Tampilkan postingan dengan label memuliakan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label memuliakan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Februari 2013

Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan

Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu. (Yesaya 60:5)

kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu
kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu

itu janji YAHWE bagi Anda, bagi saya, bagi kita, anak-Nya.

Tapi bagaimana hal ini bisa terjadi? Kita akan belajar dari kisah janda di Sarfat (1 Raja-Raja 17:8-16).


8  Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
9  "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."
10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum."
11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti."
12 Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."

13 Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
14 Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.


Seorang janda, yang miskin, hampir mati karena sebentar lagi akan kehabisan makanan, namun diubah menjadi berkelimpahan. Yang tadinya terbatas menjadi tidak terbatas. Janda yang tinggal memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak itu, satu-satunya kekayaannya yang terakhir sebelum ia mati kelaparan, pikirnya, diubah menjadi berkelimpahan. Tepungnya tidak habis-habis, demikian pula minyaknya.

Apa kunci dari pembalikan nasib ini? Perubahan yang luar biasa ini? Mujizat ajaib ini? Bagaimana mungkin hal ini terjadi?


Kuncinya ada di ayat 13. Ada 2 pesan penting dalam ayat ini. Pertama, "jangan takut" dan "buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu". Kunci pertama adalah "jangan takut". Mengapa? Karena demikianlah perintah YAHWE. Karena YAHWE adalah YAHWE yang memelihara hidup kita, sekalipun secara kasat mata mungkin kita sering dibuat merasa takut dan kawatir oleh kekurangan dan tuntutan kebutuhan kita. Tidak takut karena YAHWE pasti menolong. YAHWE berjanji akan memelihara kita.

Kunci yang kedua adalah: kita mengutamakan YAHWE terlebih dahulu. Coba kita lihat situasinya. Saat itu janda itu sedang mencari kayu bakar untuk membuat roti terakhir yang akan bisa ia nikmati bersama anaknya. Setelah itu ... tidak ada yang tersisa ... tinggal menunggu waktu untuk mati. Namun, sekalipun demikian, Elia meminta supaya janda itu membuatkan sebundar roti kecil terlebih dahulu baginya, baru setelah itu untuk dirinya sendiri dan anaknya. Janda ini taat, dan sebagai balasannya, ia diberkati YAHWE dengan tepung dan minyak yang tidak pernah habis. Suatu berkat keuangan yang tiada habisnya.

Pesannya jelas di sini bahwa, apa pun kondisi kita, YAHWE menghendaki agar kita mengutamakan YAHWE di atas kebutuhan kita sendiri. YAHWE meminta kita untuk membuat roti bundar kecil terlebih dahulu untuk-Nya dan baru kemudian kita membuat untuk bagian kita sendiri. YAHWE minta dinomor satukan, diutamakan, sebelum yang lain-lainnya. Dan ketika kita menaati perintah YAHWE dan mengutamakan DIA di atas semua kebutuhan kita, YAHWE akan menepati janji-Nya dengan melimpahi kita dengan berkat keuangan.

Pertanyaannya, sudahkah kita menomor satukan YAHWE di dalam keuangan atau harta kita? Mengapa harus menomor satukan YAHWE? Karena "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). YAHWE meminta kita untuk mengutamakan DIA dengan harta kita, karena di mana posisi harta kita, di situ pula hati kita berada. Jika kita mengutamakan YAHWE dengan harta kita, maka otomatis hati kita juga pertama-tama tertuju kepada YAHWE.

Bagaimana cara kita mengutamakan YAHWE dengan harta kita? Imamat 27:30 memberi kita petunjuk: "Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik YAHWE; itulah persembahan kudus bagi YAHWE."

Dengan persepuluhan. Dalam ayat ini dengan jelas dikatakan bahwa sepersepuluh dari hasil kita adalah milik YAHWE. Sebab itu harus dikembalikan. Setiap hasil yang kita terima, terlebih dahulu kita harus menyisihkan seper sepuluh untuk YAHWE. Terlebih dahulu, sebelum kita mempergunakannya untuk keperluan lain. Sama seperti Elia meminta kepada janda itu, terlebih dahulu buatlah sebunar kecil roti untukku, baru kemudian kau buat untuk dirimu dan anakmu. Mengapa YAHWE memerintahkan hal ini kepada janda itu melalui Elia? Mengapa YAHWE meminta kita mengembalikan persepuluhan? Jawabannya ada dalam Amsal 9:3-10:

Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Janda Sarfat itu melakukan, maka, dua bagian kecil roti bundar itu, yang seharusnya langsung habis setelah dimakan, ternyata dibuat YAHWE tidak pernah habis. Tepung dan minyak itu tidak pernah habis. Demikian pula, jika kita terlebih dahulu menyisihkan sebagian penghasilan kita untuk YAHWE, sebelum kita membelanjakannya untuk keperluan lain-lain, 90% bagian yang YAHWE percayakan kepada kita, yang seharusnya habis untuk memenuhi kebutuhan kita, YAHWE sanggup membuatnya tidak pernah habis.

Di sini YAHWE ingin kita belajar sebuah kebenaran yang amat penting. Secara manusiawi, apa yang dilakukan YAHWE melalui Elia kepada janda itu, benar-benar kejam dan tidak tahu diri. Elia datang kepada janda itu. Ia langsung meminta air. Sesudah janda itu memberinya air dalam kendi, Elia langsung meminta roti. Dan ketika diberitahukan bahwa janda itu tidak punya roti, satu-satunya yang dimilikinya adalah segenggam tepung dan sedikit minyak, yang adalah makanan terakhirnya sebelum ia dan anaknya akan mati karena sudah tidak memiliki persediaan makanan lagi di tengah-tengah musim kelaparan tersebut, Elia tetap meminta supaya janda tersebut membuatkannya sepotong kecil roti bundar. Bukan sesudah janda dan anaknya itu makan terlebih dahulu, baru kemudian sisanya untuk Elia. Tidak. Sebaliknya, Elia meminta supaya janda itu membuatkannya terlebih dahulu sebundar roti baru kemudian janda dan anaknya itu.

Kenapa YAHWE meminta Elia melakukan hal itu? Dalam ayat 9 dikatakan bahwa YAHWE memerintahkan Elia untuk ke Sarfat karena dengan cara demikianlah YAHWE akan memberi makan kepada Elia, melalui seorang janda. Memang benar Elia akhirnya mendapatkan makanan dari janda itu, tetapi apakah memang itu tujuan YAHWE mempertemukan Elia dengan janda itu? Kalau  kita membaca bagian sebelum dan sesudah kisah ini, kita tahu bahwa bukan itu tujuan YAHWE mempertemukan Elia dengan janda itu. YAHWE bisa memberi makan Elia dengan banyak sekali cara: lewat burung gagak yang membawakan roti dan daging kepadanya (1 Raja-Raja 17:6), lewat malaikat yang membawakan roti bakar dan air dalam kendi (1 Raja-Raja 19:6).

Jadi bukan pertama-tama agar Elia mendapat makanan dari janda itu YAHWE mengutus Elia kepadanya. Pertemuan itu, bukan terutama untuk menguntungkan Elia, melainkan janda itu sendiri. Janda itulah yang diuntungkan. Tepung dan minyaknya tidak habis. Pertemuan itu membawa pemulihan ekonomi bagi keluarga janda itu. Dan tidak hanya pemulihan ekonomi, tetapi juga pemulihan keluarga dan kesehatan. Ketika anak janda itu sakit dan akhirnya mati, YAHWE memakai Elia untuk membangkitkan anak itu untuk hidup kembali dan sehat kembali. Pertemuan Elia dan janda itu membawa pemulihan ekonomi, keluarga, dan kesehatan bagi janda itu.

Kenapa pertemuan itu dikehendaki YAHWE, karena YAHWE ingin memberikan kesempatan kepada janda itu untuk mempelajari sebuah kebenaran akan Firman YAHWE. Bahwa untuk diberkati, maka terlebih dahulu janda itu harus mengutamakan YAHWE, melebihi kepentingan dirinya dan anaknya. Dan janda itu pun berhasil menggunakan kesempatan yang diberikan YAHWE itu dengan baik: ia belajar sebuah kebenaran yang amat penting:

Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar." (1 Raja-Raja 17:24)

Demikian pula, YAHWE menghendaki agar kita mengembalikan perpuluhan, bukan karena YAHWE membutuhkannya, tetapi DIA ingin kita belajar akan kebenaran Firman tersebut: Bahwa Firman YAHWE adalah benar. Kita hanya harus taat. Bahwa untuk diberkati, kita terlebih dahulu harus menomor satukan YAHWE dengan harta kita. Perpuluhan adalah sebuah cara bagi kita untuk belajar taat dan mengutamakan YAHWE di atas semua kebutuhan kita.

