Ulangan 8:18 berbunyi demikian:
Tetapi haruslah engkau ingat kepada YAHWEH, Elohimmu, sebab Dialah yang
memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud
meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek
moyangmu, seperti sekarang ini.
Ayat ini menegaskan bahwa YAHWEH mau dan bisa memberikan kita kekuatan atau kuasa untuk memperoleh kekayaan. Jadi kita sebagai anak-Nya dapat menerima kuasa itu, kuasa untuk memperoleh kekayaan. Sehingga kekayaan yang benar adalah kekayaan yang diperoleh karena YAHWEH memberikan kita kuasa atas itu.
Ayat ini juga menegaskan bahwa kuasa itu diberikan dengan sebuah tujuan, yaitu: meneguhkan perjanjian. Perjanjian adalah berasal dari dua belah pihak, berbeda dengan janji yang hanya berasal dari satu pihak. Perjanjian yang dimaksudkan adalah antara YAHWEH dan kita umat-Nya atau anak-Nya. Ada bagian yang akan dilakukan YAHWEH namun ada bagian yang harus kita lakukan.
Agar kita menerima kuasa untuk memperoleh kekayaan itu, kita harus masuk di dalam perjanjian itu dan tahu bagian yang harus kita lakukan. Perjanjian dan bagian-bagian yang menjadi kewajiban maupun hak dari masing-masing bisa dilihat di Ulangan 28:1-14,
(1) "Jika engkau baik-baik mendengarkan suara YAHWEH, Elohimmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka YAHWEH, Elohimmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.
(2) Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara YAHWEH, Elohimmu:
(3) Diberkatilah engkau di kota dan diberkatilah engkau di ladang.
(4) Diberkatilah buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. (5) Diberkatilah bakulmu dan tempat adonanmu. (6) Diberkatilah engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar. (7) YAHWEH akan membiarkan musuhmu yang maju berperang melawan engkau, terpukul kalah olehmu. Bersatu jalan mereka akan menyerangi engkau, tetapi bertujuh jalan mereka akan lari dari depanmu. (8) YAHWEH akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala usahamu; Ia akan memberkati engkau di negeri yang diberikan kepadamu oleh YAHWEH, Elohimmu. (9) YAHWEH akan menetapkan engkau sebagai umat-Nya yang kudus, seperti yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepadamu, jika engkau berpegang pada perintah YAHWEH, Elohimmu, dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. (10) Maka segala bangsa di bumi akan melihat, bahwa nama YAHWEH telah disebut atasmu, dan mereka akan takut kepadamu. (11) Juga YAHWEH akan melimpahi engkau dengan kebaikan dalam buah kandunganmu, dalam hasil ternakmu dan dalam hasil bumimu--di tanah yang dijanjikan YAHWEH dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepadamu. (12) YAHWEH akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman. (13) YAHWEH akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah YAHWEH, Elohimmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, (14) dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti ilah lain dan beribadah kepadanya."
Bagian Firman YAHWEH ini menyebutkan banyak sekali berkat yang akan dilakukan YAHWEH kepada kita: YAHWEH akan memberkati kita, mengangkat kita, menjanjikan kemenangan kepada kita, memberkati kandungan kita, ternak kita, hasil bumi kita, pekerjaan kita, mengangkat kita menjadi kepala dan bukan ekor, melimpahkan kebaikan-Nya, dsb.
Namun yang sering kita lakukan adalah kita terlalu fokus kepada apa yang bukan menjadi bagian kita. Kita terlalu fokus kepada berkat-berkat yang akan kita terima, sementara kita kurang memerhatikan bagian yang seharusnya kita lakukan. Padahal yang perlu kita lakukan adalah memastikan bahwa kita melakukan bagian kita. Yang lain bukan urusan kita, itu urusan YAHWEH. Bagian kita adalah: mendengarkan suara YAHWEH, Elohim, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya, berpegang pada perintah YAHWEH, Elohim, dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, tidak
menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang diberikan-NYA, dan tidak mengikuti ilah Elohim lain dan beribadah
kepadanya. Inilah yang menjadi bagian kita, yang harus menjadi fokus kita.
Bagaimana caranya kita hidup di dalam perjanjian dengan YAHWEH?
Kita bisa belajar dari Abraham dalam Kejadian 12:1-3:
(1) Berfirmanlah YAHWEH kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. (3) Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Ada 3 hal yang bisa kita pelajari dari Firman YAHWEH ini: Pertama, Pergilah dari negerinya. Ini berbicara mengenai meninggalkan cara berpikir lama, kebiasaan lama. Kedua, Pergi dari sanak saudara dan rumah bapanya. Ini berbicara tentang meninggalkan sumber berkat lama dan menjadikan YAHWEH sebagai satu-satunya sumber berkat. Ketiga, Pergi ke negeri yang akan ditunjukkan YAHWEH kepadanya. Ini berbicara mengenai hidup berjalan bersama YAHWEH sepenuhnya, percaya dan taat kepada-Nya.
Baca juga:
Tuhan Menghendaki Kita Memberi di dalam Kekurangan Kita
Mazmur 23: YAHWE Adalah Gembalaku
Kisah Berkat Global 1: Toru Kumon
Berdoa dengan Segenap Kekuatan
Mengawali dengan Satu Talenta
Saatnya kudatang kepada-MU ya YAHWE, Tuhan Penyelamatku, Pelindung dan Penebusku. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain.
Tampilkan postingan dengan label mendengarkan Firman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mendengarkan Firman. Tampilkan semua postingan
Minggu, 07 Februari 2016
Kamis, 04 Desember 2014
Fokus pada Firman TUHAN
Matius 14:25:31
Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.
Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut.
Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air."
Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.
Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!"
Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"
Manusia sering hidup karena melihat. Ia mendasari keyakinan dan keputusannya dari apa yang dilihatnya. Dalam kutipan di atas, Petrusdi bangkitkan harapan, semangat, dan keyakinannya ketika melihat Yeshua datang berjalan di atas air. Imannya dibangkitkan dan ia meminta supaya Yeshua menyuruhnya agar ia juga datang dan berjalan di atas air untuk menyambut kedatangan Yeshua.
Benar. Yeshua mengabulkan permintaan Petrus. Ia menyuruhnya datang berjalan di atas air untuk menyambut-Nya.
Petrus hidup berdasarkan apa yang dilihatnya. Ia melihat Yeshua berjalan di atas air dan mendengar Yeshua menyuruhnya untuk juga berjalan di atas air. Dan ia, karena dibangkitkan iman dan keyakinannya, karena disuruh oleh Yeshua sendiri yang kini ada di hadapannya, ia pun turun dari perahu dan datang berjalan menyambut Yeshua.
