang dapat mereka temukan. Mereka dengan tenang membawa barang itu melintasi perbatasan, mendapat izin untuk lewat, dan mengirimkan bingkisan tersebut dengan membuangnya di kawasan Berlin Barat.

Tidak sulit untuk menduga bahwa orang Berlin Barat tersinggung karenanya dan berpikir untuk memberikan balasan setimpal. Orang langsung menawarkan gagasan-gagasan mereka tentang cara untuk membalas perbuatan tak terpuji itu. Tiba-tiba ada seorang bijak datang ke tengah mereka yang sedang mengumbar nafsu marah. Ia menawarkan sesuatu yang benar-benar berbeda. Yang sangat mengherankan, orang Berlin Barat menanggapi saran tersebut dengan senang hati dan mulai mengisi sebuah truk sampai penuh dengan barang-barang yang terhitung langka di kawasan Berlin Timur: pakaian, makanan, obat-obatan, semua dinaikkan ke dalam truk. Mereka membawa truk bermuatan penuh itu melintasi perbatasan, kemudian dengan hati-hati membongkar dan menyusun barang-barang berharga itu di tanah, dan meninggalkan pesan yang berbunyi, “Setiap orang memberi sesuai dengan kemampuannya untuk memberi.”

Terkejut, malu, menyesal, demikianlah orang di Berlin Timur, karena orang di Berlin Barat ternyata justru memberikan apa yang baik sebagai ganti dari apa yang tidak baik yang sudah mereka berikan.

Yang lebih hebat adalah yang bisa memberikan yang lebih baik. Demikianlah Tuhan selalu lebih hebat daripada kita. Tuhan adalah Pemberi yang hebat, maka DIA juga mau kita anak-anak-Nya menjadi hebat dalam memberi.

Bapa kami kagum akan Engkau karena Engkau adalah Pemberi yang Hebat bagi kami. Kami percaya bahwa tidak ada sesuatu pun yang kami perlukan yang tidak bisa Engkau berikan. Dan kami rindu suaya kami bisa meneladan Engkau menjadi orang yang suka memberi. Terimakasih Bapa. Di dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin



Baca juga:
Memberi maka Akan Diberi
Yesus Memperhatikan Persembahan
Memasuki Tahun Baru: Belajar dari Ishak
Mengubah Kutuk Menjadi Berkat: Belajar dari Yakub

Giving to God: The Bible's Good News about Living a Generous Life 29 Gifts: How a Month of Giving Can Change Your Life