Rabu, 24 Oktober 2012

Pemberitaan Injil dalam Masa Penganiayaan

Kisah Para Rasul 8:1-25

Baca bagian sebelumnya!

The illustrated Christian martyrology; being an authentic and genuine historical account of the principal persecutions against the church of Christ, ... parts of the world, by pagans and papists The Illustrated Christian Martyrology: Being An Authentic And Genuine Historical Account Of The Principal Persecutions Against The Church Of Christ, ... Parts Of The World, By Pagans And Papists...
Pemberitaan Injil dan Mujizat
Pada bagian sebelumnya Stefanus memberikan teladan kesaksian iman yang luar biasa yang memperlihatkan eratnya hubungan pribadinya dengan Bapa YAHWE dan Putera-Nya YAHSHUA serta persekutuannya dengan Roh Kudus, di mana kasihnya akan YAHSHUA mendorongnya dan memberinya keberanian untuk bersaksi dan menegur orang lain, yang membawa kepada kematiannya. Kematiannya menjadi permulaan penganiayaan yang menimpa jemaat mula-mula. Semua jemaat kecuali rasul-rasul tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria (Kisah 8:1), sambil memberitakan Injil (ayat 4).

Salah satu anggota jemaat yang dilaporkan Kisah adalah Filipus. Kemungkinan ia adalah rekan sekerja Stefanus dalam "pelayanan meja" (Kis 6:5). Di Samaria ia memberitakan Mesias sambil melakukan tanda-tanda. Ia mengusir banyak roh jahat dan menyembuhkan orang-orang lumpuh dan timpang. Di sini kita sekali lagi melihat bahwa tanda-tanda dan mujizat, dalam bentuk kesembuhan dan pengusiran roh-roh jahat menyertai penginjil. Janji YAHSHUA dalam Markus 16:17-18 terpenuhi dalam diri orang yang percaya kepada YAHSHUA: mengusir setan demi Nama YAHSHUA, menumpangan tangan atas orang sakit dan orang itu akan sembuh, berbahasa baru, dan tidak akan celaka karena racun. Dan sebagai buah dari karya tersebut adalah: "Mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu" (ayat 6)..."Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu" (ayat 8).

Salah satu orang yang "bertobat" karena pemberitaan Filipus adalah Simon (Kis 8:913). Diceritakan bahwa Simon telah lama melakukan sihir dan orang menganggapnya memiliki kuasa Elohim atau Kuasa Besar (ayat 10) dan berhasil memikat hati semua orang. Namun kini orang-orang mengikuti Filipus dan memberi diri dibaptis, demikian pula Simon, karena mereka heran akan tanda-tanda yang diperbuat Filipus.

Pembaptisan Air v.s. Pembaptisan Roh Kudus
Berita keberhasilan pelayanan Filipus sampai kepada para rasul di Yerusalem sehingga diutuslah Petrus dan Yohanes untuk meninjau. Keduanya berdoa dan menumpangkan tangan pada jemaat agar mereka menerima Roh Kudus. Di sini kita belajar bahwa pembaptisan dalam Nama YAHSHUA perlu dilengkapi dengan penerimaan Roh Kudus (ayat 16-17). Dalam Alkitab Terjemahan Baru dikatakan bahwa "mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan". Kata hanya secara implisit mengandung arti bahwa pembaptisan saja belumlah cukup. Pembaptisan perlu dilengkapi dengan penerimaan Roh Kudus. Selanjutnya kita diberitahu bahwa penerimaan Roh Kudus bisa dilakukan dengan doa (ayat 15) dan kemudian diikuti dengan penumpangan tangan oleh Petrus dan Yohanes (ayat 18-19).

Simon: Dibaptis Namun Masih Terjerat Kejahatan
Melihat bahwa pemberian Roh Kudus terjadi melalui penumpangan tangan oleh para rasul, Simon, mantan penyihir itu memberikan uang agar ia juga menerima kuasa untuk bisa menyalurkan pemberian Roh Kudus dengan penumpangan tangan. Tindakan Simon ini dihardik keras oleh Petrus (Kis 8:20-23):

8:20 Tetapi Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Elohim dengan uang. 8:21 Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Elohim. 8:22 Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini; 8:23 sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan."

