Tampilkan postingan dengan label intim dengan Tuhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label intim dengan Tuhan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 September 2014

Berakar Kuat di dalam TUHAN

diterjemahkan dari postingan Victoria Osteen

Saya memiliki tanaman di halaman saya yang disebut Bougainvillea. Ketika saya pertama kali mendapatkannya, aku taruh di pot dan meletakkannya di kebun bunga sehingga dapat disiram bersama dengan tanaman lain ketika penyiram datang.

Suatu hari aku melihat keluar, dan bunga itu mekar indah! Bougainvillea adalah jenis tanaman lebat dengan bunga-bunga merah muda cantik di atasnya. Aku memutuskan untuk memindahkannya ke teras belakang kami sehingga aku bisa lebih mudah melihatnya dan menikmati kemekarannya. Aku keluar dan mengangkat pot itu, tapi pot itu tidak bergeming. Saya heran karena pot itu tidak begitu besar. Saya berusaha lebih keras untuk mengangkatnya, tapi aku masih belum bisa bahkan untuk menggerakkannya. Lalu aku menyadari apa yang terjadi. Akar telah menembus pot dan tumbuh ke dalam tanah. Tanaman itu sudah tidak akan bisa dipindahkan ke mana-mana!

Saat itu mengingatkan saya akan sebuah ayat. Rasul Paulus mengatakan dalam Efesus 3:16-17, "Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih." Tuhan ingin kita menjadi seperti bunga itu. Dia ingin akar kita untuk menembus begitu dalam sehingga tidak ada yang dapat menggerakkan kita! Tidak kritik atau percobaan atau ketakutan. Tidak peduli badai kehidupan apa yang menimpa, kita dapat berdiri kuat seperti tanaman itu ketika akar kita kuat.

Masalahnya adalah bahwa seringkali, kita ingin menjadi semuanya sekaligus. Kami ingin menjadi kuat dan matang, dan Tuhan memang ingin kita juga demikian. Tapi seperti tanaman itu yang berada di bawah sinar matahari dan menerima siraman air hari demi hari, kita harus duduk di hadirat YAHWEH setiap hari juga. Kita harus ingat bahwa pertumbuhan adalah suatu proses. Cinta kita harus tumbuh dari waktu ke waktu. Butuh waktu untuk menjadi kuat dan aman di dalam Dia. Kita seharusnya tidak menjadi tidak sabar ketika sesuatu tidak terjadi secepat yang kita inginkan. Percaya saja bahwa ketika kita menghabiskan waktu di hadirat-Nya, akar kita akan tumbuh dalam, dan kita akan dapat menangani apa pun yang datang!

Baca juga:
Perspektif Anda Menentukan Kemenangan Anda
Berdoa dengan Segenap Kekuatan
Kisah Marta dan Maria: Hati-Hati dengan Pelayanan Anda
Mazmur 2: Bapa YAHWE Sanggup Mengubah Musuh Menjadi Berkat

Minggu, 22 Juni 2014

Berdoa dengan Segenap Kekuatan

Diterjemahkan dari Fan Page FB Pastor ChrisOyakhilome

Daud berdoa sambil menari
Terlepas dari kenyataan bahwa mungkin ada jutaan orang berdoa kepada Tuhan setiap hari, YAHWE senang mendengar suara saudara, karena DIA tidak memiliki duplikat dari diri saudara. Ini adalah alasan saudara harus selalu mengambil waktu untuk berdoa. Berhubunganlah secara pribadi dengan Tuhan, karena tahu bahwa saudara berbicara dengan Pribadi yang benar-benar mendengarkan saudara; DIA Pribadi yang rasional dan yang memiliki perasaan. Jangan berdoa seolah-olah Tuhan adalah komputer.



Beberapa orang terlalu kaku dan religius dalam doa mereka! "Ya Tuhan," demikian mereka mulai, "Engkau begitu besar dan saya sangat kecil dan tidak berarti di mata-Mu." Seolah-olah Tuhan hanya berbicara seperti di Alkitab Terjemahan Baru. Kemudian ketika mereka mengangkat tangan mereka untuk menyanyikan sebuah lagu pujian, hampir tidak ada ekspresi emosi. Jangan seperti itu! Jadilah bergairah dengan Tuhan.

Tuhan memanggil Daud "seorang yang berkenan di hati-Ku" (Kisah Para Rasul 13:22), karena antara lain, Daud begitu bergairah dengan Tuhan. Ketika dia berdoa, ia menuangkan jiwanya ke dalam doa-doanya dan ini tercermin dalam beberapa Mazmur yang dia tulis bagi kita dalam Kitab Suci. Daud adalah orang yang tahu bagaimana berdoa dengan emosi, itulah mengapa ia menikmati persekutuan dengan TUHAN.

Saudara harus belajar bagaimana untuk bersantai diri di hadapan Tuhan. Jika saudara belum mengalami jenis berdoa di mana, karena cinta, takut dan gentar, saudara tertumpah air matanya di hadapan Tuhan, maka saudara kehilangan kesempatan terlalu banyak. Jika saudara belum berdoa sampai saudara penuh semangat, tertawa, menari, dan bernyanyi, bernubuat dalam roh, saudara harus mengambil keputusan untuk mengalami hal itu.


