Yesaya 40:15-18:
Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya. Libanon tidak mencukupi bagi kayu api dan margasatwanya tidak mencukupi bagi korban bakaran. Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja. Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Tuhsn, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?
Siapa yang tak kenal dengan nama besar Napoleon Bonaparte? Pemimpin Perancis yang kepemimpinannya dalam peperangan sudah diakui oleh banyak orang ini, telah membawa kemenangan yang gilang gemilang bagi Perancis. Pada masa kejayaannya, Napoleon Bonaparte berhasil menguasai hampir seluruh dataran Eropa baik dengan diplomasi maupun peperangan. Kekalahan yang mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Perancis adalah kekalahan di Waterloo ketika berhadapan dengan kekuatan Belanda, Inggris, dan Prusia yang mengakibatkan dia dibuang ke Pulau Saint Helena sampai wafatnya.
Pertanyaannya, tahukah Anda apa yang menyebabkan Napoleon Bonaparte yang hebat itu sampai bisa dikalahkan? Saat di peperangan Waterloo itu terjadi, saat itulah Gunung Tambora yang berada di Kepulauan Sumbawa, yang bermi-mil jauhnya dari Eropa, meletus dengan dahsyatnya. Akibat letusan Gunung Tambora ini merambat sampai ke benua Eropa. Inilah penyebabnya, tinggi asap letusan mencapai stratosfer dengan ketinggian lebih dari 43 km. Itulah yang mengakibatkan terjadinya cuaca buruk secara tiba-tiba. Abu tebal dari letusan Gunung Tambora masih bertebaran di atmosfer sehingga menghalangi sinar matahari yang jatuh ke bumi. Hujan saljupun tak terelakkan, saat itu Napoleon Bonaparte dan pasukan Perancis sedang menuju ke laga pertempuran. Namun karena cuaca yang sangat buruk, mereka akhirnya terjebak oleh musuh dan berhasil dikalahkan.
Perang Waterloo itu menjadi kisah tragis bagi Napoleon. Kehebatan Napoleon dalam menundukkan musuh-musuhnya berakhir sudah. Iapun menyerah kalah.
Kenneth Spink, seorang pakar ahli geologi berteori, bahwa cuaca buruk akibat letusan Gunung Tambora menjadi salah satu pemicu kekalahan Napoleon. Pada pertemuan ilmiah di Inggris, Spink mengatakan bahwa letusan Gunung Tambora telah berdampak besar terhadap tatanan iklim dunia kala itu, termasuk cuaca buruk di Waterloo pada Juni 1815 ketika Napoleon dikalahkan.
Sehebat-hebatnya manusia, tetap tidak ada yang bisa menandingi kedahsyatan Tuhan. Gunung Tambora hanyalah salah satu dari ciptaan Tuhan saja. Namun, kedahsyatannya mampu mengalahkan orang yang paling hebat sekalipun. Dalam wahyu 3:1 Tuhan menyatakan diri-Nya kepada jemaat di Sardis sebagai "Pribadi yang memiliki ketujuh Roh Tuhan dan ketujuh bintang. Angka 7 bicara tentang angka sempurna, yaitu angkanya Tuhan sendiri. Jadi 7 Roh Tuhan itu bicara tentang manifestasi pribadi Tuhan Tuhan yang sempurna, jauh melebihi roh manusia yang terbatas dan 7 bintang itu bicara tentang kemegahan Tuhan yang sempurna jauh melebihi kemegahan manusia yang tidak ada apa-apanya.
Hari ini, apa yang menjadi kebanggan Anda? Apa yang Anda masih bisa megahkan dihadapan Tuhan? Sesungguhnya, di hadapan Tuhan kita sama sekali tidak ada apa-apanya. Mari kita mengakui kedahsyatan dan kedaulatan Tuhan atas hidup kita sehingga kita tidak sampai jatuh dalam dosa kesombongan dan mengandalkan diri sendiri. Sebaliknya, kita hidup dengan kerendahan hati di hadapan Tuhan yang Mahakuasa dan yang mengatur seluruh kehidupan kita.
Baca juga:
Cuff yang Terus Berdoa
Jemaat Smirna: Miskin Tapi Kaya
Saatnya kudatang kepada-MU ya YAHWE, Tuhan Penyelamatku, Pelindung dan Penebusku. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain.
Tampilkan postingan dengan label sombong. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sombong. Tampilkan semua postingan
Senin, 17 Maret 2014
Senin, 08 Agustus 2011
Bagaimanakah Yeremia Dipanggil Menjadi Nabi?
Firman Yahwe datang kepada Yeremia:
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." (Yeremia 1:5).
Namun Yeremia merasa tidak pandai bicara sebab ia masih muda. Dan terhadap keraguan Yeremia ini Yahwe berkata:
"Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau." (ayat 7-8).
Yahwe tidak hanya berkata, tetapi juga langsung bertindak:
Lalu Yahwe mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku: Yahwe berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu." (ayat 9)
Yahwe sudan mengenal kita sebelum kita lahir. Yahwelah yang membentuk kita dalam rahim ibu kita. Dan Yahwe menguduskan kita sebelum kita lahir. Yahwe juga sudah menetapkan tujuan hidup kita sebelum kita dilahirkan.
Kadang kita merasa ragu atas panggilan hidup kita. Kita mungkin merasa tidak mampu, tidak pandai bicara, merasa masih terlalu muda untuk diutus. Tetapi firman Yahwe hari ini menyatakan bahwa apa pun kondisi kita, keadaan kita, perasaan kita Yahwe telah menetapkan suatu tujuan mulia di dalam hidup kita masing-masing. Yahwe telah membentuk kita untuk tujuan atau tugas hidup kita. Yahwe telah mengenal kita. Dia tahu persis kemampuan yang telah diberikan-Nya kepada kita. Dan Yahwe telah menguduskan kita untuk tujuan hidup tersebut.
Kita mungkin ragu dengan kemampuan kita sendiri. Tetapi hari ini ditegaskan oleh Firman Yahwe bahwa yang perlu kita lakukan hanyalah taat kepada-Nya. Ketika kita diutus, kita harus pergi. Ketika kita diperintah, kita harus melakukannya. Yahwe akan menaruh perkataan-perkataan-Nya di dalam mulut kita. Yahwe akan memampukan kita untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas kita.
Meskipun kita merasa tidak mampu, namun dalam Firman hari ini jelas bahwa yang dibutuhkan hanyalah ketaatan untuk melaksanakan perintah-Nya. Pada saatnya, Yahwe sendirilah yang akan memampukan kita.
Dari sini kita juga belajar, bahwa kadang kita dibiarkan merasa tidak mampu untuk melaksanakan tugas-tugas kita dan kemampuan itu baru diberikan Yahwe saat kita taat melaksanakan kehendak-Nya. Dari sini ada pelajaran penting: perasaan tidak mampu akan menjauhkan kita dari rasa sombong. Seandainya kemampuan itu diberikan melekat pada diri kita, besar kemugkinan kita akan menjadi sombong. Jika kita karena kemampuan kita sudah merasa siap untuk melaksanakan tugas-tugas kita, maka kita akan jatuh ke dalam dosa kesombongan. Barangkali Yahwe memang sengaja tidak memberikan kemampuan itu melekat dalam diri kita, agar kita tidak sombong dan hanya taat dan percaya kepada-Nya saja.
Baca juga:
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe
Kita Kuat Karena Yahwe Menopang: Belajar dari Yesaya 40
Yesus Segera Memberikan Pertolongan
Label:
kemampuan,
perintah Yahwe,
sombong,
taat,
tugas perutusan
Langganan:
Postingan (Atom)