Tampilkan postingan dengan label penyembahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label penyembahan. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Desember 2015

3 Gaya Ibadah untuk Penyembahan yang Lebih Kaya dan Bersemangat

Diterjemahkan secara bebas dari
3 Avenues To A Richer, More Vibrant Worship



Adik saya seorang atlet. Maksud saya atlet dalam arti sesungguhnya. Ketika ia tidak bertanding dalam tim olahraga, dia menontonnya. Ketika dia tidak menonton, ia membayangkan sedang bermain di dalam liga impiannya. Ketika ia tidak sedang membayangkan bermain dalam liga impiannya, ia berlatih di gym. Ia bertubuh tinggi dan benar-benar kekar dan kokoh. Jelas, ia sangat berbeda dengan kakaknya yang kutu buku, penulis, dan teolog.
Hobi kami berbeda. Akibatnya, begitu juga hubungan kami. Kami masih mengalami hubungan yang mendalam dengan orang yang kami sayangi, tapi kami terhubung dengan mereka dengan cara yang berbeda. Saya pikir, sama halnya dengan hubungan di dalam keluarga Tuhan.

Hal ini paling jelas terlihat dalam ibadah. Ada beberapa bentuk ibadah yang membuat kita mudah tertarik namun tidak dengan yang lain. Bentuk-bentuk ibadah yang kita minati terkait dengan kepribadian kita dan cara kita melihat dunia. Bentuk ibadah yang sesuai memberikan jalan yang paling siap untuk memuliakan Tuhan maupun masuk ke dalam hadirat-Nya.

Pada saat yang sama, terus terkunci dalam satu gaya tertentu juga dapat menyebabkan ibadah kita stagnan. Sangat mudah untuk tergelincir ke dalam rutinitas. Kadang-kadang, kita harus bersedia untuk keluar dari zona nyaman kita dan terhubung dengan Tuhan dari perspektif yang lebih segar.

Berikut ini tiga gaya ibadah.

1. Ibadah Kontemporer 

Dalam banyak gereja modern, gaya ibadah ini menjadi semakin umum dan dominan. Sangat mudah untuk melihat alasannya. Musik penyembahan kontemporer mengingatkan kita dengan banyak gaya yang ditawarkan oleh mistikus Kristen dan mengorientasikan ulang gaya kita terhadap kebebasan berekspresi, yang menekankan pencarian hadirat Tuhan.


Lagu-lagu ibadah modern sering mengandung keindahan dan kedalaman liris, tujuan utamanya adalah untuk menciptakan suasana memuja dan keluar dari lirik tersebut untuk masuk ke hadirat-Nya. Untuk mencapai tujuan ini, ada banyak pengulangan, mirip dengan nyanyian berirama mistik. Umat mengulangi kata-kata yang mengandung makna utama dan dengan demikian dibawa bebas untuk melepaskan diri dari lirik itu sendiri dan masuk ke dalam doa spontan. Penyembahan kontemporer adalah tentang ekspresi: kita fokus untuk mengomunikasikan kasih kita kepada Tuhan.

Kalau kita kita tidak bisa keluar dari isi kepala kita sendiri, penyembahan kontemporer sering dapat menjadi jalan membebaskan.

2. Ibadah Liturgi 


Kalau penyembahan kontemporer membantu kita untuk keluar dari lirik menuju hadirat Tuhan, ibadah liturgis membantu untuk menarik kita ke dalam. Bahkan, telah ada diskusi yang berkembang akhir-akhir ini di antara generasi millenial mengenai gerakan untuk semakin menghidupkan ibadah liturgis. Mengapa? Liturgi menarik kita ke dalam cerita. Ini lebih dari musik, lebih dari kata-kata. Ini melibatkan aktivitas, simbolisme, dan tradisi. Ini menampilkan sejarah umat Tuhan dan mengundang umat untuk masuk ke dalam sejarah tersebut dengan cara yang nyata.

Dengan kata lain, liturgi memungkinkan kita untuk menghidupkan kembali kisah penebusan Tuhan dalam ibadah. Kalender gereja mengingatkan kita akan karya Tuhan yang sedang berlangsung. Warna liturgi mengingatkan kita bagaimana Tuhan terus melibatkan umat-Nya. Lilin mengingatkan kita akan kehadiran-Nya dan panggilan untuk menjadi terang bagi dunia. Sakramen merupakan sarana kasih karunia melaluinya kita mengalami penebusan Tuhan dalam cara yang nyata. Ritual menarik kita ke dalam sejarah umat Tuhan yang sedang berlangsung, mengingatkan kita bahwa kita adalah bagian dari keluarga yang jauh lebih besar dari diri kita sendiri.

