Tampilkan postingan dengan label Firman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Firman. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Januari 2015

3 Pelajaran dari Pemazmur tentang Menemukan YAHWE

Diterjemahkan dari 3 Lessons From The Psalmist On Rediscovering God oleh TE Hanna
Bagian Pertama dari Seri Terobosan

Membaca Kitab Suci setiap hari? Hal ini mungkin merupakan disiplin rohani yang paling sulit untuk dipertahankan. Bukan berarti bahwa hal ini merupakan tindakan yang sulit dilakukan. Saudara hanya diminta untuk membuka halaman Kitab Suci dan biarkan mata saudara menjelajah seluruh huruf-hurufnya. Tidak, bukan pelaksanaan mekanis hariannya yang menjadi tantangan, melainkan konsistensinya.

Alkitab menantang kita. Kadang-kadang, itu bisa sangat menyegarkan, memunculkan kelaparan yang hebat akan Firman Tuhan yang sebelumnya telah tertidur. Lain kali, Alkitab menyerang kita. Karena mengungkapkan kegelapan tersembunyi kita, memaksa kita untuk menghadapi bidang-bidang diri kita yang tetap kita sembunyikan. Dan kemudian, ada saat-saat di mana Kitab Suci itu hanya membingungkan. Bisa menjadi sulit untuk menarik makna modern dari sebuah naskah kuno dengan keteraturan. Sejujurnya, hal itu dapat menghabiskan tenaga, prosesnya menjadi menakutkan, dan bisa sulit untuk tetap mempertahankan semangat dan gairah awal saat kita pertama kali melakukannya.

Penulis Mazmur 119 memahami hal ini. Dalam pasal terpanjang dari seluruh Alkitab ini, kita menemukan sebuah puisi epik yang memuji kehadiran YAHWE dalam Kitab Suci. Tepat sekitar ayat kesembilan belas, kita menemukan ungkapan yang sangat menarik ini:

"Aku ini orang asing di dunia, janganlah sembunyikan perintah-perintah-Mu terhadap aku." (Mzm 119:19)

Bagi bangsa Ibrani, tanah yang dijanjikan itu bukanlah properti yang menjadi milik mereka. Itu adalah milik YAHWE, di mana mereka tinggal sebagai penyewa ilahi. Dengan demikian, mereka sering berbicara tentang kehadiran Tuhan di antara mereka dan, di seluruh Mazmur dan seluruh Kitab Suci, kita mendengar permohonan ini agar Elohim tidak menyembunyikan wajah-Nya.

Tapi tidak di sini. Di sini, permohonanya berbeda. Ini mengacu ke hadirat ilahi Elohim yang terungkap melalui tulisan Kitab Suci , dan mengingatkan kita akan dua hal yang sangat penting:

    Kitab Suci yang memperkenalkan kehadiran Elohim
    Bahwa kadang-kadang, Tuhan tampaknya disembunyikan

Jadi bagaimana kita menemukan Tuhan yang tersembunyi ini? Yeremia berjanji kepada kita bahwa Elohim akan ditemukan ketika kita mencari-Nya (Yer 29:13), jadi bagaimana kita melakukannya?


Syukurlah, Pemazmur yang sama memberi kita tiga pendekatan untuk menemukan kembali wajah YAHWEH.

1. "Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang ..." (Mazmur 119:18)

Pendekatan paling langsung bagi kita adalah melalui studi Kitab Suci. Di sekolah Alkitab, kita menggunakan metode-metode yang melibatkan pengkajian budaya, bahasa, konteks, genre, dan pengaruh-pengaruh langsung yang mengenai penulis dan pembaca. Dalam renungan pribadi, kita jarang melangkah sejauh ini. Sering, kita hanya membaca suatu perikop dan menanyakan "apa artinya?" Dalam studi yang lebih terbimbing, kita bisa menggunakan catatan kaki dan acuan-silang dalam Kitab Suci.

Kuncinya adalah observasi intensional. Kita membaca untuk mencari arti dan informasi. Kita berusaha memahami Kitab Suci dan apa yang disampaikan kepada kita. Sering, kita akan mengakhiri studi semacam itu dengan banyak pertanyaan. Pertanyaan semacam itu bagus, membawa kita masuk lebih dalam.
Proses studi intensional membantu kita membuka mata kita, dan untuk melihat hal-hal berkaitan dengan TUHAN.


2. “supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang pada firman-Mu" (Mazmur 119:17)

Erat terkait dengan studi adalah aplikasi. Tidak cukup hanya mengumpulkan informasi. Sebagai orang Kristen, Kitab Suci hanya akan bermakna ketika hal itu diwujudkan dalam hidup kita. Sehingga pemazmur mengaitkan keduanya menjadi satu: "supaya aku hidup dan berpegang."