Berdoalah dengan hati dan emosi saudara dan melibatkan totalitas dari keberadaan saudara. Ada berkah luar biasa yang berasal karena memiliki keintiman dengan Tuhan yang seperti itu. 

Bacaan Kitab Suci: Mazmur 42:1, Yakobus 5:16 dan Mazmur 63:1-4. Kemuliaan bagi YAHWE!


Baca juga:
Mengikuti Gembala
Pria Bertanggung Jawab Membawa Keluarganya pada Tuhan
Pelayanan kepada Janda-Janda dalam Jemaat Mula-Mula
Doa Pujian
Doa Radikal

Minggu, 21 Juli 2013

Kisah Marta dan Maria: Hati-Hati dengan Pelayanan Anda

Lukas 10:38-42
(38) Ketika Yeshua dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yeshua dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Lukas 10: 38-42 menceritakan kunjungan Yesus di rumah Marta dan Maria. Marta sibuk melayani, namun Maria malahan duduk dekat kaki Yeshua dan mendengarkan perkataan-Nya. Marta merasa bahwa apa yang dilakukan saudaranya, Maria, itu kurang pas dan meminta Yeshua untuk menyuruhnya membantunya. Tetapi Yeshua malah mengatakan bahwa Marta [terlalu] kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Sedangkan Maria dikomentari sebagai "memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Apa yang dikatakan Yeshua ini mungkin sulit untuk dimengerti atau bahkan mencengangkan kita. Tetapi apa sebenarnya yang bisa kita pelajari dari peristiwa dan perkataan Yeshua di dalam perikopa ini?

Marta dengan maksud yang amat baik, menyiapkan segala sesuatu untuk melayani Yeshua dan murid-murid-Nya yang datang berkunjung. Apakah ini sesuatu tidak perlu? Apakah ini tidak baik? Tentu ini perlu dan baik. Tentu saja Yeshua dan murid-murid-Nya lapar dan butuh disiapkan makanan dan minuman. Jadi perbuatan Marta ini tidak salah. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Pertama, "Marta sibuk sekali melayani". Kedua, Marta merasa memiliki hak untuk menetapkan standar hidup [kristiani]. Apakah tidak boleh kalau seseorang memiliki standar? Tentu saja boleh, dan bahkan harus. Tetapi Marta kebablasan dan berdasarkan standar itu ia menilai atau menghakimi orang lain yang tidak seperti dirinya.

Dari sini kita bisa belajar, bahwa ketika kita sibuk melayani, ikut kegiatan gereja ini dan itu, jangan sampai kita terlalu sibuk karena memiliki standar/ukuran akan sebuah mutu pelayanan dan kemudian merasa bahwa pelayanan kita atau kesibukan kita itu merupakan sebuah ukuran kekristenan atau sebuah way of life kristiani yang semestinya. Terlalu banyak urusan atau kesibukan dan keinginan untuk menyelesaikan banyak hal dengan "sempurna" atau baik kalau tidak hati-hati akan menjebak diri sendiri di dalam perangkap arogansi "taraf kekristenan". Coba cek, apakah kita pernah berpikir atau merasa bahwa mereka yang tidak melayani adalah warga gereja kelas dua? Karena kita sudah pelayanan, ikut kegiatan ini itu, maka kita merasa lebih baik daripada orang lain.

Selain itu, pelayanan yang terlalu sibuk, bisa melencengkan motivasi kita. Kita menjadi kuatir kalau-kalau pelayanan kita kurang sempurna. Di sini ada bahaya: mencari muka, mencari kehormatan. Ketika melayani, kita layak bertanya: apa motivasi kita di dalam melayani? Hanya mencari kesibukan? Agar diterima dalam komunitas? Untuk mencari popularitas? Untuk lari dari masalah di dalam keluarga?

Dan kalu tidak hati-hati, pelayanan kita bisa menjadi sia-sia. Teguran Yeshua kepada Marta mengingatkan kita bahwa ketika kita melayani, jangan sampai kita sendiri malah kehilangan hubungan pribadi dengan Dia yang mau kita layani. Sibuk pelayanan, rutinitas pelayanan, beban pekerjaan pelayanan, kalau tidak hati-hati bisa membuat kita kehilangan waktu intim bersama YAHWE.

Ketika melayani, biarlah pelayanan itu mengalir dari kedalaman hubungan kita dengan YAHWE, mengalir dari rasa syukur dan kasih kita kepada-Nya. Dan biarlah setiap pelayanan kita, semakin mendekatkan kita dengan-Nya, dengan Dia yang kita layani, bukan malah menjauhkannya.

Jadi: Cek lagi pelayanan Anda.


Baca juga:
Melayani Karena Kasih
Dipanggil untuk Melayani
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Membangun mezbah Tuhan
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam

Jumat, 21 Juni 2013

Mazmur 2: Bapa YAHWE Sanggup Mengubah Musuh Menjadi Berkat

Mazmur 2:7-8
Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Enagkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu."