Ketika kita merasa diri kita merasa terputus, ibadah liturgis mengembalikan kita ke dalam kisah karya kolosal Tuhan.

3. Ibadah Tradisional

Kalau ibadah kontemporer adalah tentang ekspresi pribadi dan ibadah liturgis adalah tentang menghidupkan kembali kisah Ilahi, ibadah tradisional adalah tentang introspeksi. Ketika kita menyanyikan himne, kita tidak hanya memanfaatkan gaya musik yang berbeda. Lirik dirancang untuk menghasilkan refleksi. Gaya ibadah ini sebagian besar berasal dari zaman Pencerahan, mulai dari refleksi kemudian naik ke hadirat yang lebih tinggi. Himne sering dipenuhi dengan referensi kepada ayat-ayat Alkitab dan kedalaman teologi terkandung di tengah-tengah lirik yang mendalam. Lirik-lirik itu mengundang kita untuk merenungkan, baik sifat-sifat Tuhan maupun realitas diri kita sendiri.

This is how the hymns free us: they capture us with their poetry, and move us to depths of worshipful reflection that allow us to both cling to the goodness of God and release the darker parts of our own struggles.

Dengan cara inilah himne membebaskan kita: himne memesona kita dengan keindahan puitisnya, dan membawa kita ke kedalaman refleksi penyembahan yang memungkinkan kita untuk melekat kepada kebaikan Tuhan dan melepaskan bagian gelap dari perjuangan kita sendiri.

Ketiga gaya ibadah itu penting, dan ketiganya menghantar kita secara berbeda. Masalah sering muncul ketika kita mencoba untuk memaksakan satu gaya ke dalam gaya yang lain. Ketika kita berusaha untuk membuat lagu-lagu himne yang ekspresif, kita menjadi frustrasi. Ketika kita berusaha untuk membuat ibadah kontemporer menjadi introspeksi, pengulangan menjadi penghalang. Ketika kita membuat liturgi terpisah dari cerita abadi tentang Tuhan, maka kita membuatnya menjadi ritual belaka.

Tetapi ketika kita mengikuti gaya ibadah sesuai dengan maksud dan tujuannya, kita akan menemukan jalan baru yang terbuka bagi kita ke dalam kehidupan ibadah yang kaya.

Baca juga:

Beribadah kepada YAHWE: Pilihan yang Terbaik

Masuk ke Ruang Maha Kudus

Apakah Kita Telah Melewatkan Undangan Pesta Perjamuan?

4 Pelajaran Firman Yahwe untuk Tubuh

 

 

 

 

Minggu, 26 Juni 2011

Merebut Kembali Apa yang Dicuri Musuh





Salomo mewarisi berkat dan kasih karunia Yahwe karena ayahnya, Daud, hidup berkenan kepada Yahwe. Salah satu bukti keberhasilan tersebut adalah sebagaimana tercantum dalam kutipan berikut:


2 Tawarikh 1:15; 9:15-16 Raja membuat banyaknya emas dan perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit. 9:15 Raja Salomomembuat dua ratus perisai besar dari emas tempaan,enam ratus syikal emas tempaan dipakainya untuk setiap perisai besar; 16 ia membuat juga tiga ratus perisai kecil dari emas tempaan, tiga ratus syikal emas dipakainya untuk setiap perisai kecil; lalu raja menaruh semuanya itu di dalam gedung "Hutan Libanon".


Namun sepeninggalnya Salomo, kerajaan terpecah menjadi 2. Dan karena ketidaktaatan raja, maka Yahwe membiarkan bangsa itu diserang dan barang-barang emas peninggalan Salomo dirampas:

2 Tawarikh 12:9 Maka majulah Sisak, raja Mesir itu, menyerang Yerusalem. Ia merampas barang-barang perbendaharaan rumah TUHAN dan barang-barang perbendaharaan rumah raja; semuanya dirampasnya. Ia merampas juga perisai-perisai emas yang dibuat Salomo. 

Rahabeam, bukannya datang kepada Tuhan dan meminta petunjuk-Nya, dia malah menggantinya dengan bahan tembaga: 2 Tawarikh 12:10 Sebagai gantinya raja Rehabeam membuat perisai-perisai tembaga, yang dipercayakannya kepada pemimpin-pemimpin bentara yang menjaga pintu istana raja. 11 Setiap kali raja masuk ke rumah TUHAN, bentara-bentara datang membawa masuk perisai-perisai itu, dan mereka pula yang mengembalikannya ke kamar jaga para bentara.