Tetapi Petrus memang hidup dari melihat. Ketika ia merasakan adanya tiupan angin, pancainderanya mulai bekerja mengalahkan iman dan keyakinannya yang sebelumnya membesar oleh pengalaman inderawi yang dialaminya sebelumnya. Ketika angin mulai bertiup, rasa takut pun mendatanginya dan ia mulai kehilangan keyakinan dan imannya. Dan ... akibatnya ia memang mulai tenggelam.
Petikan dari Kitab Suci ini mengajarkan kepada kita, orang beriman, untuk fokus kepada Firman TUHAN. Fokus pada Firman artinya hidup oleh Firman, oleh apa yang disabdakan oleh Tuhan Yeshua. Fokus pada Firman berarti percaya bahwa Yeshua akan selalu menolong dan ada di sisi kita, sekalipun pengalaman inderawi kita mengatakan sebaliknya.
Yeshua menghendaki agar kita percaya dan jangan kurang percaya, sekalipun angin masalah bertiup menimpa kehidupan kita. Hidup oleh karena melihat, dengan memercayai apa yang kita lihat dan rasakan hanya akan membuat diri kita dikuasai oleh rasa takut. Hidup karena melihat akan menenggelamkan kita.
Sebaliknya, dengan memercayai Yeshua dan Firman-Nya, kita akan selalu menang menghadapi setiap angin masalah dan badai kehidupan. Mari kita hidup tanpa bimbang karena berpegang teguh pada Firman-Nya. Amin.
Baca juga:
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Kita Kuat Karena Yahwe Menopang: Belajar dari Yesaya 40
Apa warisan terpenting untuk anak cucu?
Cara Hidup Jemaat yang Pertama
Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.
Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut.
Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air."
Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.
Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!"
Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"
Manusia sering hidup karena melihat. Ia mendasari keyakinan dan keputusannya dari apa yang dilihatnya. Dalam kutipan di atas, Petrusdi bangkitkan harapan, semangat, dan keyakinannya ketika melihat Yeshua datang berjalan di atas air. Imannya dibangkitkan dan ia meminta supaya Yeshua menyuruhnya agar ia juga datang dan berjalan di atas air untuk menyambut kedatangan Yeshua.
Benar. Yeshua mengabulkan permintaan Petrus. Ia menyuruhnya datang berjalan di atas air untuk menyambut-Nya.
Petrus hidup berdasarkan apa yang dilihatnya. Ia melihat Yeshua berjalan di atas air dan mendengar Yeshua menyuruhnya untuk juga berjalan di atas air. Dan ia, karena dibangkitkan iman dan keyakinannya, karena disuruh oleh Yeshua sendiri yang kini ada di hadapannya, ia pun turun dari perahu dan datang berjalan menyambut Yeshua.
Tetapi Petrus memang hidup dari melihat. Ketika ia merasakan adanya tiupan angin, pancainderanya mulai bekerja mengalahkan iman dan keyakinannya yang sebelumnya membesar oleh pengalaman inderawi yang dialaminya sebelumnya. Ketika angin mulai bertiup, rasa takut pun mendatanginya dan ia mulai kehilangan keyakinan dan imannya. Dan ... akibatnya ia memang mulai tenggelam.
Petikan dari Kitab Suci ini mengajarkan kepada kita, orang beriman, untuk fokus kepada Firman TUHAN. Fokus pada Firman artinya hidup oleh Firman, oleh apa yang disabdakan oleh Tuhan Yeshua. Fokus pada Firman berarti percaya bahwa Yeshua akan selalu menolong dan ada di sisi kita, sekalipun pengalaman inderawi kita mengatakan sebaliknya.
Yeshua menghendaki agar kita percaya dan jangan kurang percaya, sekalipun angin masalah bertiup menimpa kehidupan kita. Hidup oleh karena melihat, dengan memercayai apa yang kita lihat dan rasakan hanya akan membuat diri kita dikuasai oleh rasa takut. Hidup karena melihat akan menenggelamkan kita.
Sebaliknya, dengan memercayai Yeshua dan Firman-Nya, kita akan selalu menang menghadapi setiap angin masalah dan badai kehidupan. Mari kita hidup tanpa bimbang karena berpegang teguh pada Firman-Nya. Amin.
Baca juga:
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Kita Kuat Karena Yahwe Menopang: Belajar dari Yesaya 40
Apa warisan terpenting untuk anak cucu?
Cara Hidup Jemaat yang Pertama
Label:
Firman,
fokus,
hidup dalam Firman,
iman,
mendengarkan Firman
Minggu, 08 Juni 2014
8 Cara Untuk Berjalan Dengan Iman
diterjemahkan dari 8 Ways to Walk by Faith oleh Farrah Gray
Memang benar bahwa tidak ada yang berharga dalam hidup ini yang datang dengan mudah. Dan kadang perjalanan menuju tujuan kita dapat sedemikian penuh tantangan dan membuat kita merasa seperti kita tidak akan pernah mencapai puncak. Dan saat itulah iman saudara harus bekerja dan mendorong Anda ke tingkat berikutnya.
Memang itu tidak mudah, dan mungkin menjadi ujian terbesar yang saudara temui sejauh ini. Jadi ambil napas dalam-dalam dan ikuti langah-langkah berikut untuk memperkuat diri saudara melalui iman.
Jangan panik
Jangan membiarkan diri terlalu khawatir. Bukan itu yang dimaksudkan Tuhan ketika Dia memberi saudara karunia/talenta untuk dibawa ke tingkat yang lebih tinggi. Tuhan tidak akan meninggalkan saudara di tengah perjalanan, tidak akan pernah. Serahkan semua kepada-Nya. Yang harus saudara lakukan adalah meminta kelegaan, dan kemudian melanjutkan, karena hal itu sudah selesai.
Bergantung kepada-Nya untuk itu semua masalah itu.
Meminta pertolongan kepada Tuhan atau bersyukur kepada-Nya harus menjadi prioritas sepanjang waktu, bukan hanya ketika saudara sedang ada dalam masalah
Mendengarkan
DIA akan bicara kepada saudara. DIA akan membimbing saudara ke arah yang benar untuk mengerti pelajaran yang harus saudara mengerti. Mazmur 46:10 mengatakan: "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah YAHWE!"
Layani DIA dengan melayani orang lain
Ini cara terbaik bagi saudara untuk menemukan apa yang telah disiapkan YAHWE bagi saudara. DIA akan membimbing saudara ke jalan terbaik dan menyatakan kehendak-NYA untuk hidup saudara. Ini semua tentang iman, iman yang sejati.
Sabar
Saudara harus bersabar kalau saudara benar-benar beriman.Semuanya akan dilakukan menurut waktu-NYA, bukan waktu saudara, dan itu karena alasan-alasan yang akan dinyatakan kepada saudara pada waktunya. Ingat DIA tidak akan memberikan saudara karunia atau talenta khusus tanpa maksud apa pun. Semuanya akan dinyatakan pada waktunya.
Bersyukurlah.
Itu penting. Dia ingin mengetahui bahwa kita menghargai apa yang Dia telah lakukan bagi kita. Dan bersyukur kepada-Nya tidak hanya untuk hal-hal yang baik. Kadang-kadang kita harus melalui sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain yang lebih baik. Bersyukurlah juga untuk hajaran atau pelajaran, karena bisa sama pentingnya dengan berkat
Dapatkan apa yang menjadi hak saudara
Tanyakan kepada pendeta atau bacalah Alkitab (atau keduanya) untuk memahami janji-janji Tuhan. Saudara harus mengklaim janji-janji tersebut. Bayangkan semua hal yang sudah Dia berikan kepada saudara, seperti tubuh saudara. Klaimlah janji kesehatan untuk tubuh saudara!
Bersiaplah untuk belajar.
Tuhan akan menyediakan pelajaran-pelajaran dalam perjalanan saudara. Namun, perlu diingat bahwa Dia memiliki tujuan akhir untuk saudara, dan untuk mencapai puncak itu, saudara harus belajar pelajaran yang berbeda sehingga saudara dapat menjadi yang terbaik yang saudara bisa. Ya, akan ada ujian di akhir pelajaran!
Musuh selalu akan berusaha untuk mengalahkan saudara, membawa saudara ke bawah dan menghentikan saudara agar tidak mencapai hadiah yang luar biasa yang sudah Tuhan sediakan untuk saudara. Tetap jaga iman saudara, perkuat iman saudara dan tetap berada di jalan yang telah Tuhan tetapkan untuk saudara.
Baca juga:
Harapan Adalah Bahan Bakar Iman yang Membawa kepada Kemenangan
Biarlah YAHWE yang Membangun Rumahmu
Mazmur 3: YAHWE Pasti Memberi Pertolongan
Melakukan Perkara Besar
Label:
bersyukur,
iman,
janji Tuhan,
melayani,
mendengarkan Firman,
sabar
Minggu, 21 Juli 2013
Kisah Marta dan Maria: Hati-Hati dengan Pelayanan Anda
Lukas 10:38-42
(38) Ketika Yeshua dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yeshua dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Lukas 10: 38-42 menceritakan kunjungan Yesus di rumah Marta dan Maria. Marta sibuk melayani, namun Maria malahan duduk dekat kaki Yeshua dan mendengarkan perkataan-Nya. Marta merasa bahwa apa yang dilakukan saudaranya, Maria, itu kurang pas dan meminta Yeshua untuk menyuruhnya membantunya. Tetapi Yeshua malah mengatakan bahwa Marta [terlalu] kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Sedangkan Maria dikomentari sebagai "memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Apa yang dikatakan Yeshua ini mungkin sulit untuk dimengerti atau bahkan mencengangkan kita. Tetapi apa sebenarnya yang bisa kita pelajari dari peristiwa dan perkataan Yeshua di dalam perikopa ini?
Marta dengan maksud yang amat baik, menyiapkan segala sesuatu untuk melayani Yeshua dan murid-murid-Nya yang datang berkunjung. Apakah ini sesuatu tidak perlu? Apakah ini tidak baik? Tentu ini perlu dan baik. Tentu saja Yeshua dan murid-murid-Nya lapar dan butuh disiapkan makanan dan minuman. Jadi perbuatan Marta ini tidak salah. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama, "Marta sibuk sekali melayani". Kedua, Marta merasa memiliki hak untuk menetapkan standar hidup [kristiani]. Apakah tidak boleh kalau seseorang memiliki standar? Tentu saja boleh, dan bahkan harus. Tetapi Marta kebablasan dan berdasarkan standar itu ia menilai atau menghakimi orang lain yang tidak seperti dirinya.
Dari sini kita bisa belajar, bahwa ketika kita sibuk melayani, ikut kegiatan gereja ini dan itu, jangan sampai kita terlalu sibuk karena memiliki standar/ukuran akan sebuah mutu pelayanan dan kemudian merasa bahwa pelayanan kita atau kesibukan kita itu merupakan sebuah ukuran kekristenan atau sebuah way of life kristiani yang semestinya. Terlalu banyak urusan atau kesibukan dan keinginan untuk menyelesaikan banyak hal dengan "sempurna" atau baik kalau tidak hati-hati akan menjebak diri sendiri di dalam perangkap arogansi "taraf kekristenan". Coba cek, apakah kita pernah berpikir atau merasa bahwa mereka yang tidak melayani adalah warga gereja kelas dua? Karena kita sudah pelayanan, ikut kegiatan ini itu, maka kita merasa lebih baik daripada orang lain.
Selain itu, pelayanan yang terlalu sibuk, bisa melencengkan motivasi kita. Kita menjadi kuatir kalau-kalau pelayanan kita kurang sempurna. Di sini ada bahaya: mencari muka, mencari kehormatan. Ketika melayani, kita layak bertanya: apa motivasi kita di dalam melayani? Hanya mencari kesibukan? Agar diterima dalam komunitas? Untuk mencari popularitas? Untuk lari dari masalah di dalam keluarga?
Dan kalu tidak hati-hati, pelayanan kita bisa menjadi sia-sia. Teguran Yeshua kepada Marta mengingatkan kita bahwa ketika kita melayani, jangan sampai kita sendiri malah kehilangan hubungan pribadi dengan Dia yang mau kita layani. Sibuk pelayanan, rutinitas pelayanan, beban pekerjaan pelayanan, kalau tidak hati-hati bisa membuat kita kehilangan waktu intim bersama YAHWE.
Ketika melayani, biarlah pelayanan itu mengalir dari kedalaman hubungan kita dengan YAHWE, mengalir dari rasa syukur dan kasih kita kepada-Nya. Dan biarlah setiap pelayanan kita, semakin mendekatkan kita dengan-Nya, dengan Dia yang kita layani, bukan malah menjauhkannya.
Jadi: Cek lagi pelayanan Anda.