Pemberian Roh Kudus melalui Penumpangan Tangan
Baptisan Roh Kudus
Yang bisa kita pelajari dari perkataan Petrus ini adalah:
1. Pembaptisan Simon belum sepenuhnya melepaskannya dari kejahatannya. Ia belum sepenuhnya bertobat dan Petrus menyuruhnya untuk bertobat.
2. Cara pandang seseorang terhadap uang dan karunia bisa membuat seseorang tidak berkenan di hadapan YAHWE. Simon menyangka bahawa ia bisa membeli karunia dan sikapnya itu dikecam keras oleh Petrus
3. Karunia Roh bisa menjadi bagian atau milik seseorang, namun tidak bagi orang lain. Dan kriteria yang membedakannya adalah "hati yang lurus" di hadapan YAHWE.
4. Meskipun sudah dibaptis, Simon ternyata masih terjerat oleh kejahatan. Dan itu membuat hatinya pahit seperti empedu.
5. Namun kabar baiknya, Petrus memberitahu kita bahwa kita bisa mengubah keadaan kita yang terjerat oleh kejahatan dengan cara bertobat dan berdoa.

Baca bagian selanjutnya!

Baca juga:
Pembelaan Iman Stefanus di Hadapan Mahkamah Agama
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Pelayanan kepada Janda-Janda dalam Jemaat Mula-Mula
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin



Selasa, 23 Oktober 2012

Pembelaan Iman Stefanus di Hadapan Mahkamah Agama

Kisah Para Rasul 7

Baca bagian sebelumnya!

Pada bagian sebelumnya bagaimana Stefanus menjalankan pelayanan meja, yakni pembagian kebutuhan para janda, yang dipercayakan keadanya, namun juga sekaligus menjalankan tugas memberikan kesaksian serta melayani jemaat melalui tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Tindakannya itu mendatangkan iri dan dengki di kalangan jemaat Yahudi sehingga mereka menangkap Stefanus dan menghadapkannya ke Mahkamah Agama.

Stefanus membela imannya di hadapan imam-imam
Pembelaan Iman Stefanus
Pada bab 7 ini kita melihat bagaimana Stefanus melakukan pembelaan imannya di hadapan para imam dalam sidang Mahkamah Agama. Ia secara singkat mengutarakan sejarah keselamatan mulai dari bagaimana YAHWE memanggil Abraham sampai dengan zaman Salomo. Intinya Stefanus ingin membuat para imam sadar akan apa yang sedang terjadi, yang merupakan pengulangan sejarah kebodohan dan kebebalan bangsa Israel dalam menanggapi rencana keselamatan yang sudah selalu dan sekarang ini sedang dikerjakan YAHWE untuk bangsa Israel. Stefanus menunjukkan bahwa selama ini, selama berabad-abad, bangsa Israel telah menentang karya Roh Kudus. Ia memperingatkan dari sejarah bagimana nabi-nabi yang diutus YAHWE ditolak telah dan bahkan dibunuh oleh bangsa pilihan-Nya. Dan hal yang sama sekarang ini sedang dilakukan oleh bangsa Israel yang telah menolak dan membunuh Orang Benar, yakni YAHSHUA, yang diutus YAHWE untuk menjadi penebus dan mesias (ayat 52).

Kita tahu apa reaksi para imam terhadap kritik pedas yang disampaikan Stefanus. Stefanus berusaha menunjukkan warisan dosa yang sekarang ini juga sedang berkuasa atas bangsanya dan berharap agar mereka sadar akan warisan dosa tersebut namun usahanya itu tidak berhasil membukakan hati para imam. Sebaliknya, terhadap kebenaran yang diwartakan oleh Stefanus, mereka menutup telinga (ayat 57) dan menyeretnya keluar dan merajamnya.

Di sini kita belajar bahwa kebenaran yang kita sampaikan bisa disalahpahami dan membuat orang marah. Dalam kisah Stefanus, kemarahan tersebut berujung kepada kematian Stefanus yang setia melayani YAHSHUA.

Bapa, jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka!
Stefanus Dirajam
Di akhir bab 7 Kisah Para Rasul, ada sebuah sikap yang sangat penting untuk kita pelajari dari saksi YAHSHUA yang berani dan setia ini. Terhadap para penganiayanya, para pembunuhnya, Stefanus berdoa kepada YAHWE agar YAHWE tidak menanggungkan dosa pembunuhan itu kepada para pelaku pembunuhan tersebut.

Hubungan intim Stefanus dengan YAHWE memberinya kekuatan untuk tetap setia dan berani bersaksi dan menyampaikan kebenaran. Hubungan yang intim dengan Roh Kudus memberikannya ketulusan dan kasih yang melimpah sehingga ia sanggup untuk selalu siap sedia memberikan pengampunan dan mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang menyakiti, mengkhianati, dan menganiayanya.