Sebagai ganti yang asli, yang dari Tuhan, Rehabeam memilih dan membuat sendiri tiruan perisai-perisai itu. Dalam Perjanjian Baru, Paulus juga membuat pembedaan kualitas, seperti berikut ini: 1 Korintus 3:12 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, 13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. 14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. 15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Emas, perak dan batu permata melambangkan kekekalan, sesuatu yang tahan terhadap api. Kayu, rumput kering atau jerami melambangkan kedagingan, yang sifatnya sementara, yang tidak tahan terhadap api.

Bagian kita sebagai orang percaya, sebagai anak Yahwe, adalah emas, kekekalan, yang asli. Bukan hanya tiruan, tembaga, yang palsu. Sebab itu kita harus membangun kehidupan kita bukan dari kayu, rumput kering atau jerami, yang akan habis termakan api; bukan berdasarkan kedagingan kita, tetapi harus berdasarkan Roh.

Rahabeam memilih membangun berdasarkan kedagingan, ia mengikuti hikmatnya sendiri. Ia berusaha memperkuat pemerintahannya, memperkuat dirinya. Sementara seharusnya ia menjadikan Yerusalem sebagai kota Yahwe untuk membuat nama Yahwe tinggal di sana: 2 Tawarikh 12:13 Raja Rehabeam menunjukkan dirinya kuat dalam pemerintahannya di Yerusalem. Rehabeam berumur empat puluh satu tahun pada waktu ia menjadi raja, dan tujuh belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem, kota yang dipilih TUHAN dari antara segala suku Israel untuk membuat nama-Nya tinggal di sana. Nama ibunya ialah Naama, seorang perempuan Amon. 14 Ia berbuat yang jahat, karena ia tidak tekun mencari TUHAN.

Berbeda dengan Daud dan Salomo. Salomo sadar bahwa usaha manusia tanpa penyertaan Yahwe adalah sia-sia: Mazmur 127:1 Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

Sebab itu Daud dan Salomo sangat memperhatikan apa yang menyukakan apa yang berkenan kepada Yahwe. Mereka menyemarakkan mezbah Tuhan dengan kurban puji-pujian. Dan Yahwe berkenan hadir di sana: 2 Tawarikh 5:11. Lalu para imam keluar dari tempat kudus. Para imam yang ada pada waktu itu semuanya telah menguduskan diri, lepas dari giliran rombongan masing-masing. 12 Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun, beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah, berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan kecapinya, bersama-sama seratus dua puluh imam peniup nafiri. 13 Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan14 sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.


Baca juga:
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe
Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe
Hidup dalam Tuhan

Minggu, 22 Mei 2011

Masuk ke Ruang Maha Kudus

Ini adalah seri kedua dari posting: Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe. Dalam posting sebelumnya kita sudah membahas pentingnya mengobarkan api penyembahan kepada Yahwe. Dalam posting kali ini kita akan belajar bagaimana kita bisa masuk ke Ruang Maha Kudus di dalam penyembahan kita.

Bait Suci Salomo

Ruang Maha Kudus adalah bagian paling dalam dari 3 bagian Bait Suci: pelataran, ruang kudus, dan Ruang Maha Kudus. Dan di dalam tempat Yang Maha Kudus itu ada sebuah tabut, yaitu kotak emas yang di dalamnya terdapat dua loh batu yang tertulis sepuluh perintah Yahwe (Keluaran 20, Ulangan 5). Hanya imam besar keturunan Harunah yang boleh memasuki Ruang Maha Kudus itu. Itupun hanya setahun sekali. Imam besar harus menyucikan dirinya dan kemudian mengenakan pakaian yang sangat khusus untuk masuk ke dalam tempat itu dan memercikan darah ke atas tutup tabut yang disebut "tutup pendamaian".

Bait Suci merepresentasikan kehadiran Yahwe di tengah-tengah Bangsa Israel. Dengan demikian, tiga bagian dari Bait Suci mewakili 3 tingkat penyembahan. Pelataran melambangkan penyembahan atau ibadah tanpa hadirat Tuhan. Ruang Kudus melambangkan tahap penyembahan di mana kita mulai merasakan hadirat Tuhan. Sedangkan Ruang Maha Kudus melambangkan hubungan yang sedemikian dekat dan intim dengan Yahwe.

Bagaimana caranya kita memasuki setiap tahap penyembahan dan beralih dari pelataran, ke ruang kudus dan akhirnya ke Ruang Maha Kudus?