Pemazmur hidup dalam situasi dunia yang rusuh, di mana para pembesarnya tidak mempedulikan YAHWE dan bahkan bermufakat untuk melawan-Nya (ayat 1-2). Mereka melakukan perkara yang sia-sia (ayat 1). Mereka berusaha memperbesar kerajaannya, mengejar perkara-perkara dunia. Sebab itu dikatakan mereka mengejar sesuatu yang sia-sia. Sebab itu dalam ambisi kekuasaan mereka yang sia-sia itu, mereka pun melawan YAHWE. Mereka tidak peduli bangsa seperti apa yang sedang mereka lawan. Ambisi kekuasaan mereka tidak lagi menjadikan mereka bisa memilah: semua mau direbut, semua mau dikalahkan, termasuk bangsa Israel, bangsa pilihan YAHWE.

Situasi seperti ini pun sedang terjadi. Banyak kelompok yang sekarang ini sedang membesarkan dirinya dan dalam upaya itu mereka pun sering berhadapan dan melawan anak-anak YAHWE, orang yang percaya kepada Anak-Nya, Yeshua. Mereka tidak tahu dan tidak akan pernah tahu bahwa mereka sedang melawan ia yang diurapi.

Dari Mazmur 2 ini kita belajar. Pertama, kita harus mengutamakan YAHWE di atas semuanya. Jangan kita seperti bangsa-bangsa yang tidak mengenal YAHWE, yang mengejar perkara-perkara dunia. Kalau itu yang kita lakukan, Mazmur 2 mengingatkan kepada kita akan risiko yang mungkin kita hadapi: bahkan kita pun melawan YAHWE. Ketika prioritas hidup dan pilihan hati kita tidak pada YAHWE, ada bahaya bahwa kita tidak akan mampu lagi untuk memilah dan memilih. Kita membabi buta, dan bahkan kita pun bisa jadi menjadi musuh YAHWE.

Kedua, ketika berhadapan dengan situasi dunia yang seperti ini, situasi di mana orang-orang atau kelompok-kelompok berusaha untuk hidup sendiri, untuk memperbesar diri sendiri, dan mengabaikan kelompok atau orang lain, atau bahkan ingin membinasakan kelompok lain, pemazmur mengajari kita satu hal: bahwa kita ini adalah anak-anak YAHWE, bangsa pilihan YAHWE oleh karena iman yang kita terima, yang kita warisi, yang dianugerahkan kepada kita oleh karena kemurahan-Nya.

Kita dikuatkan, dalam situasi di mana kita sedang dilawan, dipojokkan, dihimpit, bahkan mau dibinasakan, ternyata kita diingatkan akan hubungan istimewa yang dianugerahkan kepada kita, yakni hubungan kita dengan Bapa YAHWE, bahwa kita ini adalah anak-Nya.

Bapa YAHWE berkata kepada pemazmur: "Anak-Ku engkau!" Bapa YAHWE menegaskan bahwa kita ini adalah Anak-Nya. Jadi, ndak perlu kawatir, ndak perlu takut, karena "Engkau adalah Anak-Ku," demikian YAHWE menegaskan. Bahkan kita diingatkan untuk meminta. "Mintalah kepada-Ku." Bahkan jenis permintaannya pun sangat luar biasa, "maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu."

Mazmur 2 mengingatkan kita akan kebesaran kuasa YAHWE. Ketika kita menghadapi kesulitan, menghadapi tekanan kelompok lain, menghadapi tekanan hidup, menghadapi kesulitan hidup, atau bahkan dianiaya atau malahan ingin dibinasakan, kita diingatkan bahwa kita ini adalah anak-anak YAHWE, yang berkuasa. Dia bahkan sanggup untuk membalikkan situasi, jika kita memintanya. Bangsa yang mengejar-ngejar umat Israel itu mau diberikan kepada Israel jika mereka memintanya. YAHWE pun sanggup untuk mengubah setiap kesulitan hidup, setiap tekanan hidup, menjadi berkat dalam hidup kita.

Namun kita belajar bahwa hal ini mungkin karena pemazmur memiliki hubungan yang intim luar biasa dengan Bapa YAHWE. Kita pun hendaknya mengutamakan YAHWE, dan berusaha untuk selalu melekat pada-Nya. Maka, niscaya, segala kesulitan, tantangan, tekanan, aniaya, akan diubah YAHWE untuk menjadi berkat dalam hidup kita.



Baca juga:
Belajar Prinsip Kesuksesan dari Para Pendiri Menara Babel
Dituntun Menuju Kemenangan
Hidup Berkemenangan (2): Membangun Manusia Roh
Hidup Berkemenangan (1): Menjaga Hati
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe
YAHWE Sumber Berkat
Kornelius, Berkat bagi Orang yang Mencari YAHWE dengan Tulus

Minggu, 26 Juni 2011

Merebut Kembali Apa yang Dicuri Musuh





Salomo mewarisi berkat dan kasih karunia Yahwe karena ayahnya, Daud, hidup berkenan kepada Yahwe. Salah satu bukti keberhasilan tersebut adalah sebagaimana tercantum dalam kutipan berikut:


2 Tawarikh 1:15; 9:15-16 Raja membuat banyaknya emas dan perak di Yerusalem sama seperti batu, dan banyaknya pohon kayu aras sama seperti pohon ara yang tumbuh di Daerah Bukit. 9:15 Raja Salomomembuat dua ratus perisai besar dari emas tempaan,enam ratus syikal emas tempaan dipakainya untuk setiap perisai besar; 16 ia membuat juga tiga ratus perisai kecil dari emas tempaan, tiga ratus syikal emas dipakainya untuk setiap perisai kecil; lalu raja menaruh semuanya itu di dalam gedung "Hutan Libanon".


Namun sepeninggalnya Salomo, kerajaan terpecah menjadi 2. Dan karena ketidaktaatan raja, maka Yahwe membiarkan bangsa itu diserang dan barang-barang emas peninggalan Salomo dirampas:

2 Tawarikh 12:9 Maka majulah Sisak, raja Mesir itu, menyerang Yerusalem. Ia merampas barang-barang perbendaharaan rumah TUHAN dan barang-barang perbendaharaan rumah raja; semuanya dirampasnya. Ia merampas juga perisai-perisai emas yang dibuat Salomo. 

Rahabeam, bukannya datang kepada Tuhan dan meminta petunjuk-Nya, dia malah menggantinya dengan bahan tembaga: 2 Tawarikh 12:10 Sebagai gantinya raja Rehabeam membuat perisai-perisai tembaga, yang dipercayakannya kepada pemimpin-pemimpin bentara yang menjaga pintu istana raja. 11 Setiap kali raja masuk ke rumah TUHAN, bentara-bentara datang membawa masuk perisai-perisai itu, dan mereka pula yang mengembalikannya ke kamar jaga para bentara.

Sebagai ganti yang asli, yang dari Tuhan, Rehabeam memilih dan membuat sendiri tiruan perisai-perisai itu. Dalam Perjanjian Baru, Paulus juga membuat pembedaan kualitas, seperti berikut ini: 1 Korintus 3:12 Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami, 13 sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. 14 Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. 15 Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Emas, perak dan batu permata melambangkan kekekalan, sesuatu yang tahan terhadap api. Kayu, rumput kering atau jerami melambangkan kedagingan, yang sifatnya sementara, yang tidak tahan terhadap api.

Bagian kita sebagai orang percaya, sebagai anak Yahwe, adalah emas, kekekalan, yang asli. Bukan hanya tiruan, tembaga, yang palsu. Sebab itu kita harus membangun kehidupan kita bukan dari kayu, rumput kering atau jerami, yang akan habis termakan api; bukan berdasarkan kedagingan kita, tetapi harus berdasarkan Roh.

Rahabeam memilih membangun berdasarkan kedagingan, ia mengikuti hikmatnya sendiri. Ia berusaha memperkuat pemerintahannya, memperkuat dirinya. Sementara seharusnya ia menjadikan Yerusalem sebagai kota Yahwe untuk membuat nama Yahwe tinggal di sana: 2 Tawarikh 12:13 Raja Rehabeam menunjukkan dirinya kuat dalam pemerintahannya di Yerusalem. Rehabeam berumur empat puluh satu tahun pada waktu ia menjadi raja, dan tujuh belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem, kota yang dipilih TUHAN dari antara segala suku Israel untuk membuat nama-Nya tinggal di sana. Nama ibunya ialah Naama, seorang perempuan Amon. 14 Ia berbuat yang jahat, karena ia tidak tekun mencari TUHAN.

Berbeda dengan Daud dan Salomo. Salomo sadar bahwa usaha manusia tanpa penyertaan Yahwe adalah sia-sia: Mazmur 127:1 Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

Sebab itu Daud dan Salomo sangat memperhatikan apa yang menyukakan apa yang berkenan kepada Yahwe. Mereka menyemarakkan mezbah Tuhan dengan kurban puji-pujian. Dan Yahwe berkenan hadir di sana: 2 Tawarikh 5:11. Lalu para imam keluar dari tempat kudus. Para imam yang ada pada waktu itu semuanya telah menguduskan diri, lepas dari giliran rombongan masing-masing. 12 Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun, beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah, berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan kecapinya, bersama-sama seratus dua puluh imam peniup nafiri. 13 Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan14 sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.


Baca juga:
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe
Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe
Hidup dalam Tuhan

Minggu, 22 Mei 2011

Masuk ke Ruang Maha Kudus

Ini adalah seri kedua dari posting: Mengobarkan Api Penyembahan kepada Yahwe. Dalam posting sebelumnya kita sudah membahas pentingnya mengobarkan api penyembahan kepada Yahwe. Dalam posting kali ini kita akan belajar bagaimana kita bisa masuk ke Ruang Maha Kudus di dalam penyembahan kita.

Bait Suci Salomo

Ruang Maha Kudus adalah bagian paling dalam dari 3 bagian Bait Suci: pelataran, ruang kudus, dan Ruang Maha Kudus. Dan di dalam tempat Yang Maha Kudus itu ada sebuah tabut, yaitu kotak emas yang di dalamnya terdapat dua loh batu yang tertulis sepuluh perintah Yahwe (Keluaran 20, Ulangan 5). Hanya imam besar keturunan Harunah yang boleh memasuki Ruang Maha Kudus itu. Itupun hanya setahun sekali. Imam besar harus menyucikan dirinya dan kemudian mengenakan pakaian yang sangat khusus untuk masuk ke dalam tempat itu dan memercikan darah ke atas tutup tabut yang disebut "tutup pendamaian".

Bait Suci merepresentasikan kehadiran Yahwe di tengah-tengah Bangsa Israel. Dengan demikian, tiga bagian dari Bait Suci mewakili 3 tingkat penyembahan. Pelataran melambangkan penyembahan atau ibadah tanpa hadirat Tuhan. Ruang Kudus melambangkan tahap penyembahan di mana kita mulai merasakan hadirat Tuhan. Sedangkan Ruang Maha Kudus melambangkan hubungan yang sedemikian dekat dan intim dengan Yahwe.

Bagaimana caranya kita memasuki setiap tahap penyembahan dan beralih dari pelataran, ke ruang kudus dan akhirnya ke Ruang Maha Kudus?


1. Masuk ke Pelataran Tuhan

Mazmur 100:4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya

Pelataran Bait Suci
Mazmur 100:4 memberitahu kita cara untuk masuk ke pelataran Bait Suci: yakni dengan
(1) masuk melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur.
Dalam hal ini kita harus waspada setiap kali kita akan datang beribadah kepada Tuhan. Iblis pasti tidak senang kalau kita mendekat kepada Tuhan, ia akan mencari celah untuk menghambat kita datang kepada-Nya dengan memprovokasi lingkungan agar kita gagal masuk melalui pintu gerbang-Nya. Bisa jadi iblis akan menimbulkan sungut-sungut (lawan memuji) entah karena perilaku anggota keluarga kita (anak, suami, istri) atau situasi yang lain. WASPADALAH! Sungut-sungut itu akan menutup pintu gerbang Yahwe! Jadi bukalah pintu gerbang Yahwe dengan ucapan syukur.
(2) dengan puji-pujian, dengan bersyukur, dan memuji nama-Nya.
Seandainya iblis berhasil menimbulkan situasi yang memancing kita untuk bersungut-sungut atau kecewa, PILIHLAH untuk tidak kecewa dan untuk tidak bersungut-sungut! Kenapa? Karena kita tahu bahwa kita akan bertemu dengan Raja di atas segala raja! Karena Dialah pemilik hidup kita! Dialah pencipta kita dan seluruh alam semesta! Jadi tidak ada alasan untuk memperhatikan "gangguan kecil" karena sesuatu yang Maha Besar sedang menunggu kita! Datanglah ke ibadah dengan sudah menyanyikan puji-pujian dari rumah, selama perjalanan, dan ...
(3) Datang tepat waktu ke ibadah
Nah karena kita hanya bisa datang ke pelataran-Nya dengan memasuki melalui pintu gerbang-Nya dengan puji-pujian, sebab itu jangan sampai kita melewatkan puji-pujian dalam persekutuan dengan datang tepat waktu dalam ibadah. Ikut pujian penyembahan dari awal di gereja akan memastikan kita untuk masuk ke pelataran Yahwe!

2. Masuk Ruang Kudus
(1) Fokus kepada satu Penonton
Ketika kita datang ke ibadah, kita bukanlah penonton, melainkan "pemain." Hanya ada satu Penonton, yakni Tuhan. Tuhanlah yang menonton kita. Jadi  bukan hanya para pelayan ibadah melainkan semua yang hadir dalam ibadah sedang bertugas untuk menjadikan ibadah menjadi ibadah yang benar-benar hidup. Menyanyilah dengan sepenuh hati. Berdoalah dengan sepenuh hati. Fokuslah pada satu-satunya Penonton, yakni Tuhan. Senangkan hati Penonton tunggal kita, dengan terlibat dalam ibadah dengan sepenuh hari dan segenap jiwa.
(2) Sikap menghormati Tuhan selama menyembah
Dalam Perjanjian Lama, kata menyembah berasal dari kata Ibrani "shachah," artinya menyembah, membungkukkan badan, melaksanakan penyembahan dengan membungkukkan badan, memberi hormat atau merebahkan diri di lantai.Dalam Perjanjian Baru kata menyembah berasal dari kata "proskuneo" yang artinya mencium tangan atau berlutut dan tersungkur sampai dahi menyentuh lantai dan dengan penuh penghormatan yang sungguh-sungguh. Jadi menyembahlah kepada Yahwe dengan sikap hormat yang sungguh-sungguh. Sadarlah bahwa kita sedang menghadap Raja di atas segala raja. Dengan sikap penuh hormat, kita menyadari bahwa segala puji, hormat, dan kemuliaan hanyalah milik Yahwe.


3. Masuk Ruang Maha Kudus
Tabut Perjanjian
(1) Mengenakan kekudusan dan dengan Darah Anak Domba
Kalau dalam Perjanjian Lama, ada tabir yang memisahkan ruang kudus dengan Ruang Maha Kudus, dan hanya imam yang kudus yang berhak masuk ke dalamnya, dalam Perjanjian Baru, tabir itu sudah dikoyakkan saat Yashua atau Yesus menyerahkan nyawa-Nya dan menumpahkan darah-Nya di kayu salib (Matius 27:51). Terkoyaknya tabir itu telah membuka sekat yang memisahkan kita dari Ruang Maha Kudus. Darah Anak Domba telah melayakkan kita untuk masuk ke Ruang Maha Kudus. Jadi untuk masuk ke Ruang Maha Kudus, kita harus menjaga kekudusan kita: perkataan, pikiran dan perbuatan; dan kita berani memasuki hadirat-Nya yang kudus hanya dengan Darah Anak Domba. 
(2) Menyembah Yahwe dalam Roh dan Kebenaran
Untuk masuk ke Ruang Maha Kudus, kita juga harus menyembah Yahwe dalam Roh dan Kebenaran.  