Nyata bahwa keberanian Stefanus untuk membukakan dan menelanjangi kejahatan orang lain didorong oleh kasih yang tulus, kasih Agape, dengan doa dan harapan agar orang tersebut mau sadar dan berbalik dari kejahatannya. Keberaniannya dan kesetiaannya tidak didorong oleh kesombongan rohani melainkan oleh kasih yang tulus terhadap jiwa-jiwa yang terhilang.

Hendaklah setiap pelayanan dan kesaksian, serta teguran yang kita berikan kepada orang lain, benar-benar didasari oleh kasih yang tulus demi kebaikan orang yang kita layani, kita beri kesaksian, atau kita tegur. Sikap hati yang demikian bersumber dari kasih yang sejati kepada YAHWE dan hubungan yang intim dengan Roh Kudus-Nya. Dan YAHWE meneguhkan kasih yang demikian dengan menyatakan Diri-Nya kepada orang yang amat mengasihi-Nya (ayat 56).

Baca bagian selanjutnya!



Baca juga:
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Pelayanan kepada Janda-Janda dalam Jemaat Mula-Mula
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin
Ketaatan Para Rasul Berhadapan dangan Otoritas Agama dan Dunia  

Kamis, 18 Oktober 2012

Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan

Kisah Para Rasul 6:8-15

Baca bagian sebelumnya!

Pada bagian sebelumnya kita belajar bagaimana jemaat mula-mula amat memperhatikan pelayanan meja di samping pelayanan Firman. Bahwa pembagian kepada orang-orang yang membutuhkan, para janda, merupakan bagian penting di dalam efektivitas penginjilan. Kini kita akan melihat bagaimana salah satu pelayan meja tersebut ditampilkan di dalam Kitab Suci, yakni Stefanus:

Hikmat Stefanus di hadapan mahkamah agama
Stefanus di Hadapan Tua-Tua
6:8 Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. 6:9 Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini--anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria--bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, 6:10 tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara. 6:11 Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: "Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Elohim." 6:12 Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. 6:13 Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: "Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, 6:14 sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa YAHSHUA, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita." 6:15 Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.

Stefanus, salah satu pelayan meja yang terpilih dalam kisah ini digambarkan sebagai penuh karunia dan kuasa, mengadakan mujizat dan tanda di antara orang banyak. Berarti, selain membagi-bagikan berkat jasmani kepada para janda, Stefanus juga melayani jemaat dengan mendatangkan mujizat. Mungkin itu menyembuhkan sakit-penyakit, mengusir setan, dsb. Tidak tertutup kemungkinan juga bahwa Stefanus juga mewartakan Injil saat ia menjalankan tugasnya sebagai pelayan meja.

Apa yang dikerjakan Stefanus ini tampaknya mengundang tanda tanya dan kecemburuan di pihak beberapa jemaat Yahudi. Mereka mencoba mempertanyakan tindakan Stefanus dan bersoal jawab dengannya. Namun mereka dikatakan tidak sanggup melawan hikmat dan Roh yang mendorongnya berbicara. Dari sini kita tahu bahwa seorang pelayan yang baik bahkan dalam bidang yang tidak rohani sekali pun perlu diperlengkapi dengan perlengkapan rohani yang memadai. Ia harus memiliki hubungan yang intim dengan YAHWE yang mencurahkan Roh Kudus-Nya kepadanya. Ia juga harus siap melayani orang yang sakit, mengusir setan, dan memberikan kesaksian di depan orang banyak.

Demikian pula, kita perlu diperlengkapi dengan hubungan yang intim dengan YAHWE di dalam setiap bentuk pelayanan kita. Kita perlu peka terhadap gerakan Roh dan membiarkan hati dan hidup kita dituntun oleh Roh. Hubungan yang intim dengan Roh Kudus menjadikan diri kira penuh karunia dan kuasa, dan diberikan kemampuan untuk melakukan mujizat dan tanda-tanda di depan orang banyak. Dan ketika kita harus mempertanggungjawabkan apa yang kita perbuat, Roh Kudus akan memampukan kita untuk menyampaikan hikmat dan kehendak Bapa. Perkataan kita akan penuh hikmat dan kuasa.

Baca bagian selanjutnya!

Baca juga:

Pelayanan kepada Janda-Janda dalam Jemaat Mula-Mula
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin
Ketaatan Para Rasul Berhadapan dangan Otoritas Agama dan Dunia
Mukjizat Menjadi Unsur Utama dalam Pelayanan dan Penginjilan
Motivasi Pelayanan: Belajar dari Ananis dan Safira

Rabu, 17 Oktober 2012

Pelayanan kepada Janda-Janda dalam Jemaat Mula-Mula

Kisah Para Rasul 6:1-7


Baca bagian sebelumnya!