3. “hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu” (Mazmur 119:23)

Pendekatan ketika yang diberikan Pemazmur adalah meditasi atau renungan. Meditasi bagi bangsa Ibrani kuno amat berbeda dengan yang kita pahami sekarang. Bagi banyak di antara kita, gagasan meditasi memunculkan gambaran biksu timur yang bernyanyi bersama atau filsuf New-AGe yang menekankan pengosongan pikiran.

Renungan Kitab Suci amat berbeda. Meditasi Kitab Suci adalah mendalami satu ayat atau prinsip, refleksi secara intensional terhadap janji Kitab Suci. Ini semacam mengunyah permen keras, menikmati rasa yang berbeda ketika kita membolak-balik permen di dalam mulut kita, membiarkannya meleleh secara perlahan di mulut kita.

Ketika kita merenungkan janji-janji TUHAN, kita kembali ke janji tersebut lagi dan lagi, mengucapkannya di dalam pikiran kita dan dalam ingatan kita. Meditasi adalah membiarkan ayat atau janji menetap di dalam inti keberadaan kita.

Itulah mengapa Pemazmur menyebutkan renungan di tengah kekacauan. Hanya dalam menerungkan janji-janji TUHAN kita akan menemukan kedamaian di masa-masa yang tidak pasti. Merenungkan janji TUHAN akan membentuk kita menjadi laki-laki dan wanita-Nya TUHAN.

Alkitab dapat menguras kita, itu benar. Pergumulan mental dengan teks terus-menerus sering secara pribadi dapat menantang dan kadang secara intelektual melelahkan dan dapat menguras energi kita. Ironisnya, dalam Kitab Suci kita juga menemukan penyegaran. Ketika kita belajar untuk memodifikasi pendekatan kita, kita tidak hanya menemukan penyegaran yang diberikan firman TUHAN, tapi kita menemukan bahwa ada banyak hal yang belum kita temukan.

Dan itu yang membuat latihan layak dilakukan.


T E Hanna adalah penulis Raising Ephesus: Christian Hope for a Post-Christian Age dan telah menerbitkan banyak artikel di web mengenai iman dan budaya.

Kamis, 04 Desember 2014

Fokus pada Firman TUHAN

Matius 14:25:31         
Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.
Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut.
Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air."
Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.
Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!"
Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?
"

Manusia sering hidup karena melihat. Ia mendasari keyakinan dan keputusannya dari apa yang dilihatnya. Dalam kutipan di atas, Petrusdi bangkitkan harapan, semangat, dan keyakinannya ketika melihat Yeshua datang berjalan di atas air. Imannya dibangkitkan dan ia meminta supaya Yeshua menyuruhnya agar ia juga datang dan berjalan di atas air untuk menyambut kedatangan Yeshua.

Benar. Yeshua mengabulkan permintaan Petrus. Ia menyuruhnya datang berjalan di atas air untuk menyambut-Nya.

Petrus hidup berdasarkan apa yang dilihatnya. Ia melihat Yeshua berjalan di atas air dan mendengar Yeshua menyuruhnya untuk juga berjalan di atas air. Dan ia, karena dibangkitkan iman dan keyakinannya, karena disuruh oleh Yeshua sendiri yang kini ada di hadapannya, ia pun turun dari perahu dan datang berjalan menyambut Yeshua.

Tetapi Petrus memang hidup dari melihat. Ketika ia merasakan adanya tiupan angin, pancainderanya mulai bekerja mengalahkan iman dan keyakinannya yang sebelumnya membesar oleh pengalaman inderawi yang dialaminya sebelumnya. Ketika angin mulai bertiup, rasa takut pun mendatanginya dan ia mulai kehilangan keyakinan dan imannya. Dan ... akibatnya ia memang mulai tenggelam.

Petikan dari Kitab Suci ini mengajarkan kepada kita, orang beriman, untuk fokus kepada Firman TUHAN. Fokus pada Firman artinya hidup oleh Firman, oleh apa yang disabdakan oleh Tuhan Yeshua. Fokus pada Firman berarti percaya bahwa Yeshua akan selalu menolong dan ada di sisi kita, sekalipun pengalaman inderawi kita mengatakan sebaliknya.

Yeshua menghendaki agar kita percaya dan jangan kurang percaya, sekalipun angin masalah bertiup menimpa kehidupan kita. Hidup oleh karena melihat, dengan memercayai apa yang kita lihat dan rasakan hanya akan membuat diri kita dikuasai oleh rasa takut. Hidup karena melihat akan menenggelamkan kita.

Sebaliknya, dengan memercayai Yeshua dan Firman-Nya, kita akan selalu menang menghadapi setiap angin masalah dan badai kehidupan. Mari kita hidup tanpa bimbang karena berpegang teguh pada Firman-Nya. Amin.