1. Masuk ke Pelataran Tuhan

Mazmur 100:4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya

Pelataran Bait Suci
Mazmur 100:4 memberitahu kita cara untuk masuk ke pelataran Bait Suci: yakni dengan
(1) masuk melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur.
Dalam hal ini kita harus waspada setiap kali kita akan datang beribadah kepada Tuhan. Iblis pasti tidak senang kalau kita mendekat kepada Tuhan, ia akan mencari celah untuk menghambat kita datang kepada-Nya dengan memprovokasi lingkungan agar kita gagal masuk melalui pintu gerbang-Nya. Bisa jadi iblis akan menimbulkan sungut-sungut (lawan memuji) entah karena perilaku anggota keluarga kita (anak, suami, istri) atau situasi yang lain. WASPADALAH! Sungut-sungut itu akan menutup pintu gerbang Yahwe! Jadi bukalah pintu gerbang Yahwe dengan ucapan syukur.
(2) dengan puji-pujian, dengan bersyukur, dan memuji nama-Nya.
Seandainya iblis berhasil menimbulkan situasi yang memancing kita untuk bersungut-sungut atau kecewa, PILIHLAH untuk tidak kecewa dan untuk tidak bersungut-sungut! Kenapa? Karena kita tahu bahwa kita akan bertemu dengan Raja di atas segala raja! Karena Dialah pemilik hidup kita! Dialah pencipta kita dan seluruh alam semesta! Jadi tidak ada alasan untuk memperhatikan "gangguan kecil" karena sesuatu yang Maha Besar sedang menunggu kita! Datanglah ke ibadah dengan sudah menyanyikan puji-pujian dari rumah, selama perjalanan, dan ...
(3) Datang tepat waktu ke ibadah
Nah karena kita hanya bisa datang ke pelataran-Nya dengan memasuki melalui pintu gerbang-Nya dengan puji-pujian, sebab itu jangan sampai kita melewatkan puji-pujian dalam persekutuan dengan datang tepat waktu dalam ibadah. Ikut pujian penyembahan dari awal di gereja akan memastikan kita untuk masuk ke pelataran Yahwe!

2. Masuk Ruang Kudus
(1) Fokus kepada satu Penonton
Ketika kita datang ke ibadah, kita bukanlah penonton, melainkan "pemain." Hanya ada satu Penonton, yakni Tuhan. Tuhanlah yang menonton kita. Jadi  bukan hanya para pelayan ibadah melainkan semua yang hadir dalam ibadah sedang bertugas untuk menjadikan ibadah menjadi ibadah yang benar-benar hidup. Menyanyilah dengan sepenuh hati. Berdoalah dengan sepenuh hati. Fokuslah pada satu-satunya Penonton, yakni Tuhan. Senangkan hati Penonton tunggal kita, dengan terlibat dalam ibadah dengan sepenuh hari dan segenap jiwa.
(2) Sikap menghormati Tuhan selama menyembah
Dalam Perjanjian Lama, kata menyembah berasal dari kata Ibrani "shachah," artinya menyembah, membungkukkan badan, melaksanakan penyembahan dengan membungkukkan badan, memberi hormat atau merebahkan diri di lantai.Dalam Perjanjian Baru kata menyembah berasal dari kata "proskuneo" yang artinya mencium tangan atau berlutut dan tersungkur sampai dahi menyentuh lantai dan dengan penuh penghormatan yang sungguh-sungguh. Jadi menyembahlah kepada Yahwe dengan sikap hormat yang sungguh-sungguh. Sadarlah bahwa kita sedang menghadap Raja di atas segala raja. Dengan sikap penuh hormat, kita menyadari bahwa segala puji, hormat, dan kemuliaan hanyalah milik Yahwe.


3. Masuk Ruang Maha Kudus
Tabut Perjanjian
(1) Mengenakan kekudusan dan dengan Darah Anak Domba
Kalau dalam Perjanjian Lama, ada tabir yang memisahkan ruang kudus dengan Ruang Maha Kudus, dan hanya imam yang kudus yang berhak masuk ke dalamnya, dalam Perjanjian Baru, tabir itu sudah dikoyakkan saat Yashua atau Yesus menyerahkan nyawa-Nya dan menumpahkan darah-Nya di kayu salib (Matius 27:51). Terkoyaknya tabir itu telah membuka sekat yang memisahkan kita dari Ruang Maha Kudus. Darah Anak Domba telah melayakkan kita untuk masuk ke Ruang Maha Kudus. Jadi untuk masuk ke Ruang Maha Kudus, kita harus menjaga kekudusan kita: perkataan, pikiran dan perbuatan; dan kita berani memasuki hadirat-Nya yang kudus hanya dengan Darah Anak Domba. 
(2) Menyembah Yahwe dalam Roh dan Kebenaran
Untuk masuk ke Ruang Maha Kudus, kita juga harus menyembah Yahwe dalam Roh dan Kebenaran.  