Pada bagian sebelumnya kita belajar mengenai penginjilan dan risiko yang harus dihadapi orang percaya berhadaan dengan penolakan dunia. Pada bagian ini Kisah Para Rasul menampilkan sisi lain dari gaya hidup jemaat mula-mula, di mana mulai timbul masalah, yakni pelayanan terhadap para janda, dan bagaimana masalah tersebut diselesaikan.

6:1 Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.6:2 Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Elohim untuk melayani meja. 6:3 Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, 6:4 dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." 6:5 Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. 6:6 Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. 6:7 Firman Elohim makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.

Bertambahnya jemaat, bertambah pula tanggung jawab karena jumlah yang harus dilayani juga bertambah. Nah, terkait dengan bagian sebelumnya berkenaan dengan pembagian hasil penjualan kekayaan dari anggota jemaat kepada semua orang sesuai kebutuhannya, janda-janda orang Yahudi yang berbahasa Yunani merasa terabaikan. Dalam hal ini "pelayanan meja", yakni pembagian kebutuhan jasmani kepada jemaat yang membutuhkan, menjadi kurang beres sehingga para rasul harus ikut terlibat dalam pelayanan tersebut. Sebagai akibatnya, pelayanan Firman (pembagian berkat rohani) menjadi terabaikan.

Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari.
1. Jemaat mula-mula disamping berdoa dan menginjil, mewartakan Firman dan kabar gembira keselamatan rohani, juga melayani meja, artinya membagi-bagikan berkat kepada orang yang membutuhkan. Salah satu contoh riil yang diungkap di sini adalah pelayanan kepada janda-janda. Baik sekiranya pelayanan yang demikian ini juga diterapkan di gereja-gereja sekarang.
2. Pelayanan meja ini oleh par rasul dianggap penting, sehingga ketika pelayanan ini terabaikan, mereka ikut terjun langsung di dalam pelayanan tersebut. Hal ini menyiratkan bahwa pelayanan meja ini harus diutamakan, mengingat bahwa para rasul ikut terlibat dan untuk sementara bahkan melalaikan doa dan pelayanan Firman. Dengan kata lain, pelayanan Firman hanya akan efektif jika pelayanan meja juga beres. Kalau pelayanan meja beres, kemungkinan pelayanan doa dan Firman tidak akan efektif.
3. Pelajaran selanjutnya adalah: agar semua pelayanan bisa dilakukan dengan baik, perlu ada pembagian tugas. Perlu ditunjuk orang-orang yang melakukan pelayanan meja secara khusus agar para rasul bisa fokus kepada pelayanan Firman.
4. Fokus. Fokus penting untuk keberhasilan pelayanan. Ada orang yang fokus kepada pelayanan meja, sementara para rasul fokus kepada pelayanan Firman.
5. Untuk ditunjuk menjalankan fungsi pelayanan meja orang tersebut haruslah dipilih oleh jemaat. Tentu ada kriteria dan bukan sembarangan orang yang dipilih. Bahkan dikatakan bahwa salah satu dikenal penuh dengan Roh Kudus.
6. Dan orang-orang yang dipilih itu harus didoakan terlebih dahulu sebelum memulai pelayanan.

Hal-hal tersebut di atas merupakan poin-poin yang bisa dipelajari dari pelayanan jemaat mula-mula. Sebuah pola pengelolaan jemaat yang perlu kita teladani, karena pada ayat terakhir (ayat 7) ada laporan bahwa Firman YAHWE semakin tersebar dan jumlah murid semakin bertambah. Bahkan, yang luar biasa, para imam, yang sebelumnya dilaporkan menentang mereka, ikut menjadi percaya kepada YAHSHUA.

Baca bagian selanjutnya!


Baca juga:
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin
Ketaatan Para Rasul Berhadapan dangan Otoritas Agama dan Dunia
Mukjizat Menjadi Unsur Utama dalam Pelayanan dan Penginjilan
Motivasi Pelayanan: Belajar dari Ananis dan Safira
Cara Hidup Jemaat Pertama: Semua Milik Semua

10 Perintah YAHWE


Musa menerima 10 Perintah ini dalam 2 loh batu:

20:1 Lalu Elohim mengucapkan segala firman ini:
20:2 "Akulah YAHWE, Elohimmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
20:3 Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, YAHWE, Elohimmu, adalah Elohim yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
20:7 Jangan menyebut nama YAHWE, Elohimmu, dengan sembarangan, sebab YAHWE akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat YAHWE, Elohimmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
20:11 Sebab enam hari lamanya YAHWE menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya YAHWE memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
20:12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan YAHWE, Elohimmu, kepadamu.
20:13 Jangan membunuh.
20:14 Jangan berzinah.
20:15 Jangan mencuri.
20:16 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
20:17 Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

Amin

Senin, 15 Oktober 2012

Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin

Kisah Para Rasul 5:26-42

Baca bagian sebelumnya!

Pada bagian sebelumnya kita belajar bahwa tanda-tanda dan mukjizat dan perbuatan ajaib menyertai kehidupan para rasul. YAHWE secara ajaib ikut campur tangan di dalam kehidupan para rasul. Pada bagian ini kita akan belajar tentang ketaatan kepada YAHWE diperhadapkan dengan otoritas dunia, pemimpin agama.

Petrus dan para rasul sudah ditangkap dan dipenjara, namun dilepaskan secara ajaib oleh malaikat dan atas perintah YAHWE mereka mengajar di Serambi Salomo. Para rasul itu sebelumnya telah mendapat larangan dari Mahkamah Agama untuk tidak mengajar orang banyak dalam nama YAHShUA. Namun mereka taat kepada YAHWE yang menyuruh mereka untuk tetap mengajarkan firman yang hidup. Mereka kemudian ditangkap kembali dan Mahkamah Agama menegaskan bahwa mereka tidak boleh mengajar dalam nama YAHShUA. Terhadap larangan yang disampaikan Imam Besar itu Petrus mengatakan:

Kis 5:29 "Kita harus lebih taat kepada Elohim dari pada kepada manusia. 5:30 Elohim nenek moyang kita telah membangkitkan Yahshua, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. 5:31 Dialah yang telah ditinggikan oleh Elohim sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. 5:32 Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Elohim kepada semua orang yang mentaati Dia."

Kita melihat sebuah keberanian yang luar biasa yang ditunjukkan oleh Petrus. Tentu kita masih ingat bagaimana Petrus pernah menyangkal YAHSHUA sebelum penyaliban itu t erjadi. Namun kini, Petrus bukan saja menolak larangan untuk memberitakan firman hidup namun juga mengungkapkan sebuah kebenaran di depan para imam dan Mahkamah Agama bahwa mereka telah bersalah karena telah membunuh YAHSHUA yang sebenarnya adalah Pemimpin dan Juruselamat yang diutus YAHWE untuk pertobatan Israel. Petrus juga mengatakan bahwa mereka adalah saksi. Petrus mengatakan "kami" artinya ia sendiri dan Roh Kudus. Kita menjadi tahu bahwa sumber keberanian yang luar biasa tersebut adalah kekuatan dari Roh Kudus yang menyertai Petrus.

Tentu saja perkataan Petrus itu amat menusuk hati para imam karena tanpa basa basi Petrus menuding kesalahan mereka. Jika bukan karena nasehat Gamaliel, seorang ahli Taurat yang dihormati, Petrus dan para rasukl yang lain pastilah sudah dibunuh oleh Mahkamah Agama. Akhirnya mereka disesah (ayat 40). Dan apa reaksi Petrus dan rasul-rasul yang lain?

5:41 Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama YAHSHUA. 5:42 Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang YAHSHUA yang adalah Mesias.

Terhadap penyesahan yang mereka terima, mereka merasa senang karena telah dianggap layak untuk ikut menderita penghinaan oleh karena nama YAHSHUA.Bukannya mengikuti apa yang diperintahkan oleh para imam dalam Mahkamah Agama, Petrus dan para rasul setiap hari mengajar orang banyak dan memberitakan Injil tentang YAHSHUA.

Hari ini kita belajar bahwa memberitakan firman hidup, memberitakan Injil tentang YAHSHUA, memberitakan nama YAHSHUA adalah wujud dari ketaatan kita kepada YAHWE. Kita akan dimampukan untuk taat ketika kita membiarkan hidup kita dituntun oleh Roh Kudus, ketika pengurapan YAHWE melalui Roh Kudus-Nya ada pada kita, ketika kita menjadi saksi bersama Roh Kudus. Kita juga harus sadar bahwa memberitakan nama YAHSHUA memiliki risiko langsung terhadap hidup kita. Petrus dan para rasul telah disesah, dan bahkan nyaris dibunuh, karena mereka memberitakan nama YAHSHUA.

Bersama Roh Kudus kita akan lebih bisa taat kepada YAHWE dan bahkan diberi kekuatan untuk menentang otoritas yang jahat yang jelas-jelas menghalangi kehendak YAHWE.

Baca bagian selanjutnya!

