2 Kor 6:10: "sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu."
Ada cerita bagus tentang seorang gadis lajang yang pindah rumah, dia menemukan penghuni tetangganya adalah keluarga yang miskin, seorangjanda dengan 2 anak. Suatu malam di daerah itu tiba-tiba mati lampu, lalu gadis lajang itu dengan bantuan cahaya dari HP nya mau mengambil lilin didapur untuk dinyalakan. Tidak lama kemudian terdengar ada yang mengetukpintu rumahnya, ternyata yang mengetuk pintu adalah anak dari sebelah rumah yang miskin. Anak itu dengan panik bertanya pada si gadis, "Kakak, apakah kakak punya lilin?" Gadis itu berpikir ternyata mereka sangat miskin sampai lilin saja mereka tak punya?" Dan saat itu si gadis punya pemikiran lain lagi yaitu jangan pinjamkan apapun pada mereka daripada nanti jadi satu kebiasaan. Maka si gadis menjawab dengan setengah berteriak. Tidak adal" lalu ia bergegas hendak menutup pintu. Namun tiba-tiba anak yang miskin itu berkata suara yang riang, "Saya sudah menduga kakak
pasti tidak punya lilin." Selesai berbicara, anak itu mengeluarkan 2 buah lilin dari dalam sakunya dan berkata, "Mama dan saya khawatir pada kakak, karena kakak tinggal sendirian, apalagi sampai tidak mempunyai lilin, maka saya membawakan 2 batang lilin untuk kakak." Saat itu juga, gadis itu merasa bersalah, dengan hati yang tergugah dan linangan airmata, dia memeluk anak kecil itu erat-erat.
Anak kecil yang membawakan itu, meskipun ia miskn tetapi memiiki hati yang kaya ia kaya dalam memberi, ia kaya dalam berbuat kebajikan, ia kaya dalam menunjukkan perhatian kepada orang lain, bahkan ia juga kaya dengan sukacita dan semangat. Di sisi sebaliknya, gadis penghuni rumah baru itu, meskipun ia serba berkecukupan tetapi sesungguhnya hatinya miskin, terbukti dengan ia mengalami kesulitan untuk memberi kepada ia orang lain, ia miskin dalam kebajikan, ia miskin dalam berpikir positif.
Dalam Wahyu 2:8-9 Tuhan memuji jemaat di Smirna bahwa sekalipun mereka miskin karena harus mengalami banyak kesusahan secara jasmani oleh sebab aniaya (dikucilkan, difitnah, dipenjara, bahkan dibunuh), namun demikian di hadapan Tuhan, mereka kaya secara rohani, sebab mereka tetap bertahan dalam penderitaan, mereka bahkan mereka tetap setia dan tidak menyangkali imannya kepada Tuhan.
Hari ini, kalau saudara harus mengalami penderitaan karena Kristus atau saudara sedang di dalam proses yang menyebabkan saudara secara mata manusia dalam posisi miskin, tetaplah kaya di dalam iman,kaya dalam kasih, kaya dalam menjadi berkat, kaya dalam ketekunan dan kegigihan kaya dalam pengharapan, dan kaya dalam segala hal.
Orang yang kaya dalam roh seperti inilah akan dipuji olehTuhan. Orang yang kaya dalam roh seperti inilah yang bisa diberkati dan dipakai Tuhan untuk melakukan perkara-perkara besar! Orang yang kaya dalam roh seperti inilah yang bisa mengubah kemiskinan menjadi kekayaan.
Baca juga:
2 Gaya Hidup, 2 Cara Pandang, Jemaat Smirna, Jemaat Sardis, Jemaat Laodikia
YAHWE Sumber Berkat
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe
Mencapai Kebebasan Finansia
Saatnya kudatang kepada-MU ya YAHWE, Tuhan Penyelamatku, Pelindung dan Penebusku. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain.
Tampilkan postingan dengan label harta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label harta. Tampilkan semua postingan
Senin, 17 Maret 2014
Jemaat Smirna: Miskin Tapi Kaya
Label:
7 gereja Asia,
harta,
harta sorga,
jemaat Smirna,
kaya,
miskin,
Smirna
Selasa, 18 Juni 2013
2 Gaya Hidup, 2 Cara Pandang, Jemaat Smirna, Jemaat Sardis, Jemaat Laodikia
Wahyu 2: 9a Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu--namun engkau kaya
Wahyu 3:1b Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!
Wahyu 3:17 Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang
Wahyu 2:9a dikatakan oleh Bapa YAHWE kepada jemaat di Smirna dan Wahyu 3:1b dikatakan oleh Bapa YAHWE kepada jemaat di Sardis dan Wahyu 3:17 adalah untuk jemaat Laodikia. Ketiganya mengandung kontras: susah, miskin, namun kaya; hidup namun mati.
Manusia boleh memilih cara hidup. Dan kedua keadaan dari kedua jemaat ini menunjukkan kepada kita akan hal itu. Jemaat Sardis memilih mengutamakan kesetiaan kepada Bapa YAHWE daripada "keselamatan di dunia", daripada penerimaan oleh dunia, daripada kemegahan dunia. Namun sebagai "akibatnya," mereka harus mengalami kesusahan, kemiskinan -- di tengah-tengah kota pelabuhan yang kaya, fitnah (ayat 9), pederitaan (ayat 10), mereka harus mengalami penjara (ayat 10). Mereka bisa saja memilih untuk ikut arus, ikut tradisi dan praktik penyembahan terhadap kaisar karena kota Smirna merupakan pusat penyembahan kepada kaisar. Mereka bisa saja memilih hidup seperti orang-orang di sekitarnya, dan ikut menikmati kekayaan kota. Namun mereka memilih setia kepada Bapa YAHWE. Mereka memilih jalan yang sempit dan menghindari jalan yang lebar (Matius 7:13-14).
Sebaliknya jemaat Sardis dan Laodikia memilih hidup menurut dunia. Mereka menikmati kekayaan dan kenikmatan hidup sebagaimana orang-orang di sekitarnya. Namun mereka dikatakan mati dan miskin, melarat, buta, malang, telanjang oleh Bapa YAHWE (3:1,17).
Manusia sering memiliki cara pandang yang keliru terhadap hidup. Mereka cenderung memilih apa yang menyenangkan sekarang. Mereka berorientasi pada waktu sekarang. Kurang memperhatikan kehidupan yang akan datang. Namun Bapa YAHWE tahu yang sebenar-benarnya dari diri kita. Tiada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Kita boleh kaya di dunia, terkenal, berkuasa. Namun belum tentu bagi YAHWE. Sebaliknya, mungkin kita harus menghadapi penderitaan, kemiskinan, kesusahan, namun bagi YAHWE kita mungkin dianggap kaya. Dan lewat Firman YAHWE kepada ketiga jemaat ini kita diingatkan untuk memilih hidup yang sejati, bukan hidup yang artisial, yang sementara. Untuk mengumpulkan harta di sorga, dan tidak hanya mengejar harta di dunia.