Perpuluhan perlu kita lakukan, bukan demi Tuhan, melainkan demi kita sendiri. Dalam Maleakhi 3:7-12 kita belajar bahwa perpuluhan adalah cara yang diberikan YAHWE kepada manusia agar YAHWE bisa memberkati manusia setelah manusia menyimpang dari ketetapan-Nya. Manusia telah terkena kutuk oleh karena dosa dan pelanggarannya. Persepuluhan menjadi sebuah sarana dan tanda, bahwa manusia di dalam hatinya masih menempatkan YAHWE sebagai yang utama. Persepuluhan adalah sebuah jalan bagi manusia agar manusia masih bisa menikmati berkat-berkat YAHWE setelah terkutuk akibat dosa-dosanya.

7. Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?"
8 Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
9 Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!
10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
11 Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.
12 Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.


Prinsip ini demikian penting bagi kita sehingga YAHWE bahkan memberi kita kesempatan untuk menguji kebenaran ini. YAHWE sendiri menantang kita: UJILAH AKU. Persepuluhan, sebagian dari penghasilan kita, roti bundar kecil, yang disisihkan pada saat kita diberkati YAHWE dengan berkat keuangan, adalah sebuah bukti ketaatan dan hormat kita kepada YAHWE, bahwa hati kita pertama-tama tertuju kepada YAHWE; persepuluhan adalah sebuah cara agar YAHWE bisa menghardik belalang pelahap yang bisa melenyapkan berkat Tuhan yang sudah kita terima. Persepuluhan adalah sarana agar YAHWE bisa membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat yang berkelimpahan kepada kita.



Baca juga:
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi
Yesus Memperhatikan Persembahan
Memasuki Tahun Baru: Belajar dari Ishak
Mengubah Kutuk Menjadi Berkat: Belajar dari Yakub

Minggu, 05 Juni 2011

Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe

Kedekatan hubungan dengan Yahwe, kesetiaan untuk menaati  perintah-perintah-Nya, membuat Yahwe mecurahkan berkat-berkat kepada kita. Hal inilah yang dialami oleh Salomo. Oleh karena kedekatan Daud, ayahnya, dengan Yahwe, Salomo diberkati Tuhan secara luar biasa.

Pentingnya menaati perintah Yahwe ini disampaikan sendiri oleh Yesus dalam Yohanes seperti berikut ini:


Yohanes 14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." 23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Yesus mengatakan bahwa mengasihi Bapa ditandai dengan memegang, melakukan, menuruti perintah Bapa. Memegang artinya perintah atau Firman Bapa itu siap sedia di tangan kita, kita memilikinya, kita mengenalnya, berarti kita tahu, mungkin hal ini ditandai dengan hafal, mengerti. Hal ini menyatakan betapa pentingnya bagi kita untuk selalu membaca dan memperdengarkan Firman itu. Kemudian melakukan dan menuruti, artinya ya mempraktikkan perintah tersebut dalam kehidupan nyata.

Jika kita memegang, melakukan dan menuruti perintah Bapa, Yesus mengatakan bahwa apa saja yang kita kehendaki akan diberikan kepada kita, bahwa Bapa dan Yesus akan mengasihi kita, bahwa Yesus akan menyatakan diri-Nya kepada kita, Bapa dan Yesus akan datang dan diam bersama-sama dengan kita.

Inilah yang dilakukan Daud, sebagaimana nyata dalam Mazmur 1:2-3:

Mazmur 1:2-2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil


Daud mengerti rahasia atau isi hati Yahwe. Ia merenungkan Firman siang dan malam dan tekun melakukannya. Sebagai imbalannya, Yahwe juga mengasihi Daud dan melimpahkan berkat kepadanya dan ketrunannya Salomo. Bagaimana Yahwe memberkati dan membuat berhasil Daud dan anaknya Salomo, salah satunya bisa dilihat dalam 2 Tawarikh berikut ini:

2 Tawarikh 1:15; 9:15-16 Raja membuat banyaknya emas dan perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit. 9:15 Raja Salomo membuat dua ratus perisai besar dari emas tempaan, enam ratus syikal emas tempaan dipakainya untuk setiap perisai besar; 16 ia membuat juga tiga ratus perisai kecil dari emas tempaan, tiga ratus syikal emas dipakainya untuk setiap perisai kecil; lalu raja menaruh semuanya itu di dalam gedung "Hutan Libanon".