Baca juga:
Ketaatan Para Rasul Berhadapan dangan Otoritas Agama dan Dunia
Mukjizat Menjadi Unsur Utama dalam Pelayanan dan Penginjilan
Motivasi Pelayanan: Belajar dari Ananis dan Safira
Cara Hidup Jemaat Pertama: Semua Milik Semua
Cara Hidup Jemaat yang Pertama

Minggu, 14 Oktober 2012

Ketaatan Para Rasul Berhadapan dangan Otoritas Agama dan Dunia

Kisah Para Rasul 5:17-25

The Message of Acts (Bible Speaks Today) The Story, NIV: The Bible as One Continuing Story of God and His People Acts (The NIV Application Commentary)

Baca bagian sebelumnya!

Pada bagian sebelumnya kita belajar bahwa mukjizat menjadi unsur penting dalam efektivitas penginjilan. Pada bagian ini masih akan menyaksikan bagaimana Roh YAHWE bekerja menyertai para rasul dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan ajaib.

5:17 Akhirnya mulailah Imam Besar dan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang dari mazhab Saduki, bertindak sebab mereka sangat iri hati. 5:18 Mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu memasukkan mereka ke dalam penjara kota. 5:19 Tetapi waktu malam seorang malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara itu dan membawa mereka ke luar, katanya: 5:20 "Pergilah, berdirilah di Bait Elohim dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak." 5:21 Mereka mentaati pesan itu, dan menjelang pagi masuklah mereka ke dalam Bait Elohim, lalu mulai mengajar di situ. Sementara itu Imam Besar dan pengikut-pengikutnya menyuruh Mahkamah Agama berkumpul, yaitu seluruh majelis tua-tua bangsa Israel, dan mereka menyuruh mengambil rasul-rasul itu dari penjara. 5:22 Tetapi ketika pejabat-pejabat datang ke penjara, mereka tidak menemukan rasul-rasul itu di situ. Lalu mereka kembali dan memberitahukan, 5:23 katanya: "Kami mendapati penjara terkunci dengan sangat rapihnya dan semua pengawal ada di tempatnya di muka pintu, tetapi setelah kami membukanya, tidak seorangpun yang kami temukan di dalamnya." 5:24 Ketika kepala pengawal Bait Elohim dan imam-imam kepala mendengar laporan itu, mereka cemas dan bertanya apa yang telah terjadi dengan rasul-rasul itu. 5:25 Tetapi datanglah seorang mendapatkan mereka dengan kabar: "Lihat, orang-orang yang telah kamu masukkan ke dalam penjara, ada di dalam Bait Elohim dan mereka mengajar orang banyak."

Menginjil, mewartakan kabar gembira keselamatan dalam nama Yahsua, putera YAHWE, bukannya tanpa risiko. Perbuatan baik, pelayanan tulus kita, pekerjaan Roh Kudus yang menyertai pekerjaan kita melalui tanda-tanda ajaib, tidak selalu ditanggapi secara positif oleh mereka yang mengetahui, melihat atau mendengar pekerjaan kita. Dalam cerita pra rasul kali ini, kita tahu bahwa Imam Besar dan pengikutnya sangat iri hati sehingga mereka memasukkan rasul-rasul itu ke dalam penjara. Otoritas agamawi yang ada sering menjadi lawan kuat para penginjil. Mereka, atas nama otoritas dan wewenang yang dipercayakan kepada mereka, bisa bertindak secara hukum untuk melawan kita, untuk mempersalahkan kita.

Namun kita belajar bahwa para rasul itu tampaknya tidak takut kepada otoritas yang mengancam mereka. Mereka demikian digerakkan oleh Roh Kudus sehingga risiko apapun siap mereka hadapi. Dan memang Roh Kudus tidak membiarkan mereka berjalan sendiri. YAHWE menyertai mereka dan mendukung mereka melalui perbuatan ajaibnya: mereka dilepaskan dan dikeluarkan dari penjara secara ajaib oleh malaikat YAHWE. Dan, ini yang terpenting, para rasul itu menaati apa yang diperintahkan oleh Bapa YAHWE kepada mereka: untuk pergi ke Bait Elohim dan memberitakan FIRMAN HIDUP kepada orang banyak.

Penting bagi kita untuk mendengarkan petunjuk YAHWE yang disampaikan kepada kita dan menaatinya. Apapun dituasi yang kita hadapi, kita tidak perlu takut sejauh langkah-langkah kita seturut dengan kehendak Bapa YAHWE dan kita menaati Dia yang telah mengasihi dan menyelamatkan kita.

Baca bagian selanjutnya!.