Baca juga:
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Kita Kuat Karena Yahwe Menopang: Belajar dari Yesaya 40
Apa warisan terpenting untuk anak cucu?
Cara Hidup Jemaat yang Pertama

 

 


Minggu, 10 Februari 2013

Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan

Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu. (Yesaya 60:5)

kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu
kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu

itu janji YAHWE bagi Anda, bagi saya, bagi kita, anak-Nya.

Tapi bagaimana hal ini bisa terjadi? Kita akan belajar dari kisah janda di Sarfat (1 Raja-Raja 17:8-16).


8  Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
9  "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."
10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum."
11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti."
12 Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."

13 Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
14 Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.


Seorang janda, yang miskin, hampir mati karena sebentar lagi akan kehabisan makanan, namun diubah menjadi berkelimpahan. Yang tadinya terbatas menjadi tidak terbatas. Janda yang tinggal memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak itu, satu-satunya kekayaannya yang terakhir sebelum ia mati kelaparan, pikirnya, diubah menjadi berkelimpahan. Tepungnya tidak habis-habis, demikian pula minyaknya.

Apa kunci dari pembalikan nasib ini? Perubahan yang luar biasa ini? Mujizat ajaib ini? Bagaimana mungkin hal ini terjadi?


Kuncinya ada di ayat 13. Ada 2 pesan penting dalam ayat ini. Pertama, "jangan takut" dan "buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu". Kunci pertama adalah "jangan takut". Mengapa? Karena demikianlah perintah YAHWE. Karena YAHWE adalah YAHWE yang memelihara hidup kita, sekalipun secara kasat mata mungkin kita sering dibuat merasa takut dan kawatir oleh kekurangan dan tuntutan kebutuhan kita. Tidak takut karena YAHWE pasti menolong. YAHWE berjanji akan memelihara kita.

Kunci yang kedua adalah: kita mengutamakan YAHWE terlebih dahulu. Coba kita lihat situasinya. Saat itu janda itu sedang mencari kayu bakar untuk membuat roti terakhir yang akan bisa ia nikmati bersama anaknya. Setelah itu ... tidak ada yang tersisa ... tinggal menunggu waktu untuk mati. Namun, sekalipun demikian, Elia meminta supaya janda itu membuatkan sebundar roti kecil terlebih dahulu baginya, baru setelah itu untuk dirinya sendiri dan anaknya. Janda ini taat, dan sebagai balasannya, ia diberkati YAHWE dengan tepung dan minyak yang tidak pernah habis. Suatu berkat keuangan yang tiada habisnya.

Pesannya jelas di sini bahwa, apa pun kondisi kita, YAHWE menghendaki agar kita mengutamakan YAHWE di atas kebutuhan kita sendiri. YAHWE meminta kita untuk membuat roti bundar kecil terlebih dahulu untuk-Nya dan baru kemudian kita membuat untuk bagian kita sendiri. YAHWE minta dinomor satukan, diutamakan, sebelum yang lain-lainnya. Dan ketika kita menaati perintah YAHWE dan mengutamakan DIA di atas semua kebutuhan kita, YAHWE akan menepati janji-Nya dengan melimpahi kita dengan berkat keuangan.

Pertanyaannya, sudahkah kita menomor satukan YAHWE di dalam keuangan atau harta kita? Mengapa harus menomor satukan YAHWE? Karena "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). YAHWE meminta kita untuk mengutamakan DIA dengan harta kita, karena di mana posisi harta kita, di situ pula hati kita berada. Jika kita mengutamakan YAHWE dengan harta kita, maka otomatis hati kita juga pertama-tama tertuju kepada YAHWE.

Bagaimana cara kita mengutamakan YAHWE dengan harta kita? Imamat 27:30 memberi kita petunjuk: "Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik YAHWE; itulah persembahan kudus bagi YAHWE."

Dengan persepuluhan. Dalam ayat ini dengan jelas dikatakan bahwa sepersepuluh dari hasil kita adalah milik YAHWE. Sebab itu harus dikembalikan. Setiap hasil yang kita terima, terlebih dahulu kita harus menyisihkan seper sepuluh untuk YAHWE. Terlebih dahulu, sebelum kita mempergunakannya untuk keperluan lain. Sama seperti Elia meminta kepada janda itu, terlebih dahulu buatlah sebunar kecil roti untukku, baru kemudian kau buat untuk dirimu dan anakmu. Mengapa YAHWE memerintahkan hal ini kepada janda itu melalui Elia? Mengapa YAHWE meminta kita mengembalikan persepuluhan? Jawabannya ada dalam Amsal 9:3-10:

Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Janda Sarfat itu melakukan, maka, dua bagian kecil roti bundar itu, yang seharusnya langsung habis setelah dimakan, ternyata dibuat YAHWE tidak pernah habis. Tepung dan minyak itu tidak pernah habis. Demikian pula, jika kita terlebih dahulu menyisihkan sebagian penghasilan kita untuk YAHWE, sebelum kita membelanjakannya untuk keperluan lain-lain, 90% bagian yang YAHWE percayakan kepada kita, yang seharusnya habis untuk memenuhi kebutuhan kita, YAHWE sanggup membuatnya tidak pernah habis.