Terhadap jemaat Smirna yang memilih setia namun menderita, Bapa YAHWE memperkenalkan Diri sebagai
Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali (Wahyu 2:8). Hal ini menegaskan bahwa Bapa YAHWE sanggup menghidupkan mereka yang telah mati karena kesetiaannya, bahwa penderitaan di dunia ini hanyalah sementara karena Bapa YAHWE akan memberikan kepada mereka yang setia mahkota kehidupan.
Dan kepada jemaat di Sardis Bapa YAHWE memerkenalkan Diri sebagai Dia yang memiliki ketujuh Roh Elohim dan ketujuh bintang. Hal ini menyatakan bahwa meskipun manusia silau terhadap kekuasaan dan kemuliaan dunia, namun sebenarnya tidak ada yang mampu menandingi kuasa YAHWE yang memiliki ketujuh Roh Elohim dan ketujuh bintang.
Kepada jemaat di Laodikia Bapa YAHWE memperkenalkan Diri sebagai Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Elohim. Hal ini mau menegaskan bahwa Bapa YAHWE tahu siapa diri kita. Kita boleh bersembunyi di balik penampilan fisik kita, perbuatan-perbuatan baik semu kita, namun Bapa YAHWE tahu isi hati kita.
Bapa YAHWE tahu siapa diri kita, Dia tahu kesusahan kita, Dia tahu penderitaan kita. Dia tahu dan peduli. Dan Dia setia. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. Dia tidak akan pernah ingkar janji. Dia adalah Amin. Dia adalah benar. Dia akan memberikan ganjaran atas kesetiaan kita.
Namun Dia juga tahu isi hati kita. Dia tahu apakah kita hidup di dalam kepura-puraan atau keaslian. Apakah kita sedang memoles hidup kita? Apakah kita sedang mencari pengakuan dunia dan penerimaan dari dunia sehingga harus mengabaikan apa yang asli dan utama dalam hidup kita. Dia tahu apakah kita sedang mengkompromikan iman kita dengan tuntutan dunia.
Dan karena kasih-Nya, Dia masih mau menegur kita (Wahyu 3:19), agar kita bertobat (3:3, 17, 19). Pilihlah kehidupan, dan bukan kematian. Setialah, maka kita tidak akan menderita apa-apa dalam kematian yang kedua (2:11).
Baca juga:
Beribadah kepada YAHWE: Pilihan yang Terbaik
Teladan Ketaatan dari Emily Gloria Wilson
Mendapatkan Hati Tuhan
Tuhan Tersentuh dengan Ketaatan
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya
Wahyu 3:1b Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!
Wahyu 3:17 Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang
Wahyu 2:9a dikatakan oleh Bapa YAHWE kepada jemaat di Smirna dan Wahyu 3:1b dikatakan oleh Bapa YAHWE kepada jemaat di Sardis dan Wahyu 3:17 adalah untuk jemaat Laodikia. Ketiganya mengandung kontras: susah, miskin, namun kaya; hidup namun mati.
Manusia boleh memilih cara hidup. Dan kedua keadaan dari kedua jemaat ini menunjukkan kepada kita akan hal itu. Jemaat Sardis memilih mengutamakan kesetiaan kepada Bapa YAHWE daripada "keselamatan di dunia", daripada penerimaan oleh dunia, daripada kemegahan dunia. Namun sebagai "akibatnya," mereka harus mengalami kesusahan, kemiskinan -- di tengah-tengah kota pelabuhan yang kaya, fitnah (ayat 9), pederitaan (ayat 10), mereka harus mengalami penjara (ayat 10). Mereka bisa saja memilih untuk ikut arus, ikut tradisi dan praktik penyembahan terhadap kaisar karena kota Smirna merupakan pusat penyembahan kepada kaisar. Mereka bisa saja memilih hidup seperti orang-orang di sekitarnya, dan ikut menikmati kekayaan kota. Namun mereka memilih setia kepada Bapa YAHWE. Mereka memilih jalan yang sempit dan menghindari jalan yang lebar (Matius 7:13-14).
Sebaliknya jemaat Sardis dan Laodikia memilih hidup menurut dunia. Mereka menikmati kekayaan dan kenikmatan hidup sebagaimana orang-orang di sekitarnya. Namun mereka dikatakan mati dan miskin, melarat, buta, malang, telanjang oleh Bapa YAHWE (3:1,17).
Manusia sering memiliki cara pandang yang keliru terhadap hidup. Mereka cenderung memilih apa yang menyenangkan sekarang. Mereka berorientasi pada waktu sekarang. Kurang memperhatikan kehidupan yang akan datang. Namun Bapa YAHWE tahu yang sebenar-benarnya dari diri kita. Tiada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Kita boleh kaya di dunia, terkenal, berkuasa. Namun belum tentu bagi YAHWE. Sebaliknya, mungkin kita harus menghadapi penderitaan, kemiskinan, kesusahan, namun bagi YAHWE kita mungkin dianggap kaya. Dan lewat Firman YAHWE kepada ketiga jemaat ini kita diingatkan untuk memilih hidup yang sejati, bukan hidup yang artisial, yang sementara. Untuk mengumpulkan harta di sorga, dan tidak hanya mengejar harta di dunia.
Terhadap jemaat Smirna yang memilih setia namun menderita, Bapa YAHWE memperkenalkan Diri sebagai
Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali (Wahyu 2:8). Hal ini menegaskan bahwa Bapa YAHWE sanggup menghidupkan mereka yang telah mati karena kesetiaannya, bahwa penderitaan di dunia ini hanyalah sementara karena Bapa YAHWE akan memberikan kepada mereka yang setia mahkota kehidupan.
Dan kepada jemaat di Sardis Bapa YAHWE memerkenalkan Diri sebagai Dia yang memiliki ketujuh Roh Elohim dan ketujuh bintang. Hal ini menyatakan bahwa meskipun manusia silau terhadap kekuasaan dan kemuliaan dunia, namun sebenarnya tidak ada yang mampu menandingi kuasa YAHWE yang memiliki ketujuh Roh Elohim dan ketujuh bintang.
Kepada jemaat di Laodikia Bapa YAHWE memperkenalkan Diri sebagai Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Elohim. Hal ini mau menegaskan bahwa Bapa YAHWE tahu siapa diri kita. Kita boleh bersembunyi di balik penampilan fisik kita, perbuatan-perbuatan baik semu kita, namun Bapa YAHWE tahu isi hati kita.
Bapa YAHWE tahu siapa diri kita, Dia tahu kesusahan kita, Dia tahu penderitaan kita. Dia tahu dan peduli. Dan Dia setia. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. Dia tidak akan pernah ingkar janji. Dia adalah Amin. Dia adalah benar. Dia akan memberikan ganjaran atas kesetiaan kita.
