Jumat, 23 Juni 2017

Pengembangan Talenta: Ketaatan dan Kepercayaan Penuh Kepada Raja

5 talenta 2 talenta 1 talenta
Tuhan memberikan talenta kepada hamba-Nya menurut kesanggupannya. Ada yang karena kesanggupannya diberikan 5 talenta, ada yang 2, dan ada yang satu talenta. Yang menerima 5 talenta mengusahakannya sehingga beroleh laba 5 talenta, menjadi 10 talenta. Yang menerima 2 talenta mengusahakannya dan beroleh laba 2 talenta, menjadi 4 talenta.

Ketika tuannya datang, mereka yang menerima 5 itu berkata: "Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta."
Yang menerima 2 talenta berkata, "Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta."

Kedua hamba yang menerima 5 dan 2 talenta itu sebagai titipan kepercayaan. Mereka memahami talenta itu sebagai "yang dipercayakan" kepada mereka. Mereka menerima kepercayaan itu dan dengan penuh tanggung jawab menjaga kepercayaan itu dengan cara mengembangkan atau mengusahakan talenta itu sehingga beroleh laba menjadi dua kali lipat. Keduanya taat menerima kepercayaan itu dan menjalankan kepercayaan itu dengan sebaik-baiknya. Tanpa ragu-ragu mereka langsung menggunakan talenta itu untuk diusahakan dan dikembangkan. Keduanya tidak peduli apa yang akan terjadi ke depan seandainya talenta itu berhasil mereka lipat gandakan. Apakah akan diambil semua oleh tuannya? Ataukah mereka akan menerima sebagian? Keduanya tidak terganggu oleh pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Keduanya langsung taat dan mengerjakan kepercayaan itu.

Sedangkan hamba yang menerima satu talenta itu berkata kepada tuannya, "Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!" Hamba ini diberi kepercayaan satu talenta, tetapi ia merasa tidak dipercaya dan, karena merasa tidak jelas dengan apa yang akan terjadi seandainya ia mengusahakan talenta itu, apakah akan menjadi miliknya, atau harus dikembalikan kepada tuannya, maka ia hanya menyembunyikan talenta itu. Hamba ini begitu digelisahkan dengan "nasib" masa depan dan ketidakpastian akan masa depan. Ia takut kalau seandainya ia berhasil mengupayakan talenta itu menjadi banyak, tuannya dengan kejam akan mengambil semuanya tanpa memberinya bagian. Dan kalau itu yang terjadi, ia tidak rela. Dihantui oleh kekhawatirannya yang didorong oleh ketamakan, ia memilih mendiamkan dan menyembunyikan talenta itu. Lebih baik tidak melakukan apa-apa daripada bersusah payah hanya untuk menguntungkan orang lain.

Kedua hamba yang menerima 5 dan 2 talenta adalah hamba-hamba yang ikhlas bekerja tanpa merisaukan apa yang akan mereka terima. Mereka menunjukkan ketaatan penuh kepada tuannya. Mereka bahkan tidak peduli seandainya mereka berhasil mengembangkan talenta itu menjadi berlipat-lipat tetapi akhirnya semuanya akan diambil oleh tuannya. Tugas mereka adalah mengusahakan agar talenta itu menghasilkan laba. Untuk siapakah laba itu? Apakah mereka akan mendapatkan bagian dari laba itu? Mereka tidak merisaukan pertanyaan-pertanyaan itu. Mereka hanya taat menjalankan perintah tuannya.

Kedua hamba yang menerima 5 dan 2 talenta itu adalah hamba-hamba yang ikhlas berbagi. Mereka sadar betul bahwa talenta yang mereka terima itu adalah titipan. Bukan menjadi hak milik. Kepada siapa laba akan diberikan oleh tuannya, tidaklah menjadi persoalan penting bagi mereka. Yang penting adalah mereka melakukan perintah tuannya.
Sebaliknya, hamba yang menerima satu talenta tidak mau mengusahakannya karena ia tidak rela kalau hasil jerih payahnya akan diambil dari dirinya.


25:14    "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
25:15    Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
25:16    Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
25:17    Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
25:18    Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
25:19    Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
25:20    Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
25:21    Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:22    Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
25:23    Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:24    Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
25:25    Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
25:26    Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
25:27    Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
25:28    Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
25:29    Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.