Baca juga:
Melayani Karena Kasih
Dipanggil untuk Melayani
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Membangun mezbah Tuhan
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam
(38) Ketika Yeshua dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yeshua dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Lukas 10: 38-42 menceritakan kunjungan Yesus di rumah Marta dan Maria. Marta sibuk melayani, namun Maria malahan duduk dekat kaki Yeshua dan mendengarkan perkataan-Nya. Marta merasa bahwa apa yang dilakukan saudaranya, Maria, itu kurang pas dan meminta Yeshua untuk menyuruhnya membantunya. Tetapi Yeshua malah mengatakan bahwa Marta [terlalu] kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Sedangkan Maria dikomentari sebagai "memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Apa yang dikatakan Yeshua ini mungkin sulit untuk dimengerti atau bahkan mencengangkan kita. Tetapi apa sebenarnya yang bisa kita pelajari dari peristiwa dan perkataan Yeshua di dalam perikopa ini?
Marta dengan maksud yang amat baik, menyiapkan segala sesuatu untuk melayani Yeshua dan murid-murid-Nya yang datang berkunjung. Apakah ini sesuatu tidak perlu? Apakah ini tidak baik? Tentu ini perlu dan baik. Tentu saja Yeshua dan murid-murid-Nya lapar dan butuh disiapkan makanan dan minuman. Jadi perbuatan Marta ini tidak salah. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama, "Marta sibuk sekali melayani". Kedua, Marta merasa memiliki hak untuk menetapkan standar hidup [kristiani]. Apakah tidak boleh kalau seseorang memiliki standar? Tentu saja boleh, dan bahkan harus. Tetapi Marta kebablasan dan berdasarkan standar itu ia menilai atau menghakimi orang lain yang tidak seperti dirinya.
Dari sini kita bisa belajar, bahwa ketika kita sibuk melayani, ikut kegiatan gereja ini dan itu, jangan sampai kita terlalu sibuk karena memiliki standar/ukuran akan sebuah mutu pelayanan dan kemudian merasa bahwa pelayanan kita atau kesibukan kita itu merupakan sebuah ukuran kekristenan atau sebuah way of life kristiani yang semestinya. Terlalu banyak urusan atau kesibukan dan keinginan untuk menyelesaikan banyak hal dengan "sempurna" atau baik kalau tidak hati-hati akan menjebak diri sendiri di dalam perangkap arogansi "taraf kekristenan". Coba cek, apakah kita pernah berpikir atau merasa bahwa mereka yang tidak melayani adalah warga gereja kelas dua? Karena kita sudah pelayanan, ikut kegiatan ini itu, maka kita merasa lebih baik daripada orang lain.
Selain itu, pelayanan yang terlalu sibuk, bisa melencengkan motivasi kita. Kita menjadi kuatir kalau-kalau pelayanan kita kurang sempurna. Di sini ada bahaya: mencari muka, mencari kehormatan. Ketika melayani, kita layak bertanya: apa motivasi kita di dalam melayani? Hanya mencari kesibukan? Agar diterima dalam komunitas? Untuk mencari popularitas? Untuk lari dari masalah di dalam keluarga?
Dan kalu tidak hati-hati, pelayanan kita bisa menjadi sia-sia. Teguran Yeshua kepada Marta mengingatkan kita bahwa ketika kita melayani, jangan sampai kita sendiri malah kehilangan hubungan pribadi dengan Dia yang mau kita layani. Sibuk pelayanan, rutinitas pelayanan, beban pekerjaan pelayanan, kalau tidak hati-hati bisa membuat kita kehilangan waktu intim bersama YAHWE.
Ketika melayani, biarlah pelayanan itu mengalir dari kedalaman hubungan kita dengan YAHWE, mengalir dari rasa syukur dan kasih kita kepada-Nya. Dan biarlah setiap pelayanan kita, semakin mendekatkan kita dengan-Nya, dengan Dia yang kita layani, bukan malah menjauhkannya.
Jadi: Cek lagi pelayanan Anda.
Baca juga:
Melayani Karena Kasih
Dipanggil untuk Melayani
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Membangun mezbah Tuhan
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam
Label:
intim dengan Tuhan,
kasih,
kebaikan,
kuatir,
Maria,
Marta,
melayani,
memilih,
mendengarkan Firman,
sibuk
Kamis, 24 Januari 2013
Pria Bertanggung Jawab Membawa Keluarganya pada Tuhan
Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbariing dan apabila engkau bangun. (Ulangan 6:6-7)
Tanggung jawab yang terpenting bagi seorang pria: membawa keluarganya kepada Tuhan. Lebih dari apa pun dan diapa pun, Tuhan harus menjadi nomor satu bagi keluarga kita. Kalau keluarga kita ada di tangan Tuhan, maka Tuhan sendiri akan menjadi pelindung, penolong, dan penuntun bagi keluarga kita. Keluarga kita akan aman di dalam tangan Tuhan. Yosua menjadi imam yang berhasil atas bangsa Israel karena sebelumnya berhasil menjadi imam atas keluarganya.
Ada sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak yang masih berusia 5 tahun. Setiap malam sebelum tidur, keluarga kecil ini akan berkumpul di lantai di sebelah tempat tidur untuk berdoa. Masing-masing anggota keluarga secara bergantian mendapat giliran untuk berdoa.
Namun sesudah tidur sang ayah sering memergoki anaknya diam-diam turun dari tempat tidur, duduk di lantai dan berdoa. Meski doanya pelan, namun suaranya masih terdengar jelas. Ayahnya yang tahu hal itu membiarkan anaknya itu berdoa singkat, hanya satu dua menit lalu tidur kembali.
Bagaimana bisa anak 5 tahun berinisiatif untuk berdoa sendiri? Ternyata anak ini sering melihat sang ayah terkadang turun dari ranjang dan berdoa di lantai malam-malam ketika semua sudah tidur. Sepertinya si anak memperhatikan kebiasaan ayahnya dan menirunya. "Like father like son" demikian bunyi pepatah lama.
Tentu saja kita sebagai orang tua harus memberikan teladan hidup yang baik bagi anak-anak kita, seperti yang dilakukan oleh ayah ini. Jika kita benar-benar menghidupi apa yang kita katakan dan yakini maka anak kita akan dengan sendiriya meniru teladan kita. Kita tak bisa mengharapkan keluarga kita datang pada Tuhan jika kita sendiri tidak datang kepada Tuhan. Sebagai imam dalam keluarga, jadilah teladan untuk membawa keluarga anda datang kepada Tuhan.