Namun Dia juga tahu isi hati kita. Dia tahu apakah kita hidup di dalam kepura-puraan atau keaslian. Apakah kita sedang memoles hidup kita? Apakah kita sedang mencari pengakuan dunia dan penerimaan dari dunia sehingga harus mengabaikan apa yang asli dan utama dalam hidup kita. Dia tahu apakah kita sedang mengkompromikan iman kita dengan tuntutan dunia.
Dan karena kasih-Nya, Dia masih mau menegur kita (Wahyu 3:19), agar kita bertobat (3:3, 17, 19). Pilihlah kehidupan, dan bukan kematian. Setialah, maka kita tidak akan menderita apa-apa dalam kematian yang kedua (2:11).
Baca juga:
Beribadah kepada YAHWE: Pilihan yang Terbaik
Teladan Ketaatan dari Emily Gloria Wilson
Mendapatkan Hati Tuhan
Tuhan Tersentuh dengan Ketaatan
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya
Label:
7 gereja Asia,
aniaya,
harta,
harta sorga,
iman yang berani,
jemaat Laodikia,
jemaat Sardis,
jemaat Smirna,
kaya,
Laodikia,
miskin,
perburuan harta,
Sardis,
setia,
Smirna
Minggu, 10 Februari 2013
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu. (Yesaya 60:5)
kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu
kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu
itu janji YAHWE bagi Anda, bagi saya, bagi kita, anak-Nya.
Tapi bagaimana hal ini bisa terjadi? Kita akan belajar dari kisah janda di Sarfat (1 Raja-Raja 17:8-16).
8 Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
9 "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."
10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum."
11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti."
12 Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."
13 Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
14 Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
Seorang janda, yang miskin, hampir mati karena sebentar lagi akan kehabisan makanan, namun diubah menjadi berkelimpahan. Yang tadinya terbatas menjadi tidak terbatas. Janda yang tinggal memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak itu, satu-satunya kekayaannya yang terakhir sebelum ia mati kelaparan, pikirnya, diubah menjadi berkelimpahan. Tepungnya tidak habis-habis, demikian pula minyaknya.
Apa kunci dari pembalikan nasib ini? Perubahan yang luar biasa ini? Mujizat ajaib ini? Bagaimana mungkin hal ini terjadi?
Kuncinya ada di ayat 13. Ada 2 pesan penting dalam ayat ini. Pertama, "jangan takut" dan "buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu". Kunci pertama adalah "jangan takut". Mengapa? Karena demikianlah perintah YAHWE. Karena YAHWE adalah YAHWE yang memelihara hidup kita, sekalipun secara kasat mata mungkin kita sering dibuat merasa takut dan kawatir oleh kekurangan dan tuntutan kebutuhan kita. Tidak takut karena YAHWE pasti menolong. YAHWE berjanji akan memelihara kita.
Kunci yang kedua adalah: kita mengutamakan YAHWE terlebih dahulu. Coba kita lihat situasinya. Saat itu janda itu sedang mencari kayu bakar untuk membuat roti terakhir yang akan bisa ia nikmati bersama anaknya. Setelah itu ... tidak ada yang tersisa ... tinggal menunggu waktu untuk mati. Namun, sekalipun demikian, Elia meminta supaya janda itu membuatkan sebundar roti kecil terlebih dahulu baginya, baru setelah itu untuk dirinya sendiri dan anaknya. Janda ini taat, dan sebagai balasannya, ia diberkati YAHWE dengan tepung dan minyak yang tidak pernah habis. Suatu berkat keuangan yang tiada habisnya.
Pesannya jelas di sini bahwa, apa pun kondisi kita, YAHWE menghendaki agar kita mengutamakan YAHWE di atas kebutuhan kita sendiri. YAHWE meminta kita untuk membuat roti bundar kecil terlebih dahulu untuk-Nya dan baru kemudian kita membuat untuk bagian kita sendiri. YAHWE minta dinomor satukan, diutamakan, sebelum yang lain-lainnya. Dan ketika kita menaati perintah YAHWE dan mengutamakan DIA di atas semua kebutuhan kita, YAHWE akan menepati janji-Nya dengan melimpahi kita dengan berkat keuangan.
Pertanyaannya, sudahkah kita menomor satukan YAHWE di dalam keuangan atau harta kita? Mengapa harus menomor satukan YAHWE? Karena "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). YAHWE meminta kita untuk mengutamakan DIA dengan harta kita, karena di mana posisi harta kita, di situ pula hati kita berada. Jika kita mengutamakan YAHWE dengan harta kita, maka otomatis hati kita juga pertama-tama tertuju kepada YAHWE.
Bagaimana cara kita mengutamakan YAHWE dengan harta kita? Imamat 27:30 memberi kita petunjuk: "Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik YAHWE; itulah persembahan kudus bagi YAHWE."
Dengan persepuluhan. Dalam ayat ini dengan jelas dikatakan bahwa sepersepuluh dari hasil kita adalah milik YAHWE. Sebab itu harus dikembalikan. Setiap hasil yang kita terima, terlebih dahulu kita harus menyisihkan seper sepuluh untuk YAHWE. Terlebih dahulu, sebelum kita mempergunakannya untuk keperluan lain. Sama seperti Elia meminta kepada janda itu, terlebih dahulu buatlah sebunar kecil roti untukku, baru kemudian kau buat untuk dirimu dan anakmu. Mengapa YAHWE memerintahkan hal ini kepada janda itu melalui Elia? Mengapa YAHWE meminta kita mengembalikan persepuluhan? Jawabannya ada dalam Amsal 9:3-10:
Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.
Janda Sarfat itu melakukan, maka, dua bagian kecil roti bundar itu, yang seharusnya langsung habis setelah dimakan, ternyata dibuat YAHWE tidak pernah habis. Tepung dan minyak itu tidak pernah habis. Demikian pula, jika kita terlebih dahulu menyisihkan sebagian penghasilan kita untuk YAHWE, sebelum kita membelanjakannya untuk keperluan lain-lain, 90% bagian yang YAHWE percayakan kepada kita, yang seharusnya habis untuk memenuhi kebutuhan kita, YAHWE sanggup membuatnya tidak pernah habis.
Di sini YAHWE ingin kita belajar sebuah kebenaran yang amat penting. Secara manusiawi, apa yang dilakukan YAHWE melalui Elia kepada janda itu, benar-benar kejam dan tidak tahu diri. Elia datang kepada janda itu. Ia langsung meminta air. Sesudah janda itu memberinya air dalam kendi, Elia langsung meminta roti. Dan ketika diberitahukan bahwa janda itu tidak punya roti, satu-satunya yang dimilikinya adalah segenggam tepung dan sedikit minyak, yang adalah makanan terakhirnya sebelum ia dan anaknya akan mati karena sudah tidak memiliki persediaan makanan lagi di tengah-tengah musim kelaparan tersebut, Elia tetap meminta supaya janda tersebut membuatkannya sepotong kecil roti bundar. Bukan sesudah janda dan anaknya itu makan terlebih dahulu, baru kemudian sisanya untuk Elia. Tidak. Sebaliknya, Elia meminta supaya janda itu membuatkannya terlebih dahulu sebundar roti baru kemudian janda dan anaknya itu.