Di sini kita melihat bagaimana Salomo dibuat berhasil dan menjadi raja yang kaya raya. Dan tampaknya situasi kehidupan seperti inilah yang memang dikehendaki oleh Bapa, sebagaimana dinyatakan dalam akhir dari perikop Pokok Anggur dalam Yohanes 15,

Yohanes 15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.

Jadi kita belajar bahwa kalau kita mengasihi Yahwe, dengan jalan memegang perintah-Nya, melakukan dan menuruti perintah-Nya, maka Bapa Yahwe akan mengasihi kita, akan tinggal bersama-sama dengan kita, dan akan membuat segala yang kita kehendaki dan kita minta diberikannya kepada kita, termasuk di dalamnya adalah kekayaan duniawi, sebagaimana yang dialami oleh Daud dan Salomo, dan dengan cara demikianlah Bapa dipernuliakan.

Baca juga:
Masuk Ke Ruang Maha Kudus
Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe
Muliakanlah Tuhan dengan hartamu

Minggu, 22 Mei 2011

Masuk ke Ruang Maha Kudus

Ini adalah seri kedua dari posting: Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe. Dalam posting sebelumnya kita sudah membahas pentingnya mengobarkan api penyembahan kepada Yahwe. Dalam posting kali ini kita akan belajar bagaimana kita bisa masuk ke Ruang Maha Kudus di dalam penyembahan kita.

Bait Suci Salomo

Ruang Maha Kudus adalah bagian paling dalam dari 3 bagian Bait Suci: pelataran, ruang kudus, dan Ruang Maha Kudus. Dan di dalam tempat Yang Maha Kudus itu ada sebuah tabut, yaitu kotak emas yang di dalamnya terdapat dua loh batu yang tertulis sepuluh perintah Yahwe (Keluaran 20, Ulangan 5). Hanya imam besar keturunan Harunah yang boleh memasuki Ruang Maha Kudus itu. Itupun hanya setahun sekali. Imam besar harus menyucikan dirinya dan kemudian mengenakan pakaian yang sangat khusus untuk masuk ke dalam tempat itu dan memercikan darah ke atas tutup tabut yang disebut "tutup pendamaian".

Bait Suci merepresentasikan kehadiran Yahwe di tengah-tengah Bangsa Israel. Dengan demikian, tiga bagian dari Bait Suci mewakili 3 tingkat penyembahan. Pelataran melambangkan penyembahan atau ibadah tanpa hadirat Tuhan. Ruang Kudus melambangkan tahap penyembahan di mana kita mulai merasakan hadirat Tuhan. Sedangkan Ruang Maha Kudus melambangkan hubungan yang sedemikian dekat dan intim dengan Yahwe.

Bagaimana caranya kita memasuki setiap tahap penyembahan dan beralih dari pelataran, ke ruang kudus dan akhirnya ke Ruang Maha Kudus?


1. Masuk ke Pelataran Tuhan

Mazmur 100:4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya

Pelataran Bait Suci
Mazmur 100:4 memberitahu kita cara untuk masuk ke pelataran Bait Suci: yakni dengan
(1) masuk melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur.
Dalam hal ini kita harus waspada setiap kali kita akan datang beribadah kepada Tuhan. Iblis pasti tidak senang kalau kita mendekat kepada Tuhan, ia akan mencari celah untuk menghambat kita datang kepada-Nya dengan memprovokasi lingkungan agar kita gagal masuk melalui pintu gerbang-Nya. Bisa jadi iblis akan menimbulkan sungut-sungut (lawan memuji) entah karena perilaku anggota keluarga kita (anak, suami, istri) atau situasi yang lain. WASPADALAH! Sungut-sungut itu akan menutup pintu gerbang Yahwe! Jadi bukalah pintu gerbang Yahwe dengan ucapan syukur.
(2) dengan puji-pujian, dengan bersyukur, dan memuji nama-Nya.
Seandainya iblis berhasil menimbulkan situasi yang memancing kita untuk bersungut-sungut atau kecewa, PILIHLAH untuk tidak kecewa dan untuk tidak bersungut-sungut! Kenapa? Karena kita tahu bahwa kita akan bertemu dengan Raja di atas segala raja! Karena Dialah pemilik hidup kita! Dialah pencipta kita dan seluruh alam semesta! Jadi tidak ada alasan untuk memperhatikan "gangguan kecil" karena sesuatu yang Maha Besar sedang menunggu kita! Datanglah ke ibadah dengan sudah menyanyikan puji-pujian dari rumah, selama perjalanan, dan ...
(3) Datang tepat waktu ke ibadah
Nah karena kita hanya bisa datang ke pelataran-Nya dengan memasuki melalui pintu gerbang-Nya dengan puji-pujian, sebab itu jangan sampai kita melewatkan puji-pujian dalam persekutuan dengan datang tepat waktu dalam ibadah. Ikut pujian penyembahan dari awal di gereja akan memastikan kita untuk masuk ke pelataran Yahwe!

2. Masuk Ruang Kudus
(1) Fokus kepada satu Penonton
Ketika kita datang ke ibadah, kita bukanlah penonton, melainkan "pemain." Hanya ada satu Penonton, yakni Tuhan. Tuhanlah yang menonton kita. Jadi  bukan hanya para pelayan ibadah melainkan semua yang hadir dalam ibadah sedang bertugas untuk menjadikan ibadah menjadi ibadah yang benar-benar hidup. Menyanyilah dengan sepenuh hati. Berdoalah dengan sepenuh hati. Fokuslah pada satu-satunya Penonton, yakni Tuhan. Senangkan hati Penonton tunggal kita, dengan terlibat dalam ibadah dengan sepenuh hari dan segenap jiwa.
(2) Sikap menghormati Tuhan selama menyembah
Dalam Perjanjian Lama, kata menyembah berasal dari kata Ibrani "shachah," artinya menyembah, membungkukkan badan, melaksanakan penyembahan dengan membungkukkan badan, memberi hormat atau merebahkan diri di lantai.Dalam Perjanjian Baru kata menyembah berasal dari kata "proskuneo" yang artinya mencium tangan atau berlutut dan tersungkur sampai dahi menyentuh lantai dan dengan penuh penghormatan yang sungguh-sungguh. Jadi menyembahlah kepada Yahwe dengan sikap hormat yang sungguh-sungguh. Sadarlah bahwa kita sedang menghadap Raja di atas segala raja. Dengan sikap penuh hormat, kita menyadari bahwa segala puji, hormat, dan kemuliaan hanyalah milik Yahwe.


3. Masuk Ruang Maha Kudus
Tabut Perjanjian
(1) Mengenakan kekudusan dan dengan Darah Anak Domba
Kalau dalam Perjanjian Lama, ada tabir yang memisahkan ruang kudus dengan Ruang Maha Kudus, dan hanya imam yang kudus yang berhak masuk ke dalamnya, dalam Perjanjian Baru, tabir itu sudah dikoyakkan saat Yashua atau Yesus menyerahkan nyawa-Nya dan menumpahkan darah-Nya di kayu salib (Matius 27:51). Terkoyaknya tabir itu telah membuka sekat yang memisahkan kita dari Ruang Maha Kudus. Darah Anak Domba telah melayakkan kita untuk masuk ke Ruang Maha Kudus. Jadi untuk masuk ke Ruang Maha Kudus, kita harus menjaga kekudusan kita: perkataan, pikiran dan perbuatan; dan kita berani memasuki hadirat-Nya yang kudus hanya dengan Darah Anak Domba. 
(2) Menyembah Yahwe dalam Roh dan Kebenaran
Untuk masuk ke Ruang Maha Kudus, kita juga harus menyembah Yahwe dalam Roh dan Kebenaran.  



Yohanes 4:23-24 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Yahwe itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 


Baca juga:




Selasa, 17 Mei 2011

Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe

Coba kita simak Kaluaran 301-8 berikut ini:

Mezbah Pembakaran Ukupan
Keluaran 30:1. "Haruslah kaubuat mezbah, tempat pembakaran ukupan; haruslah kaubuat itu dari kayu penaga; 2 sehasta panjangnya dan sehasta lebarnya, sehingga menjadi empat persegi, tetapi haruslah dua hasta tingginya; tanduk-tanduknya haruslah seiras dengan mezbah itu. 3 Haruslah kausalut itu dengan emas murni, bidang atasnya dan bidang-bidang sisinya sekelilingnya, serta tanduk-tanduknya. Haruslah kaubuat bingkai emas sekelilingnya. 4 Haruslah kaubuat dua gelang emas untuk mezbah itu di bawah bingkainya; pada kedua rusuknya haruslah kaubuat gelang itu, pada kedua bidang sisinya, dan haruslah gelang itu menjadi tempat memasukkan kayu pengusung, supaya dengan itu mezbah dapat diangkut. 5 Haruslah kaubuat kayu pengusung itu dari kayu penaga dan kausalutlah dengan emas. 6 Haruslah kautaruh tempat pembakaran itu di depan tabir penutup tabut hukum, di depan tutup pendamaian yang di atas loh hukum, di mana Aku akan bertemu dengan engkau.

Keluaran 30:7-8 Di atasnya haruslah Harun membakar ukupan dari wangi-wangian; tiap-tiap pagi, apabila ia membersihkan lampu-lampu, haruslah ia membakarnya.
Juga apabila Harun memasang lampu-lampu itu pada waktu senja, haruslah ia membakarnya sebagai ukupan yang tetap di hadapan TUHAN di antara kamu turun-temurun. 


Keluaran 30:1-8 memberitahukan kepada kita akan bagaimana bangsa Israel harus membuat mezbah bagi Tuhan dan bagimana di atas mezbah tersebut Harus harus membakar ukupan tiap-tiap pagi dan di waktu senja. Harun harus membakar ukupan yang tetap di hadapan Yahwe.

Mezbah dan membakar ukupan ini berbicara kepada kita mengenai mezbah doa kita setiap hari. Kita harus membakar ukupan di hadapan Yahwe setiap hari, atau menyalakan api penyembahan bagi Yahwe setiap hari.

Api penyembahan berbicara mengenai doa dan pujian serta penyembahan yang benar-benar keluar dari hati, oleh karena kerinduan hati kita kepada Yahwe. Bukan hanya sekadar doa pujian yang keluar dari bibir oleh karena rutinitas atau sesuatu yang hafalan, sesuatu yang dikecam oleh Yahwe, sebagaimana dalam Yesaya 29:13:

Yesaya 29:13 Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan

Yahwe tidak berkenan kepada ibadah yang hanya keluar dari bibir dan mulut, namun hampa karena tidak keluar dari dalam hati manusia. Sesuatu yang dilakukan karena kebiasaan atau kewajiban. Dan untuk ini Tuhan mengecam kita, sebagaimana yang bisa diketahui dari Wahyu 2:1-5.


Kaki Dian
Wahyu 2:1. "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. 2 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. 3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. 4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. 


Wahyu 2:5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. 


Ternyata melakukan ibadat atau doa tanpa hati, namun hanya di bibir saja, merupakan pertanda bahwa kita sedang jatuh ... dan bahkan dianggap dosa oleh Yahwe. Dan Yahwe menyuruh agar kita bertobat, kita harus kembali kepada kasih mula-mula. Kalau kita tidak bertobat, kaki dian itu akan diambil dari kita. Kaki dian ini berbicara mengenai kehadiran Yahwe dan kemuliaan-Nya.

Apa yang harus dilakukan ketika kita jatuh ke dalam dosa rutinitas? Dalam Wahyu ada 2 petunjuk agar kita bisa mengobarkan api penyembahan. Pertama: kita harus bertobat. Kedua: kita melakukan lagi apa yang semula membuat hati kita berkobar-kobar ketika datang menyembah Yahwe.


Baca juga:
Hidup dalam Tuhan
Penggenapan rencana Tuhan
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam

Selasa, 15 Februari 2011

Kebebasan Finansial (3): Muliakanlah Tuhan dengan Hartamu

Sebelumnya kita telah membahas 2 prinsip penting untuk meraih kebebasan finansial. Yang pertama adalah pola pikir kita; yang kedua adalah memiliki hati yang bijaksana. Sekarang kita akan membahas poin 3 dalam prinsip hidup berkebebasan secara finansial. Prinsip yang ketiga adalah:

Muliakanlah Tuhan dengan hartamu!

Amsal 3:9 Muliakanlah Yahwe dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, 10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya. 

Itulah nasehat dari orang yang sangat kaya raya, yakni raja Salomo, berkaitan dengan harta kita. Kalau sekarang ini banyak di antara kita mau membayar mahal untuk ikut seminar tentang strategi menuju kebebasan finansial, hari ini kita mendapatkan nasehat gratis dari orang yang dicatat dalam Kitab Suci sebagai orang yang paling kaya yang pernah hidup di dunia. Salah satu bukti kekayaan Salomo dinyatakan dalam ayat berikut:

1 Raja-Raja 10:27 Raja membuat banyaknya perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit. 


Beranggung jawabkah kita?