Yohanes 4:23-24 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Yahwe itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 


Baca juga:




Senin, 09 Mei 2011

Apa warisan terpenting untuk anak cucu?


Warisan Terpenting
Pernahkah kita bertanya kepada diri sendiri: Apakah warisan paling berharga yang ingin kita wariskan kepada anak cucu kita? Kekayaankah? Kepandaiankah? Ilmu? Pendidikan yang tinggi? Keterampilan untuk bertahan dan menang dalam persaingan dunia atau life skill? atau dengan kata lain Kesuksesan?


Tak pelak lagi, sekarang ini, banyak "penemuan" dan "terobosan" dalam hampir semua bidang kehidupan bisa kita temui. NLP, nero-language-programming, yang telah "terbukti" mengantarkan banyak orang dari biasa-biasa saja menjadi bintang. Banyak yang berhasil "merubah" hidup dengan teknik-teknik NLP. Kemudian hipnotis juga sudah "berhasil" diterapkan hampir dalam semua bidang kehidupan.


Dan banyak sekali ajaran-ajaran untuk membuat orang semakin bahagia dan sukses yang belakangan ini bermunculan. Tentu kita tidak asing dengan istilah-istilah berikut ini: otak kanan, multiple intelligence, kecerdasan finansial, golden age atau masa usia keemasan, hukum tarik-menarik (the law of attraction), investasi emas, investasi dinar, dan yang lainnya.


Warisan Kepandaian
Semua itu muncul dan ada untuk menjawab kerinduan manusia: hidup lebih baik, lebih sukses, dan lebih bahagia dalam dunia sekarang ini yang penuh dengan persaingan dan tantangan. Dan hampir secara otomatis kita juga menginginkan anak-anak kita juga untuk sejak dini "siap" menghadapi hidup yang penuh tantangan. Sehingga kini bukan hal yang aneh kalau sejak bayi anak sudah disekolahkan. Juga dengan hasil penelitian terkini mengenai potensi dan hakikat otak manusia, orang mulai tahu bahwa anak-anak sejak bayi sudah bisa diajari untuk membaca, belajar bahasa asing, matematika, dst. Sehingga dikenallah istilah bayi membaca, bayi matematika. Prinsipnya: sejak dini anak harus mendapatkan yang terbaik demi masa depannya. Anak-anak harus optimal perkembangan otaknya, harus matang perkembangan afeksinya, dan seterusnya.


Tetapi sekali lagi pertanyaannya: Apa warisan terpenting yang akan kita tinggalkan untuk anak cucu kita?


Dalam menjawab ini, saya ingat akan hukum terutama dan pertama yang diberikan oleh Tuhan kita:



Matius 22:37 "Kasihilah Tuhan, Yahwemu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.


Ternyata Tuhan menghendaki bahwa kita mengutamakan Tuhan, Yahwe, agar kita mengasihi Tuhan Yahwe dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi. Kiranya ini pulalah yang semestinya kita wariskan kepada anak-anak kita. Yakni: warisan iman. Dan kita belajar bagaimana proses mewariskan iman ini terjadi dan dipuji oleh Paulus:
2 Timotius 1:5 Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.

Keluarga Timotius menjadi catatan penting bagi kita bahwa iman bisa diwariskan. Lois, nenek Timotius, mewariskan iman yang hidup kepada anaknya, Eunike, ibu Timotius, yang pada gilirannya mewariskannya kepada Timotius. Dan bagaimana menimbulkan iman itu kepada anak-anak kita?

Roma 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. 


Firman Yahwe menjadi kuncinya. Dan bagaimana kita mestinya memperlakukan Firman Yahwe itu? Yahwe memberikan petunjuk demikian:

Yohanes 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Kita harus melekat pada Pokok Anggur, pada Yesus, kita harus tinggal di dalam-Nya, dan membiarkan Firman-Nya tinggal di dalam kita. Bagaimana kita bisa membiarkan Firman-Nya tinggal di dalam diri kita?

Yosua 1:8 Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.


Hendaklah kita memperkatakan dan merenungkan Firman itu siang dan malam.Itulah yang dikehendaki Yesus, Yahwe, Tuhan kita, agar kita lakukan. Itu pulalah yang dkehendaki Yahwe agar kita wariskan kepada anak-anak kita. Dengan tegas Yahwe memerintahkan kita:

Amsal 29:17. Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
Efesus 6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.


Warisan Iman
Kita harus mendidik anak-anak kita dalam terang Firman Yahwe. Jadi kita tidak hanya disuruh untuk membekali anak-anak kita dengan segala kepandaian dan  keterampilan hidup. Namun terlebih-lebih agar kita mendidik anak-anak kita agar mereka mengenal Yahwe, agar mereka memiliki iman, dan mendidik mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan.


Dan sebagai buahnya: kita akan menikmati sukacita, ketenteraman (Amsal 29:17), anak-anak kita akan bertindak hati-hati untuk taat kepada perintah Yahwe, dan perjalanannya akan berhasil dan ia akan mendapatkan untung (Yosua 1:8). Anak-anak kita akan berbuah banyak karena melekat pada Pokok Anggur (Yohanes 15:5) dan apapun yang mereka minta, mereka akan menerimanya dari Bapa Yahwe (Yohanes 15:7).


Bukankah hal-hal seperti ini yang sebenarnya kita inginkan ketika kita berusaha seoptimal mungkin untuk membekali anak-anak kita dengan berbagai keahlian, keterampilan dan kepandaian: berhasil, beruntung, taat dan berbakti, sukses (berbuah banyak), membuat orang tua bangga dan tenteram? Kalau iya, maka sebenarnya Kitab Suci sudah memberikan petunjuk dan jalan kepada kita: Didiklah anak-anak kita dalam terang Firman Tuhan. Wariskanlah iman kepada mereka.


Jadi paradigma kita hendaklah berikut ini: Ajarlah anak-anak kita dengan pengenalan akan Yahwe, wariskanlah iman, sebelum yang lain.


Baca pula:
Hidup di dalam Dia
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam

Jumat, 22 April 2011

7 Tugas Penting Orang yang Diurapi

Catatan khotbah Pdt. Gilber Lumoindong

Membaca 1 Yohanes 18-27, ada 7 tugas penting bagi orang yang diurapi.

Tanda-Tanda Zaman
1. Tahu membaca tanda-tanda zaman 

1 Yohanes 2:18. Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. 
2:20. Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya. 

Tanda-Tanda Zaman
Orang yang diurapi tahu membaca tanda-tanda zaman (Lukas 21:25-33) mengenai kedatangan Anak Manusia. Karena tahu membaca tanda-tanda zaman, orang yang diurapi juga waspada terhadap si jahat (Yohanes 10:10) yang berusaha mencuri damai sejahtera dan membunuh dan membinasakan.

2. Mempunyai komitmen

2:19 Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita. 

Komitmen
Orang yang diurapi adalah orang yang bersungguh-sungguh dan berkomitmen untuk tetap setia sampai akhir. Dalam hal ini orang harus waspada karena kalau tidak bersungguh-sungguh bisa jadi malah berbalik menjadi antikristus (ingat ayat 18). Antikristus adalah orang yang sebelumnya "berasal dari antara kita" (artinya juga pengikut Kristus) namun mereka tidak bersungguh-sungguh. Jadi penting untuk dicatat bahwa ada bahaya jika kita tidak sungguh-sungguh dalam menjalani hidup kekristenan kita: bisa jadi kita akan menjadi antikristus.

3. Selalu berjalan dalam kebenaran

2:21 Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran. 
Kebenaran Firman


Orang yang diurapi harus selalu berjalan dalam kebenaran. Ia adalah orang yang mengetahui kebenaran itu dan hidup seturut kebenaran tersebut. Ia hendaklah berkata ya jika memang ya, dan tidak jika memang tidak. (Matius 5:37). Sangat penting untuk tidak ada dusta di bibir orang yang sudah mengetahui kebenaran.

4. Memiliki pengetahuan yang makin dalam akan Bapa dan Anak

2:22 Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak. 
2:23 Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa. Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.

5. Makin akrab dan sering berinteraksi, bercakap-cakap dengan Bapa

2:24 Dan kamu, apa yang telah kamu dengar dari mulanya, itu harus tetap tinggal di dalam kamu. Jika apa yang telah kamu dengar dari mulanya itu tetap tinggal di dalam kamu, maka kamu akan tetap tinggal di dalam Anak dan di dalam Bapa.

Orang yang diurapi adalah orang yang setia dengan mezbah doanya. Ia mengutamakan tuntunan Bapa, mendengarkan Bapa, berjalan seturut kehendak Bapa, dan hanya melangkah setelah menerima petunjuk dari Bapa. Maka mustahil hal itu dilakukan jika ia tidak memiliki waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan Bapa dalam doa.

6. Makin semangat dalam memegang janji-janji Bapa

2:25 Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal.
2:26 Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu.

Dalam keadaan apapun, meskipun dunia bergoncang, orang yang diurapi tetap berpegang teguh pada janji-janji Bapa. Ia tidak digoncangkan oleh situasi nyata dunia, tetapi percaya penuh bahwa janji Bapa akan tergenapi dalam hidupnya dan untuk dunia.

7. Makin mau belajar, diajar dan ditegur Yahwe

2:27 Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu--dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.

Minggu, 30 Januari 2011

Mencapai Kebebasan Finansial (1)

Kebebasan Finansial, financial freedom
Ayat emas:
2 Kor 8:9 Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya. 

Kaya
Seberapa kaya agar seseorang bisa disebut orang kaya? Menurut survei, di dunia ini sangat jarang orang yang berani mengaku bahwa dirinya adalah orang kaya. Hanya 2% yang berani mengaku sebagai orang kaya. Padahal, Global Rich List London menampilkan data sebagai berikut:

Seandainya Anda memiliki penghasilan Rp 700.000 per bulan, Anda sudah termasuk dalam 50% orang terkaya di dunia.
Seandainya Anda memiliki penghasilan Rp 1 juta per bulan, Anda sudah termasuk dalam 30% orang terkaya di dunia.
Seandainya Anda memiliki penghasilan Rp 2 juta per bulan, Anda sudah termasuk dalam 15% orang terkaya di dunia.
Seandainya Anda memiliki penghasilan Rp 40 juta per bulan, Anda sudah termasuk dalam 1% orang terkaya di dunia.

Bebas Finansial
Artinya, kalau Anda memiliki penghasilan Rp 700.000 saja per bulan, Anda sudah mengalahkan separo penduduk dunia di dalam penghasilan. Kallau penghasilan Anda 1juta per bulan, penghasilan Anda sudah lebih tinggi dibandingkan 70% penduduk dunia lainnya. Kalau Rp 2 juta, Anda sudah lebih kaya daripada 85% penduduk dunia lainnya.

Pertanyaannya: bagaimana bisa orang tetap merasa belum kaya, padahal penghasilannya sudah lebih tinggi dibandingkan separo penduduk dunia, 70% penduduk dunia, bahkan 85% penduduk dunia? Kalau orang memiliki penghasilan Rp 1 jua per bulan, dan ditanya: apakah Anda orang kaya? Bisa dipastikan ia akan terperangah kaget: Ha! Saya orang kaya? Dan mungkin ia akan mengatakan: Kalau penghasilan saya 2 juta rp per bulan, mungkin saya bisa dikatakan kaya. Tetapi ketika kita mengajukan pertanyaan yang sama kepada mereka yang berpenghasilan Rp 2 juta per bulan, kita juga akan mendaatkan respon yang sama, dan orang itu akan mengatakan, mungkin kalau penghasilannya Rp 5 juta per bulan, ia bisa dikatakan kaya. Demikian seterusnya, bahkan yang berpenghasilan Rp 10 juta, 20 juta, 50 juta, dst.

Tuan atas Uang

Artinya apa: orang akan selalu merasa kebutuhannya jauh lebih besar daripada penghasilannya. Nah, lalu kapan kita bisa menikmati kebebasan finansial, berapa penghasilan yang dibutuhkan agar orang merasa kaya dan terbebas secara finansial? Firman Tuhan mengajarkan beberapa point agar kita bisa terbebas secara finansial. Untuk kali ini, kita akan belajar 1 poin saja.

Pola pikir:
"Sadari bahwa Tuhanlah sumber hidup kita, Tuhanlah pemilik segalanya di dalam hidup kita, Tuhanlah pemilik hidu kita."

Kebebasan Finansial
Cara kita memandang dan mengelola keuangan kita. Kita harus memiliki komitmen untuk memandang dan mengelola keuangan kita sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Kita harus mengubah cara berpikir kita mengenai keuangan.

Matius 9:17 Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya.

Kanong anggur adalah cara berpikir kita, sedangkan anggur adalah berkat-berkat yang kita terima dari Tuhan. Agar bisa terbebas secara finansial, kita harus memandang keuangan kita sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Kalau kita sadar bahwa Tuhanlah pemilik hidup kita, maka:

1. Kita akan menikmati pemeliharaan Tuhan yang sempurna atas hidup kita. Tuhan menjamin hidup kita karena kita adalah biji mata-Nya.

Kantong Anggur
Matius 6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pulua akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? 26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? 28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? 31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. 34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."


Ulangan 32:10 Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya. 


Mazmur 17:8. Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu 


Zakharia 2:8 Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu--sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya--: 

2. Kalau Tuhan sebagai pemilik hidup kita, kita akan gunakan keuangan kita sesuai dengan petunjuk Firman Tuhan. 
Di sini berbicara mengenai cara pengelolaan keuangan yang berkualitas. Manusia sifatnya terbatas, tetapi Tuhan tidak terbatas. Kita mungkin hebat daam mengelola keuangan kita, tetapi Tuhan jauh lebih hebat karena Dia tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Dia bisa mengatur keuangan kita secara indah dan tepat. Kalau kita menggunakan keuangan kita sesuai dengan petunjuk Firman Tuhan, Tuhan bisa saja mendatangkan mujizat di dalam keuangan kita.

3. Kalau kita menempatkan Tuhan sebagai sumber hidup kita, kita akanmasuk kepada hubungan pribadi yang semakin intim dengan Tuhan.

Matius 6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. 

Intim dengan Tuhan
Kalau hati kita menghamba kepada uang, kita akan melakukan segala cara untuk mendapatkan uang. Dengan cara demikian, memang banyak orang bisa kaya raya di dunia ini. Tetapi apa gunanya semuanya itu kalau pada akhirnya kita kehilangan jiwa kita. Kalau sama-sama bekerja keras, sama-sama keluar keringat, namun pada akhirnya kita kehilangan semuanya itu, maka sia-sialah hidup kita.

Tetapi kalau kita mencari harta di sorga, dengan menempatkan Tuhan sebagai pemilik hidup kita, maka semakin hari kita akan semakin intim dengan Tuhan. Tuhan akan selalu memberkati dan mendatangkan kelimpahan di dalam hidup kita, mengerjakan mujizat di dalam hidup kita, dan pada akhirnya kita akan menerima kemuliaan di sorga.

Baca bagian selanjutnya .... Mencapai Kebebasan Finansial (2)

Baca juga:
Uang Alkitabiah
Pentingnya Merenungkan Firman Tuhan Siang dan Malam
Yahwe Memberiku Kekuatan