Baca juga:
Dipanggil untuk Melayani
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Pelayanan kepada Janda-Janda dalam Jemaat Mula-Mula
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin
Melayani Karena Kasih
Tanggung jawab yang terpenting bagi seorang pria: membawa keluarganya kepada Tuhan. Lebih dari apa pun dan diapa pun, Tuhan harus menjadi nomor satu bagi keluarga kita. Kalau keluarga kita ada di tangan Tuhan, maka Tuhan sendiri akan menjadi pelindung, penolong, dan penuntun bagi keluarga kita. Keluarga kita akan aman di dalam tangan Tuhan. Yosua menjadi imam yang berhasil atas bangsa Israel karena sebelumnya berhasil menjadi imam atas keluarganya.
Ada sebuah keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak yang masih berusia 5 tahun. Setiap malam sebelum tidur, keluarga kecil ini akan berkumpul di lantai di sebelah tempat tidur untuk berdoa. Masing-masing anggota keluarga secara bergantian mendapat giliran untuk berdoa.
Namun sesudah tidur sang ayah sering memergoki anaknya diam-diam turun dari tempat tidur, duduk di lantai dan berdoa. Meski doanya pelan, namun suaranya masih terdengar jelas. Ayahnya yang tahu hal itu membiarkan anaknya itu berdoa singkat, hanya satu dua menit lalu tidur kembali.
Bagaimana bisa anak 5 tahun berinisiatif untuk berdoa sendiri? Ternyata anak ini sering melihat sang ayah terkadang turun dari ranjang dan berdoa di lantai malam-malam ketika semua sudah tidur. Sepertinya si anak memperhatikan kebiasaan ayahnya dan menirunya. "Like father like son" demikian bunyi pepatah lama.
Tentu saja kita sebagai orang tua harus memberikan teladan hidup yang baik bagi anak-anak kita, seperti yang dilakukan oleh ayah ini. Jika kita benar-benar menghidupi apa yang kita katakan dan yakini maka anak kita akan dengan sendiriya meniru teladan kita. Kita tak bisa mengharapkan keluarga kita datang pada Tuhan jika kita sendiri tidak datang kepada Tuhan. Sebagai imam dalam keluarga, jadilah teladan untuk membawa keluarga anda datang kepada Tuhan.
Baca juga:
Dipanggil untuk Melayani
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Pelayanan kepada Janda-Janda dalam Jemaat Mula-Mula
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin
Melayani Karena Kasih
Label:
berdoa,
berdoa bersama-sama,
bertekun dalam doa,
doa,
imam dalam keluarga,
mendengarkan Firman,
mengajar anak,
merenungkan Firman siang dan malam,
mezbah doa,
perintah Yahwe,
pria sejati,
teladan orangtua
Senin, 09 Mei 2011
Apa warisan terpenting untuk anak cucu?
![]() |
Warisan Terpenting |
Tak pelak lagi, sekarang ini, banyak "penemuan" dan "terobosan" dalam hampir semua bidang kehidupan bisa kita temui. NLP, nero-language-programming, yang telah "terbukti" mengantarkan banyak orang dari biasa-biasa saja menjadi bintang. Banyak yang berhasil "merubah" hidup dengan teknik-teknik NLP. Kemudian hipnotis juga sudah "berhasil" diterapkan hampir dalam semua bidang kehidupan.
Dan banyak sekali ajaran-ajaran untuk membuat orang semakin bahagia dan sukses yang belakangan ini bermunculan. Tentu kita tidak asing dengan istilah-istilah berikut ini: otak kanan, multiple intelligence, kecerdasan finansial, golden age atau masa usia keemasan, hukum tarik-menarik (the law of attraction), investasi emas, investasi dinar, dan yang lainnya.
![]() |
Warisan Kepandaian |
Tetapi sekali lagi pertanyaannya: Apa warisan terpenting yang akan kita tinggalkan untuk anak cucu kita?
Dalam menjawab ini, saya ingat akan hukum terutama dan pertama yang diberikan oleh Tuhan kita:
Matius 22:37 "Kasihilah Tuhan, Yahwemu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
Ternyata Tuhan menghendaki bahwa kita mengutamakan Tuhan, Yahwe, agar kita mengasihi Tuhan Yahwe dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi. Kiranya ini pulalah yang semestinya kita wariskan kepada anak-anak kita. Yakni: warisan iman. Dan kita belajar bagaimana proses mewariskan iman ini terjadi dan dipuji oleh Paulus:
2 Timotius 1:5 Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.
Keluarga Timotius menjadi catatan penting bagi kita bahwa iman bisa diwariskan. Lois, nenek Timotius, mewariskan iman yang hidup kepada anaknya, Eunike, ibu Timotius, yang pada gilirannya mewariskannya kepada Timotius. Dan bagaimana menimbulkan iman itu kepada anak-anak kita?
Roma 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Firman Yahwe menjadi kuncinya. Dan bagaimana kita mestinya memperlakukan Firman Yahwe itu? Yahwe memberikan petunjuk demikian:
Kita harus melekat pada Pokok Anggur, pada Yesus, kita harus tinggal di dalam-Nya, dan membiarkan Firman-Nya tinggal di dalam kita. Bagaimana kita bisa membiarkan Firman-Nya tinggal di dalam diri kita?
Hendaklah kita memperkatakan dan merenungkan Firman itu siang dan malam.Itulah yang dikehendaki Yesus, Yahwe, Tuhan kita, agar kita lakukan. Itu pulalah yang dkehendaki Yahwe agar kita wariskan kepada anak-anak kita. Dengan tegas Yahwe memerintahkan kita:
Kita harus mendidik anak-anak kita dalam terang Firman Yahwe. Jadi kita tidak hanya disuruh untuk membekali anak-anak kita dengan segala kepandaian dan keterampilan hidup. Namun terlebih-lebih agar kita mendidik anak-anak kita agar mereka mengenal Yahwe, agar mereka memiliki iman, dan mendidik mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
Dan sebagai buahnya: kita akan menikmati sukacita, ketenteraman (Amsal 29:17), anak-anak kita akan bertindak hati-hati untuk taat kepada perintah Yahwe, dan perjalanannya akan berhasil dan ia akan mendapatkan untung (Yosua 1:8). Anak-anak kita akan berbuah banyak karena melekat pada Pokok Anggur (Yohanes 15:5) dan apapun yang mereka minta, mereka akan menerimanya dari Bapa Yahwe (Yohanes 15:7).
Bukankah hal-hal seperti ini yang sebenarnya kita inginkan ketika kita berusaha seoptimal mungkin untuk membekali anak-anak kita dengan berbagai keahlian, keterampilan dan kepandaian: berhasil, beruntung, taat dan berbakti, sukses (berbuah banyak), membuat orang tua bangga dan tenteram? Kalau iya, maka sebenarnya Kitab Suci sudah memberikan petunjuk dan jalan kepada kita: Didiklah anak-anak kita dalam terang Firman Tuhan. Wariskanlah iman kepada mereka.
Jadi paradigma kita hendaklah berikut ini: Ajarlah anak-anak kita dengan pengenalan akan Yahwe, wariskanlah iman, sebelum yang lain.
Baca pula:
Hidup di dalam Dia
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam
Yohanes 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Kita harus melekat pada Pokok Anggur, pada Yesus, kita harus tinggal di dalam-Nya, dan membiarkan Firman-Nya tinggal di dalam kita. Bagaimana kita bisa membiarkan Firman-Nya tinggal di dalam diri kita?
Yosua 1:8 Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.
Hendaklah kita memperkatakan dan merenungkan Firman itu siang dan malam.Itulah yang dikehendaki Yesus, Yahwe, Tuhan kita, agar kita lakukan. Itu pulalah yang dkehendaki Yahwe agar kita wariskan kepada anak-anak kita. Dengan tegas Yahwe memerintahkan kita:
Amsal 29:17. Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
Efesus 6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
![]() |
Warisan Iman |
Dan sebagai buahnya: kita akan menikmati sukacita, ketenteraman (Amsal 29:17), anak-anak kita akan bertindak hati-hati untuk taat kepada perintah Yahwe, dan perjalanannya akan berhasil dan ia akan mendapatkan untung (Yosua 1:8). Anak-anak kita akan berbuah banyak karena melekat pada Pokok Anggur (Yohanes 15:5) dan apapun yang mereka minta, mereka akan menerimanya dari Bapa Yahwe (Yohanes 15:7).
Bukankah hal-hal seperti ini yang sebenarnya kita inginkan ketika kita berusaha seoptimal mungkin untuk membekali anak-anak kita dengan berbagai keahlian, keterampilan dan kepandaian: berhasil, beruntung, taat dan berbakti, sukses (berbuah banyak), membuat orang tua bangga dan tenteram? Kalau iya, maka sebenarnya Kitab Suci sudah memberikan petunjuk dan jalan kepada kita: Didiklah anak-anak kita dalam terang Firman Tuhan. Wariskanlah iman kepada mereka.
Jadi paradigma kita hendaklah berikut ini: Ajarlah anak-anak kita dengan pengenalan akan Yahwe, wariskanlah iman, sebelum yang lain.
Baca pula:
Hidup di dalam Dia
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam
Jumat, 22 April 2011
7 Tugas Penting Orang yang Diurapi
Catatan khotbah Pdt. Gilber Lumoindong
Membaca 1 Yohanes 18-27, ada 7 tugas penting bagi orang yang diurapi.
1. Tahu membaca tanda-tanda zaman
1 Yohanes 2:18. Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.
2:20. Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya.
Orang yang diurapi tahu membaca tanda-tanda zaman (Lukas 21:25-33) mengenai kedatangan Anak Manusia. Karena tahu membaca tanda-tanda zaman, orang yang diurapi juga waspada terhadap si jahat (Yohanes 10:10) yang berusaha mencuri damai sejahtera dan membunuh dan membinasakan.
2. Mempunyai komitmen
2:19 Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.
Orang yang diurapi adalah orang yang bersungguh-sungguh dan berkomitmen untuk tetap setia sampai akhir. Dalam hal ini orang harus waspada karena kalau tidak bersungguh-sungguh bisa jadi malah berbalik menjadi antikristus (ingat ayat 18). Antikristus adalah orang yang sebelumnya "berasal dari antara kita" (artinya juga pengikut Kristus) namun mereka tidak bersungguh-sungguh. Jadi penting untuk dicatat bahwa ada bahaya jika kita tidak sungguh-sungguh dalam menjalani hidup kekristenan kita: bisa jadi kita akan menjadi antikristus.
3. Selalu berjalan dalam kebenaran
2:21 Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran.
Orang yang diurapi harus selalu berjalan dalam kebenaran. Ia adalah orang yang mengetahui kebenaran itu dan hidup seturut kebenaran tersebut. Ia hendaklah berkata ya jika memang ya, dan tidak jika memang tidak. (Matius 5:37). Sangat penting untuk tidak ada dusta di bibir orang yang sudah mengetahui kebenaran.
4. Memiliki pengetahuan yang makin dalam akan Bapa dan Anak
2:22 Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.
2:23 Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.
5. Makin akrab dan sering berinteraksi, bercakap-cakap dengan Bapa
2:24 Dan kamu, apa yang telah kamu dengar dari mulanya, itu harus tetap tinggal di dalam kamu. Jika apa yang telah kamu dengar dari mulanya itu tetap tinggal di dalam kamu, maka kamu akan tetap tinggal di dalam Anak dan di dalam Bapa.
Orang yang diurapi adalah orang yang setia dengan mezbah doanya. Ia mengutamakan tuntunan Bapa, mendengarkan Bapa, berjalan seturut kehendak Bapa, dan hanya melangkah setelah menerima petunjuk dari Bapa. Maka mustahil hal itu dilakukan jika ia tidak memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan Bapa dalam doa.
6. Makin semangat dalam memegang janji-janji Bapa
2:25 Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal.
2:26 Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu.
Dalam keadaan apapun, meskipun dunia bergoncang, orang yang diurapi tetap berpegang teguh pada janji-janji Bapa. Ia tidak digoncangkan oleh situasi nyata dunia, tetapi percaya penuh bahwa janji Bapa akan tergenapi dalam hidupnya dan untuk dunia.
7. Makin mau belajar, diajar dan ditegur Yahwe
2:27 Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu--dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
Membaca 1 Yohanes 18-27, ada 7 tugas penting bagi orang yang diurapi.
![]() |
Tanda-Tanda Zaman |
1 Yohanes 2:18. Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.
2:20. Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya.
![]() |
Tanda-Tanda Zaman |
2. Mempunyai komitmen
2:19 Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita.
![]() |
Komitmen |
3. Selalu berjalan dalam kebenaran
2:21 Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran.
![]() |
Kebenaran Firman |
Orang yang diurapi harus selalu berjalan dalam kebenaran. Ia adalah orang yang mengetahui kebenaran itu dan hidup seturut kebenaran tersebut. Ia hendaklah berkata ya jika memang ya, dan tidak jika memang tidak. (Matius 5:37). Sangat penting untuk tidak ada dusta di bibir orang yang sudah mengetahui kebenaran.
4. Memiliki pengetahuan yang makin dalam akan Bapa dan Anak
2:22 Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.
2:23 Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.
5. Makin akrab dan sering berinteraksi, bercakap-cakap dengan Bapa
2:24 Dan kamu, apa yang telah kamu dengar dari mulanya, itu harus tetap tinggal di dalam kamu. Jika apa yang telah kamu dengar dari mulanya itu tetap tinggal di dalam kamu, maka kamu akan tetap tinggal di dalam Anak dan di dalam Bapa.