Kenapa YAHWE meminta Elia melakukan hal itu? Dalam ayat 9 dikatakan bahwa YAHWE memerintahkan Elia untuk ke Sarfat karena dengan cara demikianlah YAHWE akan memberi makan kepada Elia, melalui seorang janda. Memang benar Elia akhirnya mendapatkan makanan dari janda itu, tetapi apakah memang itu tujuan YAHWE mempertemukan Elia dengan janda itu? Kalau kita membaca bagian sebelum dan sesudah kisah ini, kita tahu bahwa bukan itu tujuan YAHWE mempertemukan Elia dengan janda itu. YAHWE bisa memberi makan Elia dengan banyak sekali cara: lewat burung gagak yang membawakan roti dan daging kepadanya (1 Raja-Raja 17:6), lewat malaikat yang membawakan roti bakar dan air dalam kendi (1 Raja-Raja 19:6).
Jadi bukan pertama-tama agar Elia mendapat makanan dari janda itu YAHWE mengutus Elia kepadanya. Pertemuan itu, bukan terutama untuk menguntungkan Elia, melainkan janda itu sendiri. Janda itulah yang diuntungkan. Tepung dan minyaknya tidak habis. Pertemuan itu membawa pemulihan ekonomi bagi keluarga janda itu. Dan tidak hanya pemulihan ekonomi, tetapi juga pemulihan keluarga dan kesehatan. Ketika anak janda itu sakit dan akhirnya mati, YAHWE memakai Elia untuk membangkitkan anak itu untuk hidup kembali dan sehat kembali. Pertemuan Elia dan janda itu membawa pemulihan ekonomi, keluarga, dan kesehatan bagi janda itu.
Kenapa pertemuan itu dikehendaki YAHWE, karena YAHWE ingin memberikan kesempatan kepada janda itu untuk mempelajari sebuah kebenaran akan Firman YAHWE. Bahwa untuk diberkati, maka terlebih dahulu janda itu harus mengutamakan YAHWE, melebihi kepentingan dirinya dan anaknya. Dan janda itu pun berhasil menggunakan kesempatan yang diberikan YAHWE itu dengan baik: ia belajar sebuah kebenaran yang amat penting:
Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar." (1 Raja-Raja 17:24)
Demikian pula, YAHWE menghendaki agar kita mengembalikan perpuluhan, bukan karena YAHWE membutuhkannya, tetapi DIA ingin kita belajar akan kebenaran Firman tersebut: Bahwa Firman YAHWE adalah benar. Kita hanya harus taat. Bahwa untuk diberkati, kita terlebih dahulu harus menomor satukan YAHWE dengan harta kita. Perpuluhan adalah sebuah cara bagi kita untuk belajar taat dan mengutamakan YAHWE di atas semua kebutuhan kita.
Perpuluhan perlu kita lakukan, bukan demi Tuhan, melainkan demi kita sendiri. Dalam Maleakhi 3:7-12 kita belajar bahwa perpuluhan adalah cara yang diberikan YAHWE kepada manusia agar YAHWE bisa memberkati manusia setelah manusia menyimpang dari ketetapan-Nya. Manusia telah terkena kutuk oleh karena dosa dan pelanggarannya. Persepuluhan menjadi sebuah sarana dan tanda, bahwa manusia di dalam hatinya masih menempatkan YAHWE sebagai yang utama. Persepuluhan adalah sebuah jalan bagi manusia agar manusia masih bisa menikmati berkat-berkat YAHWE setelah terkutuk akibat dosa-dosanya.
7. Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?"
8 Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
9 Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!
10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
11 Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.
12 Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.
Prinsip ini demikian penting bagi kita sehingga YAHWE bahkan memberi kita kesempatan untuk menguji kebenaran ini. YAHWE sendiri menantang kita: UJILAH AKU. Persepuluhan, sebagian dari penghasilan kita, roti bundar kecil, yang disisihkan pada saat kita diberkati YAHWE dengan berkat keuangan, adalah sebuah bukti ketaatan dan hormat kita kepada YAHWE, bahwa hati kita pertama-tama tertuju kepada YAHWE; persepuluhan adalah sebuah cara agar YAHWE bisa menghardik belalang pelahap yang bisa melenyapkan berkat Tuhan yang sudah kita terima. Persepuluhan adalah sarana agar YAHWE bisa membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat yang berkelimpahan kepada kita.
Baca juga:
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi
Yesus Memperhatikan Persembahan
Memasuki Tahun Baru: Belajar dari Ishak
Mengubah Kutuk Menjadi Berkat: Belajar dari Yakub
kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu
kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu
itu janji YAHWE bagi Anda, bagi saya, bagi kita, anak-Nya.
Tapi bagaimana hal ini bisa terjadi? Kita akan belajar dari kisah janda di Sarfat (1 Raja-Raja 17:8-16).
8 Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
9 "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."
10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum."
11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti."
12 Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."
13 Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
14 Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
Seorang janda, yang miskin, hampir mati karena sebentar lagi akan kehabisan makanan, namun diubah menjadi berkelimpahan. Yang tadinya terbatas menjadi tidak terbatas. Janda yang tinggal memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak itu, satu-satunya kekayaannya yang terakhir sebelum ia mati kelaparan, pikirnya, diubah menjadi berkelimpahan. Tepungnya tidak habis-habis, demikian pula minyaknya.
Apa kunci dari pembalikan nasib ini? Perubahan yang luar biasa ini? Mujizat ajaib ini? Bagaimana mungkin hal ini terjadi?
Kuncinya ada di ayat 13. Ada 2 pesan penting dalam ayat ini. Pertama, "jangan takut" dan "buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu". Kunci pertama adalah "jangan takut". Mengapa? Karena demikianlah perintah YAHWE. Karena YAHWE adalah YAHWE yang memelihara hidup kita, sekalipun secara kasat mata mungkin kita sering dibuat merasa takut dan kawatir oleh kekurangan dan tuntutan kebutuhan kita. Tidak takut karena YAHWE pasti menolong. YAHWE berjanji akan memelihara kita.
Kunci yang kedua adalah: kita mengutamakan YAHWE terlebih dahulu. Coba kita lihat situasinya. Saat itu janda itu sedang mencari kayu bakar untuk membuat roti terakhir yang akan bisa ia nikmati bersama anaknya. Setelah itu ... tidak ada yang tersisa ... tinggal menunggu waktu untuk mati. Namun, sekalipun demikian, Elia meminta supaya janda itu membuatkan sebundar roti kecil terlebih dahulu baginya, baru setelah itu untuk dirinya sendiri dan anaknya. Janda ini taat, dan sebagai balasannya, ia diberkati YAHWE dengan tepung dan minyak yang tidak pernah habis. Suatu berkat keuangan yang tiada habisnya.