Sabtu, 17 Juni 2017

Siapakah yang Terbesar dalam Kerajaan Sorga? Waspada terhadap penyesatan (Matius 18)

"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" demikian tanya para murid kepada YESHUA pada suatu ketika. 

Yeshua menjawab ini dengan memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, katanya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Matius 18: 3--5)

Menarik mengamati Yeshua mengontraskan antara "yang terbesar" dengan "anak kecil". Kemudian Yeshua juga menagaskan, "barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." 

Yeshua sekali lagi menegaskan bahwa cara pandang dunia itu berbeda dengan cara pandang surga. Kalau kamu ingin jadi yang terbesar, jadilah yang terkecil. Kalau kamu menyambut dan menghargai yang kecil, kamu menyambut dan menghargai Aku.

Yeshua menampilkan kontras ini untuk sekali lagi mengingatkan para murid akan bahaya cara pandang dunia yang sering menyesatkan. Pada Matius 16 Yeshua mengingatkan agar para murid "berjaga-jaga dan waspada" terhadap potensi penyesatan yang diperlihatkan oleh ajaran para Farisi dan Saduki. Pertanyaan para murid, bagi Yeshua, memperlihatkan bahwa potensi penyesatan dalam diri para murid itu masih sangat besar dan ada. Yeshua sekali lagi mengingatkan agar para murid mengadopsi cara pandang dunia yang sering menyesatkan. 

Hal ini ditegaskan dengan perkataan Yeshua selanjutnya:
"Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut. Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua." (Matius 18: 6--9)

Bagi Yeshua, sangat penting agar kita tidak sesat, disesatkan, dan menyesatkan. Bahkan, lebih baik bagi kita untuk kehilangan tangan atau mata kita daripada kita tersesat oleh karenanya. Kesesatan itu menghalangi kita untuk masuk ke dalam hidup.

Di lain pihak, Yeshua juga menegaskan bahwa penyesatan itu memang harus ada. Namun, Yeshua juga menegaskan bahwa celakalah orang yang mengadakannya. Dan karena penyesatan itu ada, sangat penting bagi kita untuk tidak disesatkan dan tidak menyesatkan. Kita harus memutus segala kemungkinan agar kita tidak tersesatkan dan tidak menyesatkan. Lebih baik kita kehilangan tangan atau mata daripada kita tersesat. Dan penyesat pun akan diganjar dengan hukuman yang sangat berat, lehernya diikatkan dengan batu kilangan dan kemudian ditenggelamkan ke dalam laut. Dengan kata lain, penyesat tidak layak mendapat hidup.

Pentingnya agar kita tidak tersesat juga ditunjukkan Yeshua lewat perumpamaan akan domba yang hilang. Jika ada 1 domba yang hilang dari 100 domba semuanya, Bapa akan meninggalkan yang 99 untuk mencari 1 yang sesat/hilang. "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang." (Matius 18:12--14).

Bagaimana Bapa menjadi agar kita dombanya tidak sesat? Ada 3 cara yang ditunjukkan dalam pasal 18 Matius ini. Pertama adalah teguran dari sesama jemaat (ayat 15--17). Yang Kedua adalah doa jemaat. Dan Ketiga adalah pengampunan yang melimpah yang disediakan oleh Bapa kepada kita.

Jika kita tahu bahwa ada saudara sesama jemaat berbuat dosa, kita diminta menegor di bawah empat mata (ayat 15). Jika ia tidak mendengarkan kita, kita bisa membawa satu atau dua rekan untuk menguatkan tegoran kita. Jika ia masih tidak mau mendengarkan kita, kita bawa persoalan ini kepada jemaat. Kalau toh ia tidak mau mendengarkan seluruh jemaat? Yeshua mengatakan bahwa usaha manusia cukup sampai di situ.

Menarik bahwa dalam pasal ini Yeshua Matius menyisipkan perkataan Yeshua tentang kuasa jemaat dan doa di ayat 18, 19, dan 20, sebagai berikut: "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Ayat 18 menegaskan bahwa kita, jemaat diberi kuasa untuk mengingat dan melepaskan. Ada yang mengatakan bahwa dengan ini jemaat memiliki kuasa untuk memasukkan seseorang menjadi anggota jemaat dan sebaliknya, mengeluarkan. Dan sampai di situlah upaya manusiawi yang bisa kita tempuh untuk mencegah orang agar tidak tersesat.
Namun, Yeshua juga memberikan sebuah cara lain, yakni doa. Kita bisa berdoa agar saudara kita yang berdosa itu mau bertobat. Jadi selain usaha kita secara manusiawi, kita juga diminta untuk berusaha secara rohani. Doa ini memiliki kuasa, apalagi doa sepakat antara dua orang jemaat atau lebih.

Cara ketiga adalah lewat pengampunan (Matius 18:21--35). Bapa memberi pengampunan kepada jemaat, yang juga mau memberikan pengampunan kepada sesamanya yang bersalah kepadanya. Berapa kali kita harus mengampuni? 70 x 7 kali. Kita diminta selalu mengampuni, karena Bapa juga selalu mengampuni.

Rabu, 14 Juni 2017

Matius 17: Kemuliaan yang sudah dijanjikan

Ayat 1--5
Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja.
Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.
Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."


Pada Pasal 16 bagian akhir, Yesus berkata bahwa "Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya." (Matius 16:27) Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes naik ke gunung untuk memperlihatkan kepada mereka kemuliaan-Nya. Wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. Apa yang mereka lihat membuat mereka "betapa bahagianya". Pengalaman ini meneguhkan iman Petrus yang terungkap lewat deklarasinya--berkat karunia perwahyuan dari Bapa--bahwa Yeshua adalah ha'Mashiah atau mesias yang dijanjikan itu, yang didahului dengan kedatangan Elia yang "memulihkan segala sesuatu" (Yohanes Pembaptis) (ayat 10-13).

Ada 3 dimensi yang mau ditampilkan oleh Matius 17. Pertama adalah kemuliaan (yang dijanjikan kelak). Kedua sikap mental atau aplikasi yang harus terjadi saat ini. Ketiga jalan yang harus dilalui sebelum datangnya kemuliaan.

Sikap mental atau aplikasi dari kemuliaan yang dijanjikan kepada murid-murid atau orang yang percaya adalah beriman penuh dalam menghadapi setiap situasi yang terjadi sehari-hari. Yesus menegaskan betapa penting dan dahsyatnya kekuatan iman tersebut sehingga Ia mengatakan, "Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu." (ayat 20). Iman kepada Yeshua adalah dahsyat. Iman itu sedemikian dahsyat hanya untuk sekadar menyembuhkan sakit-penyakit atau mengusir setan  (Yesus mengusir setan yang membuat orang ayan--ayat 14--18). Bahkan iman ini bisa memindahkan gunung.
Penerapan kedua adalah dengan taat kepada pemerintahan yang sah. Yeshua taat membayar bea untuk Bait Elohim (ayat 24--27).

Dimensi ketiga adalah penderitaan. Yesus mengatakan "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Penderitaan ketika datang memang harus dijalani. Tetapi penderitaan bukanlah akhir, melainkan sebuah tahap yang harus dilalui sebelum kemuliaan itu datang. Yeshua akan dibunuh dan fakta itu membuat murid-murid sedih. Tetapi Yeshua juga mengatakan bahwa Ia akan dibangkitkan. Penderitaan bukanlah akhir dari nasib kita, orang yang percaya. Di balik penderitaan itu ada kemuliaan. Dan Petrus, Yakobus, dan Yohanes sudah aamenyaksikan sebuah gambaran kemuliaan seperti apa yang menanti mereka.

Selasa, 13 Juni 2017

Matius 16: Pengetahuan akan Firman Menuntut Perubahan Total

Manusia [menjalani] hidup berdasarkan pemahaman dan pandangan hidupnya. Bagi orang percaya, pemahaman tersebut adalah menurut kebenaran Firman Tuhan. Begitu pentingnya pemahaman akan kebenaran atau pengetahuan akan kebenaran itu sehingga Yeshua memperingatkan para murid-Nya untuk berhati-hati terhadap sembarang ajaran, dalam pasal ini adalah ajaran orang Farisi dan orang Saduki. 

"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." (ayat 6).

Yeshua menghendaki agar kita bahkan berjaga-jaga dan waspada terhadap sembarang ajaran. Ini menyiratkan pentingnya kita mengetahui ajaran yang benar, paham hidup yang benar. 