Bertanggung jawabkah kita?
Penyembahan yang sejati tidak hanya melalui doa penyembahan dengan mengangkat lagu penyembahan, tetapi melalui cara hidup kita dalam setiap aspek hidup kita: bagaimana kita mempergunakan waktu, tenaga, pikiran termasuk keuangan kita.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar kita bisa memuliakan Tuhan dengan harta kita.

1. Bertanggung jawab secara keuangan untuk hidup kita pribadi.
Bagaimana kita mempergunakan uang untuk kepentingan pribadi kita? Apakah kita menggunakan uang untuk semakin memperbaiki kesehatan kita? mempertumbuhkan iman kita? memperkembangkan pribadi kita? atau malah sebaliknya: memperlemah kesehatan?

2. Bertanggung jawab secara keuangan untuk keluarga kita.
Kebutuhan Pokok Keluarga
Selain kebutuhan pribadi kita, kita juga bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga kita: makanan, sandang, dan papan. Ini harus menjadi prioritas pertama di dalam keluarga.

3. Bertanggung jawab secara keuangan untuk orang lain.
Mother Teresa - Menjadi Berkat
Kita juga dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Kejadian 12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Amsal 19:17. Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Yahwe, yang akan membalas perbuatannya itu. 
Kita dipanggil untuk menjadi berkat, baik untuk orang yang sudah diberkati secara finansial (karena Tuhan akan memberkati orang-orang yang memberkati Abrahan, yang adalah orang yang sudah diberkati Tuhan), maupun untuk orang yang lemah, dan dengan demikian kita memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatan baik kita.


4. Bertanggung jawab secara keuangan untuk rumah Tuhan.

Kita bertanggung jawab untuk menjaga persediaan makanan di rumah Tuhan tetap ada, supaya pekerjaan Tuhan tetap bisa dilakukan, dan dengan demikian Tuhan akan membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepada kita.
Maleakhi 3:10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman Yahwe semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.

Kita bahkan harus mengutamakan pekerjaan Tuhan di atas kebutuhan kita pribadi. Dari 1 Raja-Raja 17:8-16 kita belajar bagaimana Tuhan mencurahkan berkat kepada janda di Sarfat yang atas perintah Tuhan melalui Elia berani mengorbankan kebutuhan bagi keberlangsungan hidup anak dan dirinya sendiri bagi hamba Tuhan.
1 Raja-Raja 17:8. Maka datanglah firman Yahwe kepada Elia: 9 "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." 10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum." 11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." 12 Perempuan itu menjawab: "Demi Yahwe, Tuhanmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." 13 Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. 14 Sebab beginilah firman Yahwe, Tuhan Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu Yahwe memberi hujan ke atas muka bumi." 15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. 16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman Yahwe yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.

Pembangunan Rumah Tuhan
Dari kisah janda Sarfat kita juga belajar bagaimana Tuhan bisa memberi berkat kepada kita bahkan melalui orang yang sangat berkekurangan. Bagaimana Tuhan akan memelihara dan memberkati kita kalau kita terlebih dahulu mengutamakan pekerjaan Tuhan juga ditekankan oleh Yesus sendiri:
Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Tuhan dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.  


Berikut ini adalah salam satu pedoman yang ideal bagaimana kita bisa mengelola keuangan kita untuk memuliakan Tuhan:
Pertama: 20% keuangan kita dipersembahkan untuk pekerjaan Tuhan, yang terdiri dari
10% untuk perpuluhan
10% untuk menabur

Kedua: 80% sisanya, kita bagi untuk kebutuhan kita yang lain, misalnya sebagai berikut:
10% untuk tabungan, atau membayar hutang
30% untuk tempat tinggal, untuk biaya kontrak rumah, biaya perawatan rumah
10% untuk biaya transport
30% untuk lain-lain: sandang, pangan, membayar tagihan-tagihan rutin, membayar sekolah, dll

Baca posting sebelumnya:
Kebebasan Finansial (1): Memiliki Pola Pikir yang Benar
Kebebasan Finansial (2): Memiliki Hati yang Bijaksana