The Legend and the Apostle: The Battle for Paul in Story and Canon Acts (Life Application Bible Commentary) Day by Day Kid's Bible: The Bible for Young Readers (Tyndale Kids)



Baca juga:
Mukjizat Menjadi Unsur Utama dalam Pelayanan dan Penginjilan
Motivasi Pelayanan: Belajar dari Ananis dan Safira
Cara Hidup Jemaat Pertama: Semua Milik Semua
Cara Hidup Jemaat yang Pertama

Mukjizat Menjadi Unsur Utama dalam Pelayanan dan Penginjilan

Kisah Para Rasul 5:2-16

The First Christians: The Acts of the Apostles for Children The First Urban Christians: The Social World of the Apostle Paul The History of the Church: From Christ to Constantine (Penguin Classics)

Baca bagian sebelumnya!

Pada bagian sebelumnya kita belajar dari Ananias dan Safira bahwa penting untuk memiliki motivasi yang benar di dalam melayani atau melakukan apapun dalam hidup bergereja. Motivasi yang tidak benar, mencari muka atau popularitas, tidak berkenan di hati YAHWE dan bahkan, seperti dalam kasus Ananias dan Safira, bisa mendatangkan maut.

Pada sekarang bagian ini kita belajar mengenai kedahsyatan pelayanan rasul-rasul berkat mukjizat-mukjizat yang dikerjakan YAHWE melalui mereka. Berikut ini kutipannya:

5:12 Dan oleh rasul-rasul diadakan banyak tanda dan mujizat di antara orang banyak. Semua orang percaya selalu berkumpul di Serambi Salomo dalam persekutuan yang erat.
5:13 Orang-orang lain tidak ada yang berani menggabungkan diri kepada mereka. Namun mereka sangat dihormati orang banyak.
5:14 Dan makin lama makin bertambahlah jumlah orang yang percaya kepada Tuhan, baik laki-laki maupun perempuan,
5:15 bahkan mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka.
5:16 Dan juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyun-duyun serta membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat. Dan mereka semua disembuhkan.

Dari kutipan ini kita belajar:
1. Ada banyak tanda dan mukjizat yang diadakan oleh para rasul
2. Mereka selalu berkumpun di serambil Salomo dalam persekutuan yang erat
3. Orang lain tidak berani bergabung dengan mereka
4. Mereka sangat disegani dan dihormati oleh orang banyak
5. Jumlah mereka makin banyak, baik laki-laki maupun perempuan
6. Orang banyak,  bahkan dari luar Yerusalem, ikut datang berduyun membawa orang sakit dan orang yang digganggu roh jahat, keluar agar disembuhkan oleh (bayangkan) Petrus... dan MEREKA SEMUA DSISEMBUHKAN.

Dicatat dalam ayat 12 bahwa jemaat mula-mula selalu berkumpul di serambil Salomo dalam persekutuan yang erat. Hal ini menandakan adanya persatuan dan kesehatian serta kesungguhan hati jemaat mula-mula. Kesungguhan hati mereka di dalam persekutuan tampaknya membuat orang-orang (yang tidak memiliki kesungguhan yang sama) tidak berani mendekat dan bergabung dengan mereka. Jadi ada semacam karakter yang khas pada jemaat mula-mula, yang menjadikan mereka jelas-jelas berbeda dengan yang bukan anggota jemaat. Kesungguhan hati mereka membuat mereka sangat disegani dan dihormati.

Dan kesungguhan hati mereka mengudang Roh Kudus mengalir dalam kehidupan mereka.  Roh Kudus yang menyertai para rasul menjadikan mereka mampu mengadakan banyak tanda dan mukjizat. Tanda dan mukjizat menarik perhatian banyak orang datang untuk mengalami mukjizat yang sama.

Penting untuk dicatat bahwa di dalam melayani di gereja kita hendaklah memiliki kesungguhan   hati untuk mendukung gerakan YAHWE melalui gerakan gereja. Penting untuk memiliki persekutuan yang erat dengan anggota jemaat yang lain. Hormat dan rasa segan biarlah datang sebagai hal yang alami menyertai kesungguhan hati anak-anak Bapa yang sehati berjuang bagi kerajaan-Nya. Bukan dengan melakukan hal-hal yang menyolok mata, seperti yang dilakukan Ananias dan Safira, hanya sekadar untuk mendatangkan pujian manusia.

Baca bagian selanjutnya!

The Churches The Apostles Left Behind Church History - The First Century

Baca juga:
Motivasi Pelayanan: Belajar dari Ananis dan Safira
Cara Hidup Jemaat Pertama: Semua Milik Semua
Cara Hidup Jemaat yang Pertama
Roh Kudus Menjadikan Hidup Kita Menjadi Berkat bagi Orang Lain

Kamis, 11 Oktober 2012

Motivasi Pelayanan: Belajar dari Ananias dan Safira

Kisah Para Rasul 5:1-10

Baca bagian sebelumnya!