Tetapi bagaimana kita bisa memiliki pengetahuan yang benar atau pengetahuan akan kebenaran ini? Matius pasal 16 ini memperlihatkan kepada kita bagaimana kita bisa mendapatkan pengetahuan yang benar ini dan apa yang bisa menghalangi kita untuk dibukakan kepada kebenaran tersebut.

Yeshua menggambarkan paham atau ajaran itu seperti "ragi". Ragi itu meskipun sedikit bisa mengubah atau memengaruhi adonan yang banyak menjadi sesuatu yang berbeda. Demikian pula ajaran. Ajaran itu seperti ragi, ia bisa menyebar dan memengaruhi banyak orang. Karena sifatnya yang sangat gampang menular dan memengaruhi, maka Yeshua mengingatkan murid-murid-Nya untuk berhati-hati terhadap sembarang ragi atau sembarang ajaran.

Ragi atau ajaran seperti apa yang kita yakini sangat menentukan cara pandang dan sikap hidup kita. Terhadap pertanyaan Yeshua,  "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" (ayat13) ada beberapa jawaban. Ada yang bilang Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia, atau salah seorang dari para nabi. Tetapi Petrus mengatakan, "Engkau adalah Mesias, Anak Elohim yang hidup!" Hal ini memperlihatkan bahwa terhadap satu hal yang sama, bisa terdapat bermacam-macam pandangan. Dan pandangan yang benar, yang disampaikan Petrus, dikatakan Yeshua, hanya mungkin datang dari Bapa.

"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga." (ayat 17) 

Yeshua mengatakan bahwa pengetahuan Petrus tersebut dinyatakan kepadanya oleh Bapa. Hanya Bapalah yang bisa memberikan kepada kita pemahaman yang benar atau kebenaran itu sendiri. Dunia tidak bisa mengetahui kebenaran ini karena mereka memandang segala sesuatu menurut ukuran manusia.


Menjadi jelas juga bahwa apa yang menghalangi seseorang untuk sampai kepada kebenaran adalah cara berpikir menurut manusia atau menurut dunia. Hal ini ditunjukkan dari kesalahpahaman awal para murid tentang ragi yang mereka kira ragi dalam arti harfiah karena mereka tidak membawa roti dalam perjalanan mereka. Orientasi duniawi mereka menghalangi mereka untuk bisa memahami apa yang dimaksud Yeshua mengenai ragi, yakni bukan ragi dalam arti harfiah melainkan pengajaran.

Yeshua dengan tegas mengatakan bahwa orientasi duniawi ini akan menghalangi kita untuk bisa mengerti kebenaran. Ketika Yeshua menyampaikan bahwa Ia akan menderita dan dibunuh, Petrus tidak bisa terima akan hal tersebut dan menegor Yeshua dan mengatakan bahwa hal itu sekali-kali tidak boleh menimpa Yeshua. Petrus menanggapi kebenaran yang disampaikan Yeshua dengan menggunakan cara pandang dunia, sekali lagi, meskipun sebelumnya ia telah dimampukan Bapa untuk melihat melalui kacamata Bapa. Bahkan sesudah Yeshua mengatakan bahwa ia adalah batu karang dan di atasnya Ia akan mendirikan jemaat-Nya (ayat 17-19). Yeshua dengan keras menghardik Petrus dan mengatakan,  "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Elohim, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (ayat 23)

Cara pandang dunia atau manusia menghalangi Petrus untuk bisa memahami kebenaran, meskipun sebelumnya ia telah dikaruniai kebenaran mengenai siapa Yeshua yang adalah ha'Mashiah, mesias. Sekalipun ia telah menerima nubuat bahwa ia akan menjadi batu karang tempat Yeshua akan mendirikan jemaat-Nya. Perhatikan betapa dahsyat perkataan Yeshua ini untuknya:

"Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Ayat 18-19)

Peristiwa ini justru menegaskan kebenaran kata-kata Yeshua di awal pasal ini agar kita "berjaga-jaga dan waspada". Sekalipun Bapa telah mengaruniakan kebenaran kepada kita, tidak ada jaminan bahwa kita akan berjalan menurut kebenaran tersebut. Kecenderungan badani kita, kebiasaan kita memandang segala sesuatu melalui cara pandang dunia sering menghalangi kita untuk berjalan dalam kebenaran tersebut. Sebab itu kita harus memperhatikan kata-kata Yeshua ini untuk terus berjaga-jaga dan waspada.

Kenapa kita harus waspada? Karena dorongan kedagingan kita--ketamakan kita--akan menuntut kita untuk "memperoleh seluruh dunia" (ayat 26), namun justru, kalau kita tidak waspada, hal itu akan membawa kita kehilangan nyawa kita. Sebaliknya, kebenaran akan memampukan kita untuk merelakan nyawa kita sebagai akibat kita ikut Yeshua ha'Mashiah (ayat 25) namun untuk menyelamatkannya. Kebenaran akan memampukan kita untuk menanggalkan kedagingan kita.

Jadi jelas, cara berjaga-jaga dan waspada ini adalah dengan terus-menerus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikut Yeshua (ayat 24).

Kebenaran yang sudah dinyatakan kepada kita tidak boleh diaplikasikan secara duniawi. Kebenaran itu menuntut kita untuk berjalan menurut kebenaran itu. Kebenaran itu adalah Kristus, ha'Mashiah. Dan menerima kebenaran berarti secara total mengikut Yeshua, memikul salib, menyangkal diri dan bahkan rela kehilangan nyawa karena Kristus.

Senin, 12 Juni 2017

Dibagi Tetapi Malah Semakin Banyak

DIBAGI TETAPI MAKIN BERTAMBAH 
(Matius 15)

"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan." Dan hanya ada 7 potong roti dan sedikit ikan. Tempat itu jauh dari pasar atau warung untuk bisa membeli makanan. Dan orang-orang itu sudah kekelahan karena mengikuti Yesus selama 3 hari. Mereka akan pingsan di jalan kalau harus pulang berjalan kaki. Tapi sore itu mukjizat terjadi. Tujuh potong roti dan sedikit ikan itu cukup untuk mengenyangkan perut 4 ribu laki-laki, tidak terhitung yang perempuan dan anak-anak.
Kerumunan orang itu kemungkinan berjumlah sekitar sepuluh ribu orang. Tercatat 4 ribu laki-laki. Dengan istri mereka masing-masing dan anak-anak, ya, kurang lebih sepuluh ribu orang. Kerumunan orang yang haus mendengarkan Firman. Tiga hari penuh dengan Firman. Dan Yesus akan segera mengakhiri sesi khotbahnya sebelum berpindah ke agenda lain. Ia harus meminta mereka pulang. Namun, Ia tahu orang-orang itu secara fisik sudah kelelahan dan kelaparan. Yesus tidak mau dan tidak akan membiarkan orang-orang itu mengalami kesulitan dalam perjalanan pulang. Ia tahu mereka akan pingsan di jalan tanpa terlebih dahulu mendapatkan kekuatan dari asupan makanan jasmani. Sesuatu harus dilakukan.
Namun, yang ada hanya 7 potong roti dan sedikit ikan. Bagaimana mungkin itu mengenyangkan perut sepuluh ribu orang?
=======================
PELAJARAN PERTAMA: Kalau kita mendengarkan Firman Tuhan sebagai pilihan pertama asupan [rohani] kita, TUHAN tidak akan membiarkan asupan [jasmani] kita terabaikan. Tuhan jelas memilih untuk memelihara kita.
=======================
Sore itu akhirnya 10 ribu orang itu pulang dalam keadaan perut kenyang. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
"sudah tiga hari mereka mengikuti aku"
Mukjizat itu terjadi pertama-tama karena adanya iman. Tiga hari meninggalkan segalanya demi mendengarkan Firman adalah sebuah langkah iman. Mereka bahkan tidak membawa bekal [yang cukup]. Terbukti sampai hari ketiga itu hanya tinggal tersisa 7 potong roti dan sedikit ikan untuk seluruh kerumunan orang itu. Entah apa yang mendorong orang-orang itu untuk nekad mengikuti Yesus selama 3 hari, tanpa perbekalan yang cukup. Jawaban yang mungkin hanya satu: mereka begitu haus akan Firman. Dan itu adalah sebuah tindakan iman. Melepaskan selaganya demi Firman.
"Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan"
Faktor kedua adalah belas kasih Tuhan [Yesus]. Belas kasih yang muncul atas keadaan duniawi yang riil dari orang-orang yang mengikuti-Nya. Ini juga memberi tahu kita bahwa Tuhan tidak hanya memedulikan kerohanian kita, tetapi juga kondisi jasmani kita. Tuhan peduli dengan tubuh kita, dengan kebutuhan-kebutuhan fisik kita. Kita yang adalah orang beriman yang haus akan Firman-Nya.
"Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur..."
Faktor ketiga yang memunginkan terjadinya mukjizat adalah sikap hati bersyukur. Tujuh potong roti dan beberapa ikan untuk 10 ribu orang [yang kelaparan] jelas tidak cukup. Bahkan bisa dikatakan tidak berarti sama sekali, atau tidak ada. Di satu pihak, Ini bicara tentang kekurangan, tentang kemiskinan. Di lain pihak, ini bicara tentang masalah, tentang situasi darurat. Darurat karena tanpa adanya makanan yang cukup semua orang itu akan pingsan di jalan.
Berhadapan dengan situasi krisis seperti ini kebanyakan orang akan gelisah, khawatir, bingung. Tetapi kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam situasi kekurangan seperti apa pun, dalam situasi krisis, genting, seperti apapun, sikap yang harus bisa ambil adalah bersyukur, Yesus "mengambil" dan "mengucap syukur". "Mengambil" bicara tentang menerima berkat yang sudah ada, betapa pun sedikit. Bukan malah mengeluhkannya karena jumlahnya yang sedikit itu.
"memecah-mecahkannya dan memberikannya"
Faktor keempat adalah semangat berkorban 
dan 
Faktor kelima adalah semangat berbagi.
Meskipun yang ada hanya 7 roti dan sedikit ikan, yang sedikit itu dipecah-pecahkan (=dikorbankan) dan dibagikan kepada orang lain. Sebuah sikap [iman] yang luar biasa. Sekali lagi, kisah ini mengingatkan kita untuk mengambil langkah iman. Ketika dalam keadaan yang sangat terbatas, Tuhan kadang meminta kita untuk berkurban dan bahkan memberikan satu-satunya yang masih tersisa yang masih ada pada kita. 
Seperti Pengorbanan yang diminta dari janda Sarfat yang tinggal memiliki sedikit tepung untuk membuat sebuah roti bundar untuk dirinya dan anaknya dan sesudah itu mati [karena tidak ada yang lain lagi yang tersisa], namun Tuhan memintanya untuk memberikan satu roti bundar terlebih dahulu kepada hamba-Nya (Elia) dan baru sesudah itu sisanya untuk mereka berdua (Raja-Raja 17)
Seperti pengurbanan yang diminta dari Abraham atas anak satu-satunya yang sudah lama dinanti-nantikannya ... tetapi harus diserahkannya. 
Sebuah pengorbanan yang mensyaratkan ketaatan karena iman akan kuasa penyelenggaraan Tuhan. Sekali lagi, ini sebuah langkah iman yang mengakui kedaulatan Tuhan dan kuasa-Nya.
Kemudian roti itu dibagi-bagikannya. Terus menerus dibagikan. Dan dengannya mukjizat terjadilah. Sepuluh ribu orang itu semuanya makan dengan kenyang dan bahkan sampai tersisa 7 bakul. Ini mengatakan kepada kita bahwa memberi tidak akan membuat kita kekurangan. Bahkan memberi ketika kita dalam keadaan kekurangan, tidak akan membuat kita semakin kekurangan atau mati. Memberi justru menjadi cara untuk terjadinya pelipatgandaan.
Mukjizat terjadi ketika kita berani memberikan apa yang ada pada kita, apa yang sangat kita butuhkan, harta kita yang sangat sedikit dan sangat berarti bagi kita. Memberi dengan iman [penuh akan penyelenggaraan Tuhan], dalam ucapan syukur [meski dalam segala kekurangan dan keterbatasan] meski dalam himpitan masalah besar. Memberi sebagai bentuk pengorbanan karena percaya penuh akan belas kasih Tuhan.
Dalam keadaan berkekurangan, segeralah berbagi! [Bahkan jika tinggal itu yang tersisa!]
iman
syukur
berkurban
berbagi
mukjizat