Orang yang diurapi adalah orang yang setia dengan mezbah doanya. Ia mengutamakan tuntunan Bapa, mendengarkan Bapa, berjalan seturut kehendak Bapa, dan hanya melangkah setelah menerima petunjuk dari Bapa. Maka mustahil hal itu dilakukan jika ia tidak memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan Bapa dalam doa.
6. Makin semangat dalam memegang janji-janji Bapa
2:25 Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal.
2:26 Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu.
Dalam keadaan apapun, meskipun dunia bergoncang, orang yang diurapi tetap berpegang teguh pada janji-janji Bapa. Ia tidak digoncangkan oleh situasi nyata dunia, tetapi percaya penuh bahwa janji Bapa akan tergenapi dalam hidupnya dan untuk dunia.
7. Makin mau belajar, diajar dan ditegur Yahwe
2:27 Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu--dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
Kamis, 30 Desember 2010
Cara Hidup Jemaat yang Pertama
Baca bagian sebelumnya
1. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
2. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa, di rumah masing-masing secara bergilir.
3. Mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Tuhan.
4. Mereka makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati.
Kisah 2:42. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Tuhan. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
5. Mereka tetap bersatu.
6. Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama.
Kisan 2:44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
7. Selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Kisah 2:45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
8. Mereka memuji Yahwe.
Kisah 2:47 sambil memuji Tuhan. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Dan sebagai hadiahnya, mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa, jemaat yang berkembang sehat adalah jemaat yang :
1. Bertekun dalam pengajaran rasul-rasul. Artinya bertekun dalam pengajaran Firman. Maka ada baiknya tiap hari mendengarkan Firman, mendengarkan khotbah, bisa melalui radio, melalui kaset/CD. Dan tidak kalah pentingnya, ya mendengarkan pengajaran rasul-rasul yang sudah dituliskan dalam Kitab Suci.
2. Mereka memecahkan roti dan berdoa, dan itu selalu. Jadi, jemaat yang sehat adalah jemaat yang selalu memecahkan roti dan berdoa. Di rumah masing-masing. Secara bergiliran. Itu artinya bahwa tiap keluarga hendaklah memecahkan roti dan berdoa. Tidak hanya di gereja, tetapi di rumah masing-masing. Secara bergiliran, berarti mungkin dilakukan dalam beberapa kelompok keluarga dalam suatu wilayah kecil. Secara bergiliran, berarti setiap keluarga mendapat jatah untuk menyiapkan roti yang akan dipecahkan.
3. Mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Tuhan. Biasanya kita ke gereja hanya tiap hari Minggu. Tetapi dalam jemaat pertama, praktik ini dilakukan tiap-tiap hari. Jadi baik untuk pergi ke gereja berdoa bersama setiap hari. Nah, kalau tiap-tiap hari tidak memungkinkan bagi kita untuk ke gereja, maka salah satu alternatifnya adalah membuat kelompok doa kecil dan berdoa bersama tiap-tiap hari. Mungkin 2 atau 3 keluarga yang berdekatan.
4. Yang amat menarik mungkin: makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati. Wah, kalau sekarang, itu artinya bisa berupa saling mentraktir. Satu orang membeli makanan untuk semua, dan itu dilakukan dengan tulus hati. Kemudian mereka makan bersama-sama dengan gembira. Bisa jadi itu juga dilakukan dalam kelompok 2 atau 3 keluarga tadi. Berkumpul bersama setiap hari, makan bersama setiap hari, dan secara bergiliran, menyediakan makanan dengan tulus hati untuk semua. Dan itu semua dilakukan dengan gembira.
5. Dan mereka tetap bersatu. Bersatu. Artinya tidak berpecah. Tetap sehati sepikir. Dalam doa, dalam memecahkan roti, dalam makan bersama, dalam
6, memuji Tuhan
7. Bahkan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Bagaimana membayangkannya ya? Membayangkan saja susah, apalagi melaksanakannya. Tetapi coba bayangkan, seandainya hal yang sama terjadi di zaman sekarang ini. Segala kepunyaan saya adalah kepunyaan bersama. Di rumah saya ada beberapa kilo beras, ada beberapa kilo gula dan sembako yang lain. Ada mobil, motor, sepeda. Ada TV, ada radio, ada komputer. Dan semua itu milik bersama. Artinya semua orang memiliki hak untuk mempergunakan dan memakainya, untuk menghabiskannya. Bahkan rumah yang saya tempati pun adalah milik bersama. Berarti setiap orang percaya boleh datang dan menginap di rumah saya. Kalau ada makanan, ya dimakan bersama-sama. Dan demikian pula sebaliknya. Menyenangkan tidak ya hidup semacam ini?
8. Dan selalu ada yang menjual harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluannya.
Artinya keperluan orang yang satu bisa berbeda dengan yang lain. Dan selalu ada orang yang menjual harta dan uang hasil penjualannya dibagi-bagikan kepada semua jemaat sesuai dengan keperluannya. Kayaknya agak repot untuk diwujudkan di zaman sekarang. Bagaimana membaginya? Bagaimana masing-masing bisa tahu keperluan orang lain dan bisa maklum akan hal itu?
Kalau itu ada dalam gaya hidup jemaat pertama, dan itu berkenan di hati Tuhan, pasti amat menyenangkan. Tetapi bagaimana ya mewujudkannya? Yang paling mungkin dilakukan ya mulai dari diri sendiri. Dengan membiarkan rumah saya menjadi tempat berteduh setiap orang percaya yang datang, dengan mengajak mereka makan bersama dan menikmati semua sarana yang ada secara bersama-sama.
Tuhan, pulihkan jemaat-Mu sekarang ini, agar gaya hidup yang dicontohkan oleh jemaat pertama boleh terjadi dan terwujud di zaman ini.
Dan sebagai hadiah dari Yahwe: mereka disukai oleh semua orang. Semua orang? Yang jelas tidak termasuk pada tua-tua dan kaum Saduki yang berusaha mencelakai mereka. Tetapi di luar mereka, selain mereka, semua orang menyukai orang-orang yang percaya karena gaya hidup mereka.
Hadiah yang lain adalah perkembangan jemaat yang pesat. Hari pertama saja ada 3000 jiwa yang bertobat, kemudian ditambahkan menjadi 5000 laki-laki (yang perempuan tidak dihitung, berarti bisa dua kali lipatnya, atau bahkan lebih).
Baca juga:
Pelajaran Pertama dari Kisah Para Rasul!
Pentakosta, Ciri-Ciri Pekerjaan Roh Kudus
Gereja Mula-Mula Mendasarkan Diri pada Kitab Suci
Gereja Perdana Adalah Sekumpulan Orang Yang Bertekun Sehati ...
Roh Kudus Menjadi Daya Penggerak Gaya Hidup Jemaat Perdana
See what Darlene Zschech said about The True Value of Worship in this video below:
1. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
2. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa, di rumah masing-masing secara bergilir.
3. Mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam bait Tuhan.
4. Mereka makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati.
Kisah 2:42. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Tuhan. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
5. Mereka tetap bersatu.
6. Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama.
Kisan 2:44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
7. Selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Kisah 2:45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
8. Mereka memuji Yahwe.
Kisah 2:47 sambil memuji Tuhan. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Dan sebagai hadiahnya, mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa, jemaat yang berkembang sehat adalah jemaat yang :
1. Bertekun dalam pengajaran rasul-rasul. Artinya bertekun dalam pengajaran Firman. Maka ada baiknya tiap hari mendengarkan Firman, mendengarkan khotbah, bisa melalui radio, melalui kaset/CD. Dan tidak kalah pentingnya, ya mendengarkan pengajaran rasul-rasul yang sudah dituliskan dalam Kitab Suci.
2. Mereka memecahkan roti dan berdoa, dan itu selalu. Jadi, jemaat yang sehat adalah jemaat yang selalu memecahkan roti dan berdoa. Di rumah masing-masing. Secara bergiliran. Itu artinya bahwa tiap keluarga hendaklah memecahkan roti dan berdoa. Tidak hanya di gereja, tetapi di rumah masing-masing. Secara bergiliran, berarti mungkin dilakukan dalam beberapa kelompok keluarga dalam suatu wilayah kecil. Secara bergiliran, berarti setiap keluarga mendapat jatah untuk menyiapkan roti yang akan dipecahkan.
3. Mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Tuhan. Biasanya kita ke gereja hanya tiap hari Minggu. Tetapi dalam jemaat pertama, praktik ini dilakukan tiap-tiap hari. Jadi baik untuk pergi ke gereja berdoa bersama setiap hari. Nah, kalau tiap-tiap hari tidak memungkinkan bagi kita untuk ke gereja, maka salah satu alternatifnya adalah membuat kelompok doa kecil dan berdoa bersama tiap-tiap hari. Mungkin 2 atau 3 keluarga yang berdekatan.
4. Yang amat menarik mungkin: makan bersama-sama dengan gembira dan tulus hati. Wah, kalau sekarang, itu artinya bisa berupa saling mentraktir. Satu orang membeli makanan untuk semua, dan itu dilakukan dengan tulus hati. Kemudian mereka makan bersama-sama dengan gembira. Bisa jadi itu juga dilakukan dalam kelompok 2 atau 3 keluarga tadi. Berkumpul bersama setiap hari, makan bersama setiap hari, dan secara bergiliran, menyediakan makanan dengan tulus hati untuk semua. Dan itu semua dilakukan dengan gembira.
5. Dan mereka tetap bersatu. Bersatu. Artinya tidak berpecah. Tetap sehati sepikir. Dalam doa, dalam memecahkan roti, dalam makan bersama, dalam
6, memuji Tuhan
7. Bahkan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Bagaimana membayangkannya ya? Membayangkan saja susah, apalagi melaksanakannya. Tetapi coba bayangkan, seandainya hal yang sama terjadi di zaman sekarang ini. Segala kepunyaan saya adalah kepunyaan bersama. Di rumah saya ada beberapa kilo beras, ada beberapa kilo gula dan sembako yang lain. Ada mobil, motor, sepeda. Ada TV, ada radio, ada komputer. Dan semua itu milik bersama. Artinya semua orang memiliki hak untuk mempergunakan dan memakainya, untuk menghabiskannya. Bahkan rumah yang saya tempati pun adalah milik bersama. Berarti setiap orang percaya boleh datang dan menginap di rumah saya. Kalau ada makanan, ya dimakan bersama-sama. Dan demikian pula sebaliknya. Menyenangkan tidak ya hidup semacam ini?
8. Dan selalu ada yang menjual harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluannya.
Artinya keperluan orang yang satu bisa berbeda dengan yang lain. Dan selalu ada orang yang menjual harta dan uang hasil penjualannya dibagi-bagikan kepada semua jemaat sesuai dengan keperluannya. Kayaknya agak repot untuk diwujudkan di zaman sekarang. Bagaimana membaginya? Bagaimana masing-masing bisa tahu keperluan orang lain dan bisa maklum akan hal itu?
Kalau itu ada dalam gaya hidup jemaat pertama, dan itu berkenan di hati Tuhan, pasti amat menyenangkan. Tetapi bagaimana ya mewujudkannya? Yang paling mungkin dilakukan ya mulai dari diri sendiri. Dengan membiarkan rumah saya menjadi tempat berteduh setiap orang percaya yang datang, dengan mengajak mereka makan bersama dan menikmati semua sarana yang ada secara bersama-sama.
Tuhan, pulihkan jemaat-Mu sekarang ini, agar gaya hidup yang dicontohkan oleh jemaat pertama boleh terjadi dan terwujud di zaman ini.
Dan sebagai hadiah dari Yahwe: mereka disukai oleh semua orang. Semua orang? Yang jelas tidak termasuk pada tua-tua dan kaum Saduki yang berusaha mencelakai mereka. Tetapi di luar mereka, selain mereka, semua orang menyukai orang-orang yang percaya karena gaya hidup mereka.
Hadiah yang lain adalah perkembangan jemaat yang pesat. Hari pertama saja ada 3000 jiwa yang bertobat, kemudian ditambahkan menjadi 5000 laki-laki (yang perempuan tidak dihitung, berarti bisa dua kali lipatnya, atau bahkan lebih).
Baca juga:
Pelajaran Pertama dari Kisah Para Rasul!
Pentakosta, Ciri-Ciri Pekerjaan Roh Kudus
Gereja Mula-Mula Mendasarkan Diri pada Kitab Suci
Gereja Perdana Adalah Sekumpulan Orang Yang Bertekun Sehati ...
Roh Kudus Menjadi Daya Penggerak Gaya Hidup Jemaat Perdana
See what Darlene Zschech said about The True Value of Worship in this video below:
Label:
berdoa,
bersatu,
bersekutu,
bertekun dalam pengajaran rasul,
Firman,
gereja perdana,
jemaat mula-mula,
jemaat pertama,
makan bersama,
membagikan harta,
memecahkan roti,
memuji,
mendengarkan Firman
Langganan:
Postingan (Atom)