Pada bagian sebelumnya, kita belajar bagaimana jemaat mula-mula menghayati kehidupan imannya sehari-hari. Salah satu yang menarik untuk dicatat adalah, banyak dari antara jemaat yang menjual harta miliknya, rumah dan  tanahnya, dan menyerahkan hasil penjualan itu kepada para rasul untuk kemudian dibagikan kepada semua jemaat sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu contoh yang ditampilkan dalam Kitab Suci adalah Yusuf, yang disebut Barnabas, seorang Lewi, yang menjual ladang dan menyerahkan uangnya di depan kaki para rasul (Kis 4: 36-37). Nah, pada bagian selanjutnya, Kitab Suci mencatat praktik yang sama dari Ananias dan Safira. Tetapi kali ini, perbuatan luar biasa ini bukannya mendatangkan berkat, melainkan maut bagi pelakunya. Bayangkan, setelah mereka menjual harta miliknya, dan menyerahkan hasilnya kepada Petrus, sebagai imbalannya, YAHWE malah membunuh mereka. Berikut ini kutipannya:

5:1 Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. 5:2 Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. 5:3 Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? 5:4 Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." 5:5 Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. 5:6 Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya. 5:7 Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. 5:8 Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian." 5:9 Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar." 5:10 Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya. 5:11 Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu.

Dari kisah ini, kita bisa belajar sebenarnya apa yang dikehendaki YAHWE di dalam hidup kekristenan kita, di dalam hidup menggereja kita. Apa yang dilakukan oleh sebagian anggota jemaat mula-mula, menjual harta milik dan menyerahkannya kepada para rasul untuk digunakan oleh semua jemaat, tentulah merupakan suatu hal yang sangat luar biasa. Manusia selalu menyukai hal-hal yang luar biasa, dan bermimpi bisa menjadi luar biasa, termasuk di dalam pelayanan rohani. Bayangkan, kalau di zaman ini ada orang yang mau menjual semua harta miliknya, kemudian menyerahkan hasilnya ke gereja untuk dipakai semua jemaat, tentu itu merupakan tindakan yang amat sangat baik dan luar biasa. Tetapi dalam kisah ini, hal luar biasa yang sama ini bukannya mendatangkan berkat, melainkan maut dan ketakutan. Mengapa?

Kalau kita cermati kisahnya, maut menimpa Ananias san Safira, bukan karena mereka tidak menyerahkan semua uang hasil penjualan sebidang tanahnya, melainkan karena sejak awal mereka memutuskan dan sepakat untuk melakukan dusta. Mereka ingin dianggap luar biasa, seperti Yusuf atau Barnabas dalam kisah sebelumnya. Jadi, nampaknya, itulah tujuan yang paling utama dari tindakan suami istri tersebut.

Mencari hormat, mencari pujian dari manuaia, bukanlah tindakan yang berkenan bagi YAHWE. Ananias dan Safira sudah membuktikan hal tersebut. Memberikan sumbangan atau persembahan yang besar untuk pelayanan gereja tentu merupakan hal yang amat sangat baik. Tetapi hal itu mesti dilakukan bukan untuk mendatangkan pujian dari pimpinan gereja atau jemaat lainnya, namun karena dorongan Roh Kudus demi pelayanan gereja, datang dari hati yang tulus dan digerakkan oleh Roh Kudus.

Kisah Ananias dan Safira mestinya membantu kita untuk melihat kembali apa motivasi kita dalam melayani di gereja. Apakah pelayanan kita lakukan benar-benar karena dorongan Roh Kudus dan untuk menyenangkan hati YAHWE, ataukah hal itu kita lakukan karena pertimbangan-pertimbangan manusiawi: tidak enak karena yang lainnya sudah melayani, ingin menaikkan status sosial, ingin mendapatkan pengakuan, dll. Sebagaimana Ananias dan Safira, kita semestinya segera bertobat dan minta ampun kepada YAHWE seandainya kita mendapati diri kita sedang melayani karena alasan-alasan yang tidak tulus. Jangan sampai maut menimpa kita justru gara-gara pelayanan kita.

Baca bagian selanjutnya!

Baca juga:
Cara Hidup Jemaat Pertama: Semua Milik Semua
Cara Hidup Jemaat yang Pertama
Roh Kudus Menjadikan Hidup Kita Menjadi Berkat bagi Orang Lain
Nilai Strategis Mukjizat dalam Penginjilan