Di sini YAHWE ingin kita belajar sebuah kebenaran yang amat penting. Secara manusiawi, apa yang dilakukan YAHWE melalui Elia kepada janda itu, benar-benar kejam dan tidak tahu diri. Elia datang kepada janda itu. Ia langsung meminta air. Sesudah janda itu memberinya air dalam kendi, Elia langsung meminta roti. Dan ketika diberitahukan bahwa janda itu tidak punya roti, satu-satunya yang dimilikinya adalah segenggam tepung dan sedikit minyak, yang adalah makanan terakhirnya sebelum ia dan anaknya akan mati karena sudah tidak memiliki persediaan makanan lagi di tengah-tengah musim kelaparan tersebut, Elia tetap meminta supaya janda tersebut membuatkannya sepotong kecil roti bundar. Bukan sesudah janda dan anaknya itu makan terlebih dahulu, baru kemudian sisanya untuk Elia. Tidak. Sebaliknya, Elia meminta supaya janda itu membuatkannya terlebih dahulu sebundar roti baru kemudian janda dan anaknya itu.

Kenapa YAHWE meminta Elia melakukan hal itu? Dalam ayat 9 dikatakan bahwa YAHWE memerintahkan Elia untuk ke Sarfat karena dengan cara demikianlah YAHWE akan memberi makan kepada Elia, melalui seorang janda. Memang benar Elia akhirnya mendapatkan makanan dari janda itu, tetapi apakah memang itu tujuan YAHWE mempertemukan Elia dengan janda itu? Kalau  kita membaca bagian sebelum dan sesudah kisah ini, kita tahu bahwa bukan itu tujuan YAHWE mempertemukan Elia dengan janda itu. YAHWE bisa memberi makan Elia dengan banyak sekali cara: lewat burung gagak yang membawakan roti dan daging kepadanya (1 Raja-Raja 17:6), lewat malaikat yang membawakan roti bakar dan air dalam kendi (1 Raja-Raja 19:6).

Jadi bukan pertama-tama agar Elia mendapat makanan dari janda itu YAHWE mengutus Elia kepadanya. Pertemuan itu, bukan terutama untuk menguntungkan Elia, melainkan janda itu sendiri. Janda itulah yang diuntungkan. Tepung dan minyaknya tidak habis. Pertemuan itu membawa pemulihan ekonomi bagi keluarga janda itu. Dan tidak hanya pemulihan ekonomi, tetapi juga pemulihan keluarga dan kesehatan. Ketika anak janda itu sakit dan akhirnya mati, YAHWE memakai Elia untuk membangkitkan anak itu untuk hidup kembali dan sehat kembali. Pertemuan Elia dan janda itu membawa pemulihan ekonomi, keluarga, dan kesehatan bagi janda itu.

Kenapa pertemuan itu dikehendaki YAHWE, karena YAHWE ingin memberikan kesempatan kepada janda itu untuk mempelajari sebuah kebenaran akan Firman YAHWE. Bahwa untuk diberkati, maka terlebih dahulu janda itu harus mengutamakan YAHWE, melebihi kepentingan dirinya dan anaknya. Dan janda itu pun berhasil menggunakan kesempatan yang diberikan YAHWE itu dengan baik: ia belajar sebuah kebenaran yang amat penting:

Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar." (1 Raja-Raja 17:24)

Demikian pula, YAHWE menghendaki agar kita mengembalikan perpuluhan, bukan karena YAHWE membutuhkannya, tetapi DIA ingin kita belajar akan kebenaran Firman tersebut: Bahwa Firman YAHWE adalah benar. Kita hanya harus taat. Bahwa untuk diberkati, kita terlebih dahulu harus menomor satukan YAHWE dengan harta kita. Perpuluhan adalah sebuah cara bagi kita untuk belajar taat dan mengutamakan YAHWE di atas semua kebutuhan kita.

Perpuluhan perlu kita lakukan, bukan demi Tuhan, melainkan demi kita sendiri. Dalam Maleakhi 3:7-12 kita belajar bahwa perpuluhan adalah cara yang diberikan YAHWE kepada manusia agar YAHWE bisa memberkati manusia setelah manusia menyimpang dari ketetapan-Nya. Manusia telah terkena kutuk oleh karena dosa dan pelanggarannya. Persepuluhan menjadi sebuah sarana dan tanda, bahwa manusia di dalam hatinya masih menempatkan YAHWE sebagai yang utama. Persepuluhan adalah sebuah jalan bagi manusia agar manusia masih bisa menikmati berkat-berkat YAHWE setelah terkutuk akibat dosa-dosanya.

7. Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?"
8 Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
9 Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!
10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
11 Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.
12 Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.


Prinsip ini demikian penting bagi kita sehingga YAHWE bahkan memberi kita kesempatan untuk menguji kebenaran ini. YAHWE sendiri menantang kita: UJILAH AKU. Persepuluhan, sebagian dari penghasilan kita, roti bundar kecil, yang disisihkan pada saat kita diberkati YAHWE dengan berkat keuangan, adalah sebuah bukti ketaatan dan hormat kita kepada YAHWE, bahwa hati kita pertama-tama tertuju kepada YAHWE; persepuluhan adalah sebuah cara agar YAHWE bisa menghardik belalang pelahap yang bisa melenyapkan berkat Tuhan yang sudah kita terima. Persepuluhan adalah sarana agar YAHWE bisa membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat yang berkelimpahan kepada kita.



Baca juga:
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi
Yesus Memperhatikan Persembahan
Memasuki Tahun Baru: Belajar dari Ishak
Mengubah Kutuk Menjadi Berkat: Belajar dari Yakub

Minggu, 03 Juli 2011

Kita Kuat Karena Yahwe Menopang: Belajar dari Yesaya 40


Yesaya 40:31 tetapi orang yang menanti-nantikan YAHWE akan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

Firman-Mu hari ini meneguhkan akan kuasa, kekuatan, dan kebesaran-Mu Yahwe, dibandingkan dengan kelemahan kami umat-Mu dan "kebesaran" dunia yang tiada artinya di hadapan-Mu. Namun Engkau juga memperlihatkan dan meneguhkan kesanggupan-Mu untuk menolong umat-Mu yang menanti-nantikan Engkau.

Terimakasih Yahwe atas kasih karunia-Mu. Engkau telah mengampuni kesalahan umat-Mu dan menginginkan supaya umat-Mu terhibur dan tenang hatinya (Yesaya 40:1-2) dan supaya umat-Mu bertobat  (Yesaya 40:3-4) agar kemuliaan-Mu dinyatakan kepada seluruh umat manusia (Yesaya 40:5).

Kami menjadi tahu Yahwe bahwa kami ini hanyalah seperti rumput kering dan kesemarakan kami hanyalah seperti bunga di padang yang hanya sebentar saja. Namun kami juga menjadi tahu bahwa kami harus berpegang kepada firman-Mu karena betapa penting dan dahsyatnya firman-Mu yang kekal dan tetap untuk selamanya (Yesaya 40:6-8).

Engkau ingin agar umat-Mu mewartakan agar dunia mengetahui bahwa Engkau adalah Yahwe yang datang dengan kekuatan dan bahwa tangan-Mu berkuasa (Yesaya 40:9-10), bahwa Engkau sanggup melindungi dan mengasihi umat-Mu seperti seorang Gembala yang memangku anak domba dan menuntun induknya (Yesaya 40:11).

Engkau ingin dunia mengetahui bahwa tiada Tuhan selain Engkau, bahwa Engkau tidak tertandingi (Yesaya 40:12-30), bahwa Engkau adalah Yahwe yang besar, bangsa-bangsa hanyalah seperti setitik air dan pulau-pulau seperti abu halus di hadapan-Mu (Yesaya 40:15). Engkaulah yang menciptakan bumi (ayat 28) dan bertahta di atas bulatan bumi (22). Tidak seperti manusia, yang paling perkasa sekalipun (30), Engkau tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu (28), memberi kekuatan kepada yang lemah dan semangat kepada yang tiada berdaya (29).

Yesaya 40:31 tetapi orang yang menanti-nantikan YAHWE akan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.


Baca juga:
Yahwe kekuatanku
Tuhanlah perisaiku
Pengenalan akan Yahwe

Senin, 09 Mei 2011

Apa warisan terpenting untuk anak cucu?


Warisan Terpenting
Pernahkah kita bertanya kepada diri sendiri: Apakah warisan paling berharga yang ingin kita wariskan kepada anak cucu kita? Kekayaankah? Kepandaiankah? Ilmu? Pendidikan yang tinggi? Keterampilan untuk bertahan dan menang dalam persaingan dunia atau life skill? atau dengan kata lain Kesuksesan?


Tak pelak lagi, sekarang ini, banyak "penemuan" dan "terobosan" dalam hampir semua bidang kehidupan bisa kita temui. NLP, nero-language-programming, yang telah "terbukti" mengantarkan banyak orang dari biasa-biasa saja menjadi bintang. Banyak yang berhasil "merubah" hidup dengan teknik-teknik NLP. Kemudian hipnotis juga sudah "berhasil" diterapkan hampir dalam semua bidang kehidupan.


Dan banyak sekali ajaran-ajaran untuk membuat orang semakin bahagia dan sukses yang belakangan ini bermunculan. Tentu kita tidak asing dengan istilah-istilah berikut ini: otak kanan, multiple intelligence, kecerdasan finansial, golden age atau masa usia keemasan, hukum tarik-menarik (the law of attraction), investasi emas, investasi dinar, dan yang lainnya.


Warisan Kepandaian
Semua itu muncul dan ada untuk menjawab kerinduan manusia: hidup lebih baik, lebih sukses, dan lebih bahagia dalam dunia sekarang ini yang penuh dengan persaingan dan tantangan. Dan hampir secara otomatis kita juga menginginkan anak-anak kita juga untuk sejak dini "siap" menghadapi hidup yang penuh tantangan. Sehingga kini bukan hal yang aneh kalau sejak bayi anak sudah disekolahkan. Juga dengan hasil penelitian terkini mengenai potensi dan hakikat otak manusia, orang mulai tahu bahwa anak-anak sejak bayi sudah bisa diajari untuk membaca, belajar bahasa asing, matematika, dst. Sehingga dikenallah istilah bayi membaca, bayi matematika. Prinsipnya: sejak dini anak harus mendapatkan yang terbaik demi masa depannya. Anak-anak harus optimal perkembangan otaknya, harus matang perkembangan afeksinya, dan seterusnya.


Tetapi sekali lagi pertanyaannya: Apa warisan terpenting yang akan kita tinggalkan untuk anak cucu kita?


Dalam menjawab ini, saya ingat akan hukum terutama dan pertama yang diberikan oleh Tuhan kita:



Matius 22:37 "Kasihilah Tuhan, Yahwemu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.


Ternyata Tuhan menghendaki bahwa kita mengutamakan Tuhan, Yahwe, agar kita mengasihi Tuhan Yahwe dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi. Kiranya ini pulalah yang semestinya kita wariskan kepada anak-anak kita. Yakni: warisan iman. Dan kita belajar bagaimana proses mewariskan iman ini terjadi dan dipuji oleh Paulus:
2 Timotius 1:5 Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.

Keluarga Timotius menjadi catatan penting bagi kita bahwa iman bisa diwariskan. Lois, nenek Timotius, mewariskan iman yang hidup kepada anaknya, Eunike, ibu Timotius, yang pada gilirannya mewariskannya kepada Timotius. Dan bagaimana menimbulkan iman itu kepada anak-anak kita?

Roma 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. 


Firman Yahwe menjadi kuncinya. Dan bagaimana kita mestinya memperlakukan Firman Yahwe itu? Yahwe memberikan petunjuk demikian:

Yohanes 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Kita harus melekat pada Pokok Anggur, pada Yesus, kita harus tinggal di dalam-Nya, dan membiarkan Firman-Nya tinggal di dalam kita. Bagaimana kita bisa membiarkan Firman-Nya tinggal di dalam diri kita?

Yosua 1:8 Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.


Hendaklah kita memperkatakan dan merenungkan Firman itu siang dan malam.Itulah yang dikehendaki Yesus, Yahwe, Tuhan kita, agar kita lakukan. Itu pulalah yang dkehendaki Yahwe agar kita wariskan kepada anak-anak kita. Dengan tegas Yahwe memerintahkan kita:

Amsal 29:17. Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
Efesus 6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.


Warisan Iman
Kita harus mendidik anak-anak kita dalam terang Firman Yahwe. Jadi kita tidak hanya disuruh untuk membekali anak-anak kita dengan segala kepandaian dan  keterampilan hidup. Namun terlebih-lebih agar kita mendidik anak-anak kita agar mereka mengenal Yahwe, agar mereka memiliki iman, dan mendidik mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan.


Dan sebagai buahnya: kita akan menikmati sukacita, ketenteraman (Amsal 29:17), anak-anak kita akan bertindak hati-hati untuk taat kepada perintah Yahwe, dan perjalanannya akan berhasil dan ia akan mendapatkan untung (Yosua 1:8). Anak-anak kita akan berbuah banyak karena melekat pada Pokok Anggur (Yohanes 15:5) dan apapun yang mereka minta, mereka akan menerimanya dari Bapa Yahwe (Yohanes 15:7).


Bukankah hal-hal seperti ini yang sebenarnya kita inginkan ketika kita berusaha seoptimal mungkin untuk membekali anak-anak kita dengan berbagai keahlian, keterampilan dan kepandaian: berhasil, beruntung, taat dan berbakti, sukses (berbuah banyak), membuat orang tua bangga dan tenteram? Kalau iya, maka sebenarnya Kitab Suci sudah memberikan petunjuk dan jalan kepada kita: Didiklah anak-anak kita dalam terang Firman Tuhan. Wariskanlah iman kepada mereka.


Jadi paradigma kita hendaklah berikut ini: Ajarlah anak-anak kita dengan pengenalan akan Yahwe, wariskanlah iman, sebelum yang lain.


Baca pula:
Hidup di dalam Dia
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam

Kamis, 30 Desember 2010

Cara Hidup Jemaat yang Pertama

Baca bagian sebelumnya

1. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
2. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa, di rumah masing-masing secara bergilir.
3. Mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Tuhan.
4. Mereka makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati.


Kisah 2:42. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 
46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Tuhan. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 


5. Mereka tetap bersatu.
6. Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama.


Kisan 2:44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 


7. Selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.

Kisah 2:45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 


8. Mereka memuji Yahwe.

Kisah 2:47 sambil memuji Tuhan. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.


Dan sebagai hadiahnya, mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa, jemaat yang berkembang sehat adalah jemaat yang :
1. Bertekun dalam pengajaran rasul-rasul. Artinya bertekun dalam pengajaran Firman. Maka ada baiknya tiap hari mendengarkan Firman, mendengarkan khotbah, bisa melalui radio, melalui kaset/CD. Dan tidak kalah pentingnya, ya mendengarkan pengajaran rasul-rasul yang sudah dituliskan dalam Kitab Suci.
2. Mereka memecahkan roti dan berdoa, dan itu selalu. Jadi, jemaat yang sehat adalah jemaat yang selalu memecahkan roti dan berdoa. Di rumah masing-masing. Secara bergiliran. Itu artinya bahwa tiap keluarga hendaklah memecahkan roti dan berdoa. Tidak hanya di gereja, tetapi di rumah masing-masing. Secara bergiliran, berarti mungkin dilakukan dalam beberapa kelompok keluarga dalam suatu wilayah kecil. Secara bergiliran, berarti setiap keluarga mendapat jatah untuk menyiapkan roti yang akan dipecahkan.
3. Mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Tuhan. Biasanya kita ke gereja hanya tiap hari Minggu. Tetapi dalam jemaat pertama, praktik ini dilakukan tiap-tiap hari. Jadi baik untuk pergi ke gereja berdoa bersama setiap hari. Nah, kalau tiap-tiap hari tidak memungkinkan bagi kita untuk ke gereja, maka salah satu alternatifnya adalah membuat kelompok doa kecil dan berdoa bersama tiap-tiap hari. Mungkin 2 atau 3 keluarga yang berdekatan.
4. Yang amat menarik mungkin: makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati. Wah, kalau sekarang, itu artinya bisa berupa saling mentraktir. Satu orang membeli makanan untuk semua, dan itu dilakukan dengan tulus hati. Kemudian mereka makan bersama-sama dengan gembira. Bisa jadi itu juga dilakukan dalam kelompok 2 atau 3 keluarga tadi. Berkumpul bersama setiap hari, makan bersama setiap hari, dan secara bergiliran, menyediakan makanan dengan tulus hati untuk semua. Dan itu semua dilakukan dengan gembira.
5. Dan mereka tetap bersatu. Bersatu. Artinya tidak berpecah. Tetap sehati sepikir. Dalam doa, dalam memecahkan roti, dalam makan bersama, dalam
6, memuji Tuhan
7. Bahkan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Bagaimana membayangkannya ya? Membayangkan saja susah, apalagi melaksanakannya. Tetapi coba bayangkan, seandainya hal yang sama terjadi di zaman sekarang ini. Segala kepunyaan saya adalah kepunyaan bersama. Di rumah saya ada beberapa kilo beras, ada beberapa kilo gula dan sembako yang lain. Ada mobil, motor, sepeda. Ada TV, ada radio, ada komputer. Dan semua itu milik bersama. Artinya semua orang memiliki hak untuk mempergunakan dan memakainya, untuk menghabiskannya. Bahkan rumah yang saya tempati pun adalah milik bersama. Berarti setiap orang percaya boleh datang dan menginap di rumah saya. Kalau ada makanan, ya dimakan bersama-sama. Dan demikian pula sebaliknya. Menyenangkan tidak ya hidup semacam ini?

8. Dan selalu ada yang menjual harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluannya.

Artinya keperluan orang yang satu bisa berbeda dengan yang lain. Dan selalu ada orang yang menjual harta dan uang hasil penjualannya dibagi-bagikan kepada semua jemaat sesuai dengan keperluannya. Kayaknya agak repot untuk diwujudkan di zaman sekarang. Bagaimana membaginya? Bagaimana masing-masing bisa tahu keperluan orang lain dan bisa maklum akan hal itu?

Kalau itu ada dalam gaya hidup jemaat pertama, dan itu berkenan di hati Tuhan, pasti amat menyenangkan. Tetapi bagaimana ya mewujudkannya? Yang paling mungkin dilakukan ya mulai dari diri sendiri. Dengan membiarkan rumah saya menjadi tempat berteduh setiap orang percaya yang datang, dengan mengajak mereka makan bersama dan menikmati semua sarana yang ada secara bersama-sama.

Tuhan, pulihkan jemaat-Mu sekarang ini, agar gaya hidup yang dicontohkan oleh jemaat pertama boleh terjadi dan terwujud di zaman ini.

Dan sebagai hadiah dari Yahwe: mereka disukai oleh semua orang. Semua orang? Yang jelas tidak termasuk pada tua-tua dan kaum Saduki yang berusaha mencelakai mereka. Tetapi di luar mereka, selain mereka, semua orang menyukai orang-orang yang percaya karena gaya hidup mereka.

Hadiah yang lain adalah perkembangan jemaat yang pesat. Hari pertama saja ada 3000 jiwa yang bertobat, kemudian ditambahkan menjadi 5000 laki-laki (yang perempuan tidak dihitung, berarti bisa dua kali lipatnya, atau bahkan lebih).


Baca juga:
Pelajaran Pertama dari Kisah Para Rasul!
Pentakosta, Ciri-Ciri Pekerjaan Roh Kudus
Gereja Mula-Mula Mendasarkan Diri pada Kitab Suci
Gereja Perdana Adalah Sekumpulan Orang Yang Bertekun Sehati ...
Roh Kudus Menjadi Daya Penggerak Gaya Hidup Jemaat Perdana
 
See what Darlene Zschech said about The True Value of Worship in this video below:


Rabu, 29 Desember 2010

Pentingnya Merenungkan Firman Tuhan Siang dan Malam

Ada janji yang luar biasa yang menanti orang yang siang malam merenungkan Firman Tuhan. Janji ini bisa ditemukan di Yosua pasal 1. Tetapi sekaligus di sini juga menjadi nyata bahwa Yahwe menghendaki kita untuk merenungkan Firman Tuhan itu siang dan malam.


Yosua 1:5 Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. 
6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka. 
7 Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi. 
8 Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. 
9 Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi." 


Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam? Berarti sepanjang hari Firman Tuhan harus kita renungkan. Berarti setiap langkah-langkah kita harus berdasarkan Firman Yahwe. Berarti Firman Yahwe benar-benar harus menjadi hukum, pedoman, petunjuk, aturan yang mengatur setiap kegiatan hidup kita. Kita harus bertindak hati-hati dalam setiap langkah hidup kita agar sesuai dengan hukum Yahwe.

Sebagai upahnya, Yahwe akan menyertai kita, tidak akan meninggalkan kita, tidak ada orang yang berani menghadapi kita, perjalanan kita akan berhasil dan kita akan beruntung.

Jadi: keberuntungan erat terkait bahkan ditentukan oleh ketaatan kita kepada Firman Tuhan. Keberuntungan ditentukan oleh Yahwe, Dialah yang memberikan kita keberuntungan berdasarkan kesetiaan dan ketaatan kita kepada perintah-Nya, kepada Firman-Nya.

Dan ... ada hal lain lagi yang ditekankan: agar kita kuat dan teguh hati. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Ungkapan ini diulang berkali-kali.

Berarti kita harus bersandar pada  Firman Yahwe dan pada saat yang bersamaan kita harus yakin, kita harus kuat dan teguh hati, karena Yahwe menyertai kita, karena Firman-Nya tinggal di dalam diri kita. Dan sebagai buah manisnya: kita akan diberi kemenangan melawan bangsa-bangsa, bangsa-bangsa akan tunduk di bawah kaki kita, tidak ada yang berani menghadapi kita, kita akan dibuat berhasil dan beruntung dalam hidup kita.

Selasa, 21 Desember 2010

Tuhanlah Perisaiku

Mazmur 33:
1 Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam Yahwe! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. 
4. Sebab firman Yahwe itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.
12 Berbahagialah bangsa, yang Tuhannya ialah Yahwe, suku bangsa yang dipilih-Nya menjadi milik-Nya sendiri!
20 Jiwa kita menanti-nantikan Yahwe. Dialah penolong kita dan perisai kita!

Syukur kepada-Mu Yahwe, karena Engkau menganggap aku layak untuk memuji-muji Engkau, karena Engkau menganggap aku orang benar. Aku akan bersorak-sorak memuji-Mu. Betapa bahagianya aku ya Yahwe.

Dan aku tahu, firman-Mu itu benar. Firman-Mu itu ya dan amin. Dan karena firman-Mu itu benar, aku juga percaya bahwa  Engkau telah mengangkat aku menjadi milik-Mu. Aku berbahagia karena Tuhanku ialah YAHWE. Aku bersyukur karena Engkau memilih aku menjadi milik-Mu sendiri.

Dan aku menanti-nantikan Engkau ya YAHWE, karena Engkau adalah penolongku dan perisaiku. Oh, betapa beruntungnya aku, karena aku memiliki Engkau sebagai penolong dan perisaiku. Engkau yang telah membenarkan aku. Engkau yang telah mengangkat aku menjadi milik-Mu.

Amin. Amin.