Pesannya jelas di sini bahwa, apa pun kondisi kita, YAHWE menghendaki agar kita mengutamakan YAHWE di atas kebutuhan kita sendiri. YAHWE meminta kita untuk membuat roti bundar kecil terlebih dahulu untuk-Nya dan baru kemudian kita membuat untuk bagian kita sendiri. YAHWE minta dinomor satukan, diutamakan, sebelum yang lain-lainnya. Dan ketika kita menaati perintah YAHWE dan mengutamakan DIA di atas semua kebutuhan kita, YAHWE akan menepati janji-Nya dengan melimpahi kita dengan berkat keuangan.
Pertanyaannya, sudahkah kita menomor satukan YAHWE di dalam keuangan atau harta kita? Mengapa harus menomor satukan YAHWE? Karena "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada." (Matius 6:21). YAHWE meminta kita untuk mengutamakan DIA dengan harta kita, karena di mana posisi harta kita, di situ pula hati kita berada. Jika kita mengutamakan YAHWE dengan harta kita, maka otomatis hati kita juga pertama-tama tertuju kepada YAHWE.
Bagaimana cara kita mengutamakan YAHWE dengan harta kita? Imamat 27:30 memberi kita petunjuk: "Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik YAHWE; itulah persembahan kudus bagi YAHWE."
Dengan persepuluhan. Dalam ayat ini dengan jelas dikatakan bahwa sepersepuluh dari hasil kita adalah milik YAHWE. Sebab itu harus dikembalikan. Setiap hasil yang kita terima, terlebih dahulu kita harus menyisihkan seper sepuluh untuk YAHWE. Terlebih dahulu, sebelum kita mempergunakannya untuk keperluan lain. Sama seperti Elia meminta kepada janda itu, terlebih dahulu buatlah sebunar kecil roti untukku, baru kemudian kau buat untuk dirimu dan anakmu. Mengapa YAHWE memerintahkan hal ini kepada janda itu melalui Elia? Mengapa YAHWE meminta kita mengembalikan persepuluhan? Jawabannya ada dalam Amsal 9:3-10:
Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.
Janda Sarfat itu melakukan, maka, dua bagian kecil roti bundar itu, yang seharusnya langsung habis setelah dimakan, ternyata dibuat YAHWE tidak pernah habis. Tepung dan minyak itu tidak pernah habis. Demikian pula, jika kita terlebih dahulu menyisihkan sebagian penghasilan kita untuk YAHWE, sebelum kita membelanjakannya untuk keperluan lain-lain, 90% bagian yang YAHWE percayakan kepada kita, yang seharusnya habis untuk memenuhi kebutuhan kita, YAHWE sanggup membuatnya tidak pernah habis.
Di sini YAHWE ingin kita belajar sebuah kebenaran yang amat penting. Secara manusiawi, apa yang dilakukan YAHWE melalui Elia kepada janda itu, benar-benar kejam dan tidak tahu diri. Elia datang kepada janda itu. Ia langsung meminta air. Sesudah janda itu memberinya air dalam kendi, Elia langsung meminta roti. Dan ketika diberitahukan bahwa janda itu tidak punya roti, satu-satunya yang dimilikinya adalah segenggam tepung dan sedikit minyak, yang adalah makanan terakhirnya sebelum ia dan anaknya akan mati karena sudah tidak memiliki persediaan makanan lagi di tengah-tengah musim kelaparan tersebut, Elia tetap meminta supaya janda tersebut membuatkannya sepotong kecil roti bundar. Bukan sesudah janda dan anaknya itu makan terlebih dahulu, baru kemudian sisanya untuk Elia. Tidak. Sebaliknya, Elia meminta supaya janda itu membuatkannya terlebih dahulu sebundar roti baru kemudian janda dan anaknya itu.
Kenapa YAHWE meminta Elia melakukan hal itu? Dalam ayat 9 dikatakan bahwa YAHWE memerintahkan Elia untuk ke Sarfat karena dengan cara demikianlah YAHWE akan memberi makan kepada Elia, melalui seorang janda. Memang benar Elia akhirnya mendapatkan makanan dari janda itu, tetapi apakah memang itu tujuan YAHWE mempertemukan Elia dengan janda itu? Kalau kita membaca bagian sebelum dan sesudah kisah ini, kita tahu bahwa bukan itu tujuan YAHWE mempertemukan Elia dengan janda itu. YAHWE bisa memberi makan Elia dengan banyak sekali cara: lewat burung gagak yang membawakan roti dan daging kepadanya (1 Raja-Raja 17:6), lewat malaikat yang membawakan roti bakar dan air dalam kendi (1 Raja-Raja 19:6).
Jadi bukan pertama-tama agar Elia mendapat makanan dari janda itu YAHWE mengutus Elia kepadanya. Pertemuan itu, bukan terutama untuk menguntungkan Elia, melainkan janda itu sendiri. Janda itulah yang diuntungkan. Tepung dan minyaknya tidak habis. Pertemuan itu membawa pemulihan ekonomi bagi keluarga janda itu. Dan tidak hanya pemulihan ekonomi, tetapi juga pemulihan keluarga dan kesehatan. Ketika anak janda itu sakit dan akhirnya mati, YAHWE memakai Elia untuk membangkitkan anak itu untuk hidup kembali dan sehat kembali. Pertemuan Elia dan janda itu membawa pemulihan ekonomi, keluarga, dan kesehatan bagi janda itu.
Kenapa pertemuan itu dikehendaki YAHWE, karena YAHWE ingin memberikan kesempatan kepada janda itu untuk mempelajari sebuah kebenaran akan Firman YAHWE. Bahwa untuk diberkati, maka terlebih dahulu janda itu harus mengutamakan YAHWE, melebihi kepentingan dirinya dan anaknya. Dan janda itu pun berhasil menggunakan kesempatan yang diberikan YAHWE itu dengan baik: ia belajar sebuah kebenaran yang amat penting:
Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar." (1 Raja-Raja 17:24)
Demikian pula, YAHWE menghendaki agar kita mengembalikan perpuluhan, bukan karena YAHWE membutuhkannya, tetapi DIA ingin kita belajar akan kebenaran Firman tersebut: Bahwa Firman YAHWE adalah benar. Kita hanya harus taat. Bahwa untuk diberkati, kita terlebih dahulu harus menomor satukan YAHWE dengan harta kita. Perpuluhan adalah sebuah cara bagi kita untuk belajar taat dan mengutamakan YAHWE di atas semua kebutuhan kita.
Perpuluhan perlu kita lakukan, bukan demi Tuhan, melainkan demi kita sendiri. Dalam Maleakhi 3:7-12 kita belajar bahwa perpuluhan adalah cara yang diberikan YAHWE kepada manusia agar YAHWE bisa memberkati manusia setelah manusia menyimpang dari ketetapan-Nya. Manusia telah terkena kutuk oleh karena dosa dan pelanggarannya. Persepuluhan menjadi sebuah sarana dan tanda, bahwa manusia di dalam hatinya masih menempatkan YAHWE sebagai yang utama. Persepuluhan adalah sebuah jalan bagi manusia agar manusia masih bisa menikmati berkat-berkat YAHWE setelah terkutuk akibat dosa-dosanya.
7. Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?"
8 Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
9 Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!
10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
11 Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.
12 Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.
Prinsip ini demikian penting bagi kita sehingga YAHWE bahkan memberi kita kesempatan untuk menguji kebenaran ini. YAHWE sendiri menantang kita: UJILAH AKU. Persepuluhan, sebagian dari penghasilan kita, roti bundar kecil, yang disisihkan pada saat kita diberkati YAHWE dengan berkat keuangan, adalah sebuah bukti ketaatan dan hormat kita kepada YAHWE, bahwa hati kita pertama-tama tertuju kepada YAHWE; persepuluhan adalah sebuah cara agar YAHWE bisa menghardik belalang pelahap yang bisa melenyapkan berkat Tuhan yang sudah kita terima. Persepuluhan adalah sarana agar YAHWE bisa membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat yang berkelimpahan kepada kita.
Baca juga:
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi
Yesus Memperhatikan Persembahan
Memasuki Tahun Baru: Belajar dari Ishak
Mengubah Kutuk Menjadi Berkat: Belajar dari Yakub
Label:
berkat,
berkat YAHWE,
Firman,
harta,
hidup berkelimpahan,
hidup dalam Firman,
janji Tuhan,
kebenaran,
kelimpahan,
kutuk,
memuliakan,
mukjizat,
persembahan,
persepuluhan
Minggu, 26 Juni 2011
Merebut Kembali Apa yang Dicuri Musuh
Salomo mewarisi berkat dan kasih karunia Yahwe karena ayahnya, Daud, hidup berkenan kepada Yahwe. Salah satu bukti keberhasilan tersebut adalah sebagaimana tercantum dalam kutipan berikut:
Namun sepeninggalnya Salomo, kerajaan terpecah menjadi 2. Dan karena ketidaktaatan raja, maka Yahwe membiarkan bangsa itu diserang dan barang-barang emas peninggalan Salomo dirampas:
2 Tawarikh 12:9 Maka majulah Sisak, raja Mesir itu, menyerang Yerusalem. Ia merampas barang-barang perbendaharaan rumah TUHAN dan barang-barang perbendaharaan rumah raja; semuanya dirampasnya. Ia merampas juga perisai-perisai emas yang dibuat Salomo.
Rahabeam, bukannya datang kepada Tuhan dan meminta petunjuk-Nya, dia malah menggantinya dengan bahan tembaga: 2 Tawarikh 12:10 Sebagai gantinya raja Rehabeam membuat perisai-perisai tembaga, yang dipercayakannya kepada pemimpin-pemimpin bentara yang menjaga pintu istana raja. 11 Setiap kali raja masuk ke rumah TUHAN, bentara-bentara datang membawa masuk perisai-perisai itu, dan mereka pula yang mengembalikannya ke kamar jaga para bentara.
Sebagai ganti yang asli, yang dari Tuhan, Rehabeam memilih dan membuat sendiri tiruan perisai-perisai itu. Dalam Perjanjian Baru, Paulus juga membuat pembedaan kualitas, seperti berikut ini: 1 Korintus 3:12 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, 13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. 14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. 15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.
Emas, perak dan batu permata melambangkan kekekalan, sesuatu yang tahan terhadap api. Kayu, rumput kering atau jerami melambangkan kedagingan, yang sifatnya sementara, yang tidak tahan terhadap api.
Bagian kita sebagai orang percaya, sebagai anak Yahwe, adalah emas, kekekalan, yang asli. Bukan hanya tiruan, tembaga, yang palsu. Sebab itu kita harus membangun kehidupan kita bukan dari kayu, rumput kering atau jerami, yang akan habis termakan api; bukan berdasarkan kedagingan kita, tetapi harus berdasarkan Roh.
Rahabeam memilih membangun berdasarkan kedagingan, ia mengikuti hikmatnya sendiri. Ia berusaha memperkuat pemerintahannya, memperkuat dirinya. Sementara seharusnya ia menjadikan Yerusalem sebagai kota Yahwe untuk membuat nama Yahwe tinggal di sana: 2 Tawarikh 12:13 Raja Rehabeam menunjukkan dirinya kuat dalam pemerintahannya di Yerusalem. Rehabeam berumur empat puluh satu tahun pada waktu ia menjadi raja, dan tujuh belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem, kota yang dipilih TUHAN dari antara segala suku Israel untuk membuat nama-Nya tinggal di sana. Nama ibunya ialah Naama, seorang perempuan Amon. 14 Ia berbuat yang jahat, karena ia tidak tekun mencari TUHAN.
Berbeda dengan Daud dan Salomo. Salomo sadar bahwa usaha manusia tanpa penyertaan Yahwe adalah sia-sia: Mazmur 127:1 Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
Sebab itu Daud dan Salomo sangat memperhatikan apa yang menyukakan apa yang berkenan kepada Yahwe. Mereka menyemarakkan mezbah Tuhan dengan kurban puji-pujian. Dan Yahwe berkenan hadir di sana: 2 Tawarikh 5:11. Lalu para imam keluar dari tempat kudus. Para imam yang ada pada waktu itu semuanya telah menguduskan diri, lepas dari giliran rombongan masing-masing. 12 Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun, beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah, berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan kecapinya, bersama-sama seratus dua puluh imam peniup nafiri. 13 Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, 14 sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.
Baca juga:
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe
Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe
Hidup dalam Tuhan
Label:
bangunan,
harta,
harta sorga,
hidup menurut daging,
hidup menurut Roh,
intim dengan Tuhan,
kelimpahan,
kemuliaan,
mezbah doa,
penyembahan,
penyertaan Yahwe,
Tabut Tuhan,
upah
Minggu, 05 Juni 2011
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe
Kedekatan hubungan dengan Yahwe, kesetiaan untuk menaati perintah-perintah-Nya, membuat Yahwe mecurahkan berkat-berkat kepada kita. Hal inilah yang dialami oleh Salomo. Oleh karena kedekatan Daud, ayahnya, dengan Yahwe, Salomo diberkati Tuhan secara luar biasa.
Pentingnya menaati perintah Yahwe ini disampaikan sendiri oleh Yesus dalam Yohanes seperti berikut ini:
Jika kita memegang, melakukan dan menuruti perintah Bapa, Yesus mengatakan bahwa apa saja yang kita kehendaki akan diberikan kepada kita, bahwa Bapa dan Yesus akan mengasihi kita, bahwa Yesus akan menyatakan diri-Nya kepada kita, Bapa dan Yesus akan datang dan diam bersama-sama dengan kita.
Inilah yang dilakukan Daud, sebagaimana nyata dalam Mazmur 1:2-3:
Daud mengerti rahasia atau isi hati Yahwe. Ia merenungkan Firman siang dan malam dan tekun melakukannya. Sebagai imbalannya, Yahwe juga mengasihi Daud dan melimpahkan berkat kepadanya dan ketrunannya Salomo. Bagaimana Yahwe memberkati dan membuat berhasil Daud dan anaknya Salomo, salah satunya bisa dilihat dalam 2 Tawarikh berikut ini:
Di sini kita melihat bagaimana Salomo dibuat berhasil dan menjadi raja yang kaya raya. Dan tampaknya situasi kehidupan seperti inilah yang memang dikehendaki oleh Bapa, sebagaimana dinyatakan dalam akhir dari perikop Pokok Anggur dalam Yohanes 15,
Jadi kita belajar bahwa kalau kita mengasihi Yahwe, dengan jalan memegang perintah-Nya, melakukan dan menuruti perintah-Nya, maka Bapa Yahwe akan mengasihi kita, akan tinggal bersama-sama dengan kita, dan akan membuat segala yang kita kehendaki dan kita minta diberikannya kepada kita, termasuk di dalamnya adalah kekayaan duniawi, sebagaimana yang dialami oleh Daud dan Salomo, dan dengan cara demikianlah Bapa dipernuliakan.
Baca juga:
Masuk Ke Ruang Maha Kudus
Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe
Muliakanlah Tuhan dengan hartamu
Pentingnya menaati perintah Yahwe ini disampaikan sendiri oleh Yesus dalam Yohanes seperti berikut ini:
Yohanes 14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." 23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Yesus mengatakan bahwa mengasihi Bapa ditandai dengan memegang, melakukan, menuruti perintah Bapa. Memegang artinya perintah atau Firman Bapa itu siap sedia di tangan kita, kita memilikinya, kita mengenalnya, berarti kita tahu, mungkin hal ini ditandai dengan hafal, mengerti. Hal ini menyatakan betapa pentingnya bagi kita untuk selalu membaca dan memperdengarkan Firman itu. Kemudian melakukan dan menuruti, artinya ya mempraktikkan perintah tersebut dalam kehidupan nyata.
Jika kita memegang, melakukan dan menuruti perintah Bapa, Yesus mengatakan bahwa apa saja yang kita kehendaki akan diberikan kepada kita, bahwa Bapa dan Yesus akan mengasihi kita, bahwa Yesus akan menyatakan diri-Nya kepada kita, Bapa dan Yesus akan datang dan diam bersama-sama dengan kita.
Inilah yang dilakukan Daud, sebagaimana nyata dalam Mazmur 1:2-3:
Mazmur 1:2-2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil
Daud mengerti rahasia atau isi hati Yahwe. Ia merenungkan Firman siang dan malam dan tekun melakukannya. Sebagai imbalannya, Yahwe juga mengasihi Daud dan melimpahkan berkat kepadanya dan ketrunannya Salomo. Bagaimana Yahwe memberkati dan membuat berhasil Daud dan anaknya Salomo, salah satunya bisa dilihat dalam 2 Tawarikh berikut ini:
2 Tawarikh 1:15; 9:15-16 Raja membuat banyaknya emas dan perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit. 9:15 Raja Salomo membuat dua ratus perisai besar dari emas tempaan, enam ratus syikal emas tempaan dipakainya untuk setiap perisai besar; 16 ia membuat juga tiga ratus perisai kecil dari emas tempaan, tiga ratus syikal emas dipakainya untuk setiap perisai kecil; lalu raja menaruh semuanya itu di dalam gedung "Hutan Libanon".
Di sini kita melihat bagaimana Salomo dibuat berhasil dan menjadi raja yang kaya raya. Dan tampaknya situasi kehidupan seperti inilah yang memang dikehendaki oleh Bapa, sebagaimana dinyatakan dalam akhir dari perikop Pokok Anggur dalam Yohanes 15,
Yohanes 15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.
Jadi kita belajar bahwa kalau kita mengasihi Yahwe, dengan jalan memegang perintah-Nya, melakukan dan menuruti perintah-Nya, maka Bapa Yahwe akan mengasihi kita, akan tinggal bersama-sama dengan kita, dan akan membuat segala yang kita kehendaki dan kita minta diberikannya kepada kita, termasuk di dalamnya adalah kekayaan duniawi, sebagaimana yang dialami oleh Daud dan Salomo, dan dengan cara demikianlah Bapa dipernuliakan.
Baca juga:
Masuk Ke Ruang Maha Kudus
Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe
Muliakanlah Tuhan dengan hartamu
Label:
berbuah,
harta,
kasih,
kaya,
kekayaan,
kelimpahan,
kemuliaan,
ketaatan,
memuliakan,
mengenal Yahwe,
merenungkan Firman siang dan malam,
penyertaan Yahwe,
sejahtera
Selasa, 15 Februari 2011
Kebebasan Finansial (3): Muliakanlah Tuhan dengan Hartamu
Sebelumnya kita telah membahas 2 prinsip penting untuk meraih kebebasan finansial. Yang pertama adalah pola pikir kita; yang kedua adalah memiliki hati yang bijaksana. Sekarang kita akan membahas poin 3 dalam prinsip hidup berkebebasan secara finansial. Prinsip yang ketiga adalah:
Muliakanlah Tuhan dengan hartamu!
Amsal 3:9 Muliakanlah Yahwe dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, 10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.
Itulah nasehat dari orang yang sangat kaya raya, yakni raja Salomo, berkaitan dengan harta kita. Kalau sekarang ini banyak di antara kita mau membayar mahal untuk ikut seminar tentang strategi menuju kebebasan finansial, hari ini kita mendapatkan nasehat gratis dari orang yang dicatat dalam Kitab Suci sebagai orang yang paling kaya yang pernah hidup di dunia. Salah satu bukti kekayaan Salomo dinyatakan dalam ayat berikut:
1 Raja-Raja 10:27 Raja membuat banyaknya perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit.
Penyembahan yang sejati tidak hanya melalui doa penyembahan dengan mengangkat lagu penyembahan, tetapi melalui cara hidup kita dalam setiap aspek hidup kita: bagaimana kita mempergunakan waktu, tenaga, pikiran termasuk keuangan kita.
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar kita bisa memuliakan Tuhan dengan harta kita.
1. Bertanggung jawab secara keuangan untuk hidup kita pribadi.
Bagaimana kita mempergunakan uang untuk kepentingan pribadi kita? Apakah kita menggunakan uang untuk semakin memperbaiki kesehatan kita? mempertumbuhkan iman kita? memperkembangkan pribadi kita? atau malah sebaliknya: memperlemah kesehatan?
2. Bertanggung jawab secara keuangan untuk keluarga kita.
Selain kebutuhan pribadi kita, kita juga bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga kita: makanan, sandang, dan papan. Ini harus menjadi prioritas pertama di dalam keluarga.
3. Bertanggung jawab secara keuangan untuk orang lain.
Kita juga dipanggil untuk menjadi berkat bagi orang lain.
Kejadian 12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Amsal 19:17. Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Yahwe, yang akan membalas perbuatannya itu.
Kita dipanggil untuk menjadi berkat, baik untuk orang yang sudah diberkati secara finansial (karena Tuhan akan memberkati orang-orang yang memberkati Abrahan, yang adalah orang yang sudah diberkati Tuhan), maupun untuk orang yang lemah, dan dengan demikian kita memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatan baik kita.
4. Bertanggung jawab secara keuangan untuk rumah Tuhan.
Kita bertanggung jawab untuk menjaga persediaan makanan di rumah Tuhan tetap ada, supaya pekerjaan Tuhan tetap bisa dilakukan, dan dengan demikian Tuhan akan membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepada kita.
Maleakhi 3:10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman Yahwe semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
Kita bahkan harus mengutamakan pekerjaan Tuhan di atas kebutuhan kita pribadi. Dari 1 Raja-Raja 17:8-16 kita belajar bagaimana Tuhan mencurahkan berkat kepada janda di Sarfat yang atas perintah Tuhan melalui Elia berani mengorbankan kebutuhan bagi keberlangsungan hidup anak dan dirinya sendiri bagi hamba Tuhan.
1 Raja-Raja 17:8. Maka datanglah firman Yahwe kepada Elia: 9 "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." 10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum." 11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." 12 Perempuan itu menjawab: "Demi Yahwe, Tuhanmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." 13 Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. 14 Sebab beginilah firman Yahwe, Tuhan Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu Yahwe memberi hujan ke atas muka bumi." 15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. 16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman Yahwe yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
Dari kisah janda Sarfat kita juga belajar bagaimana Tuhan bisa memberi berkat kepada kita bahkan melalui orang yang sangat berkekurangan. Bagaimana Tuhan akan memelihara dan memberkati kita kalau kita terlebih dahulu mengutamakan pekerjaan Tuhan juga ditekankan oleh Yesus sendiri:
Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Tuhan dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Berikut ini adalah salam satu pedoman yang ideal bagaimana kita bisa mengelola keuangan kita untuk memuliakan Tuhan:
Pertama: 20% keuangan kita dipersembahkan untuk pekerjaan Tuhan, yang terdiri dari
10% untuk perpuluhan
10% untuk menabur
Kedua: 80% sisanya, kita bagi untuk kebutuhan kita yang lain, misalnya sebagai berikut:
10% untuk tabungan, atau membayar hutang
30% untuk tempat tinggal, untuk biaya kontrak rumah, biaya perawatan rumah
10% untuk biaya transport
30% untuk lain-lain: sandang, pangan, membayar tagihan-tagihan rutin, membayar sekolah, dll
Baca posting sebelumnya:
Kebebasan Finansial (1): Memiliki Pola Pikir yang Benar
Kebebasan Finansial (2): Memiliki Hati yang Bijaksana
Muliakanlah Tuhan dengan hartamu!
Amsal 3:9 Muliakanlah Yahwe dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, 10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.
Itulah nasehat dari orang yang sangat kaya raya, yakni raja Salomo, berkaitan dengan harta kita. Kalau sekarang ini banyak di antara kita mau membayar mahal untuk ikut seminar tentang strategi menuju kebebasan finansial, hari ini kita mendapatkan nasehat gratis dari orang yang dicatat dalam Kitab Suci sebagai orang yang paling kaya yang pernah hidup di dunia. Salah satu bukti kekayaan Salomo dinyatakan dalam ayat berikut:
1 Raja-Raja 10:27 Raja membuat banyaknya perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit.
![]() |
Beranggung jawabkah kita? |
![]() |
Bertanggung jawabkah kita? |
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar kita bisa memuliakan Tuhan dengan harta kita.
1. Bertanggung jawab secara keuangan untuk hidup kita pribadi.
Bagaimana kita mempergunakan uang untuk kepentingan pribadi kita? Apakah kita menggunakan uang untuk semakin memperbaiki kesehatan kita? mempertumbuhkan iman kita? memperkembangkan pribadi kita? atau malah sebaliknya: memperlemah kesehatan?
2. Bertanggung jawab secara keuangan untuk keluarga kita.
![]() |
Kebutuhan Pokok Keluarga |
3. Bertanggung jawab secara keuangan untuk orang lain.
![]() |
Mother Teresa - Menjadi Berkat |
Kejadian 12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Amsal 19:17. Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Yahwe, yang akan membalas perbuatannya itu.
Kita dipanggil untuk menjadi berkat, baik untuk orang yang sudah diberkati secara finansial (karena Tuhan akan memberkati orang-orang yang memberkati Abrahan, yang adalah orang yang sudah diberkati Tuhan), maupun untuk orang yang lemah, dan dengan demikian kita memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatan baik kita.
4. Bertanggung jawab secara keuangan untuk rumah Tuhan.
Kita bertanggung jawab untuk menjaga persediaan makanan di rumah Tuhan tetap ada, supaya pekerjaan Tuhan tetap bisa dilakukan, dan dengan demikian Tuhan akan membukakan tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepada kita.
Maleakhi 3:10 Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman Yahwe semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
Kita bahkan harus mengutamakan pekerjaan Tuhan di atas kebutuhan kita pribadi. Dari 1 Raja-Raja 17:8-16 kita belajar bagaimana Tuhan mencurahkan berkat kepada janda di Sarfat yang atas perintah Tuhan melalui Elia berani mengorbankan kebutuhan bagi keberlangsungan hidup anak dan dirinya sendiri bagi hamba Tuhan.
1 Raja-Raja 17:8. Maka datanglah firman Yahwe kepada Elia: 9 "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." 10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum." 11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." 12 Perempuan itu menjawab: "Demi Yahwe, Tuhanmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati." 13 Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. 14 Sebab beginilah firman Yahwe, Tuhan Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu Yahwe memberi hujan ke atas muka bumi." 15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. 16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman Yahwe yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
![]() |
Pembangunan Rumah Tuhan |
Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Tuhan dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Berikut ini adalah salam satu pedoman yang ideal bagaimana kita bisa mengelola keuangan kita untuk memuliakan Tuhan:
Pertama: 20% keuangan kita dipersembahkan untuk pekerjaan Tuhan, yang terdiri dari
10% untuk perpuluhan
10% untuk menabur
Kedua: 80% sisanya, kita bagi untuk kebutuhan kita yang lain, misalnya sebagai berikut:
10% untuk tabungan, atau membayar hutang
30% untuk tempat tinggal, untuk biaya kontrak rumah, biaya perawatan rumah
10% untuk biaya transport
30% untuk lain-lain: sandang, pangan, membayar tagihan-tagihan rutin, membayar sekolah, dll
Baca posting sebelumnya:
Kebebasan Finansial (1): Memiliki Pola Pikir yang Benar
Kebebasan Finansial (2): Memiliki Hati yang Bijaksana
Langganan:
Postingan (Atom)