Yohanes 4:23-24 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Yahwe itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 


Baca juga:




Selasa, 17 Mei 2011

Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe

Coba kita simak Kaluaran 301-8 berikut ini:

Mezbah Pembakaran Ukupan
Keluaran 30:1. "Haruslah kaubuat mezbah, tempat pembakaran ukupan; haruslah kaubuat itu dari kayu penaga; 2 sehasta panjangnya dan sehasta lebarnya, sehingga menjadi empat persegi, tetapi haruslah dua hasta tingginya; tanduk-tanduknya haruslah seiras dengan mezbah itu. 3 Haruslah kausalut itu dengan emas murni, bidang atasnya dan bidang-bidang sisinya sekelilingnya, serta tanduk-tanduknya. Haruslah kaubuat bingkai emas sekelilingnya. 4 Haruslah kaubuat dua gelang emas untuk mezbah itu di bawah bingkainya; pada kedua rusuknya haruslah kaubuat gelang itu, pada kedua bidang sisinya, dan haruslah gelang itu menjadi tempat memasukkan kayu pengusung, supaya dengan itu mezbah dapat diangkut. 5 Haruslah kaubuat kayu pengusung itu dari kayu penaga dan kausalutlah dengan emas. 6 Haruslah kautaruh tempat pembakaran itu di depan tabir penutup tabut hukum, di depan tutup pendamaian yang di atas loh hukum, di mana Aku akan bertemu dengan engkau.

Keluaran 30:7-8 Di atasnya haruslah Harun membakar ukupan dari wangi-wangian; tiap-tiap pagi, apabila ia membersihkan lampu-lampu, haruslah ia membakarnya.
Juga apabila Harun memasang lampu-lampu itu pada waktu senja, haruslah ia membakarnya sebagai ukupan yang tetap di hadapan TUHAN di antara kamu turun-temurun. 


Keluaran 30:1-8 memberitahukan kepada kita akan bagaimana bangsa Israel harus membuat mezbah bagi Tuhan dan bagimana di atas mezbah tersebut Harus harus membakar ukupan tiap-tiap pagi dan di waktu senja. Harun harus membakar ukupan yang tetap di hadapan Yahwe.

Mezbah dan membakar ukupan ini berbicara kepada kita mengenai mezbah doa kita setiap hari. Kita harus membakar ukupan di hadapan Yahwe setiap hari, atau menyalakan api penyembahan bagi Yahwe setiap hari.

Api penyembahan berbicara mengenai doa dan pujian serta penyembahan yang benar-benar keluar dari hati, oleh karena kerinduan hati kita kepada Yahwe. Bukan hanya sekadar doa pujian yang keluar dari bibir oleh karena rutinitas atau sesuatu yang hafalan, sesuatu yang dikecam oleh Yahwe, sebagaimana dalam Yesaya 29:13:

Yesaya 29:13 Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan

Yahwe tidak berkenan kepada ibadah yang hanya keluar dari bibir dan mulut, namun hampa karena tidak keluar dari dalam hati manusia. Sesuatu yang dilakukan karena kebiasaan atau kewajiban. Dan untuk ini Tuhan mengecam kita, sebagaimana yang bisa diketahui dari Wahyu 2:1-5.


Kaki Dian
Wahyu 2:1. "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. 2 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. 3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. 4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. 


Wahyu 2:5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. 


Ternyata melakukan ibadat atau doa tanpa hati, namun hanya di bibir saja, merupakan pertanda bahwa kita sedang jatuh ... dan bahkan dianggap dosa oleh Yahwe. Dan Yahwe menyuruh agar kita bertobat, kita harus kembali kepada kasih mula-mula. Kalau kita tidak bertobat, kaki dian itu akan diambil dari kita. Kaki dian ini berbicara mengenai kehadiran Yahwe dan kemuliaan-Nya.

Apa yang harus dilakukan ketika kita jatuh ke dalam dosa rutinitas? Dalam Wahyu ada 2 petunjuk agar kita bisa mengobarkan api penyembahan. Pertama: kita harus bertobat. Kedua: kita melakukan lagi apa yang semula membuat hati kita berkobar-kobar ketika datang menyembah Yahwe.


Baca juga:
Hidup dalam Tuhan
Penggenapan rencana Tuhan
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam