Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (Yohanes 15:13)
Ada sebuah pepatah yang mengatakan ‘Kita bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi tidak mungkin bisa mengasihi tanpa memberi.’ Memberi adalah bukti kasih. Ketika kita memberi kepada anak kita, atau kepada orang tua kita, atau kepada kekasih/suami/istri kita, maka kita melakukannya karena kita mengasihi mereka. Memberi adalah respon yang otomatis dari mengasihi.
Suatu pagi yang sunyi di Korea tiba-tiba dipecahkan oleh suara mortir yang jatuh di atas sebuah rumah yatim piatu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng berhamburan ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Tim medis didatangkan dan mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan gadis itu secepatnya adalah darah.
Setelah melihat arsip di rumah yatim piatu itu, dokter mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu dan menanyakan, “Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk gadis kecil ini?” anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter memohon, “Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk teman kalian, karena jika tidak ia akan meninggal.” Akhirnya ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.
Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah. “Tenang saja, tidak akan sakit kok,” kata perawat itu. Lalu dokter mulai memasukkan jarum, ia mulai menangis. “Apakah sakit?” tanya dokter itu. Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. “Aku telah menyakiti bocah ini.” Kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya.
Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu. “Apakah sakit?”
Bocah itu menjawab, “Tidak, tidak sakit.”
“Lalu kenapa kamu menangis?” tanya dokter itu.
“Karena aku sangat takut untuk meninggal.” Jawab bocah itu.
Dokter itu tercengang. “Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?”
Dengan air mata mengalir di pipinya, bocah itu menjawab, “Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku.”
Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, “Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?”
Sambil tetap menangis ia berkata, “Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya.”
Memberi adalah bukti kasih. Ketika kita mengasihi, maka kita tidak akan tahan untuk tidak memberi. Sekalipun seluruhnya harus dikorbankan.
Memberi adalah bukti kasih. Memberi adalah respon otomatis dari mengasihi.
Bapa kami bersyukur Engkau sudah memberikan bukti kasih-Mu kepada kami dengan memberikan Anak-Mu yang tunggal untuk menebus dosa kami. Kami rindu membalas kasih-Mu dengan mengasihi Engkau lebih lagi dan memberikan yang terbaik bagi-Mu. Di dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin
Baca juga:
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar