Selasa, 03 September 2013

Menghormati Orangtua kita? Tiga Alasan Mengapa Perintah Ini Tidak Boleh Diabaikan

"Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu" (Keluaran 20:12)

Beberapa budaya di dunia (seperti Asia) telah menjunjung tinggi nilai menghormati sosok orang tua dan orang yang lebih tua dibandingkan budaya di tempat lain. Di Amerika misalnya , konsep ini pada dasarnya tidak berlaku meskipun ada hari untuk dirayakan sebagai Hari Ibu dan Hari Ayah.

Tapi kita diperintahkan untuk 'menghormati ayah dan ibu' dalam Sepuluh Perintah YAHWE. Ini bukan pilihan yang kita buat atau sesuatu yang kita lakukan ketika kita merasa sreg. Ini adalah perintah langsung dari YAHWE. Alkitab memberikan tekanan yang sama-sama penting baik dalam Perjanjian Lama maupun Baru dalam hal ini (Efesus 6:2-3 , Yohanes 8:29, 49; 17:4), jadi sebaiknya kita perhatikan!

Berikut adalah tiga alasan kuat mengapa kita harus menghargai perintah untuk menghormati orang tua kita dan melakukannya dalam hidup kita:

Hormatilah orang tua kita ... karena hal itu menghormati YAHWE.
Kata Ibrani untuk menghormati dalam Keluaran 20:12 adalah 'kabed,' yang berasal dari akar kata yang berarti "sangat berbobot" (dalam hal arti penting) dan sering digunakan untuk merujuk pada 'kemuliaan YAHWE'. Yang dimaksud kabed dalam konteks ini berasal dari empat perintah yang pertama,  yang berpusat pada menghormati Tuhan sendiri . Jadi apa yang tampaknya ingin disampaikan YAHWE melalui perintah ini  adalah, "Ketika kamu menghormati ayahmu dan ibumu ... kamu memuliakan Aku."

Bahkan jika kita tidak merasa tidak suka untuk menghormati orang tua kita, mengingat bahwa hal ini menyenangkan Tuhan, hal ini dapat membantu memberikan motivasi kepada kita untuk tetap melakukannya. Menyenangkan untuk memikirkan bahwa ketika kita menunjukkan isyarat cinta dan hormat yang sederhana kepada orang tua kita dengan membantu mereka di sekitar rumah, memberikan pujian kepada mereka atau memberitahu mereka betapa kita menghargai mereka, kita sedang melayani dan memuliakan Tuhan!

Hormatilah orang tua kita ... karena mereka layak mendapatkannya.
Anda mungkin tergoda untuk mengatakan, "Yah , orang tua saya tidak membesarkan saya dengan baik, sehingga mereka tidak pantas mendapatkan rasa hormat saya." Memang, menghormati orang tua bisa sangat sulit jika ayahmu adalah seorang mabuk atau ibumu mengabaikanmu  ketika kamu masih seorang anak. Tapi Tuhan tidak mengatakan, "Hormatilah ayah dan ibumu hanya jika mereka pantas dihormati." Tindakan mereka kadang-kadang mungkin tidak terhormat, tetapi karena mereka adalah orang tua kita, Tuhan berkata bahwa itu adalah alasan yang cukup untuk mereka mendapatkan horma kita.

Hormatilah orang tua kita ... karena dapat mendatangkan berkat. 
Jika kita mencermati perintah untuk menghormati orang tua kita, perintah itu tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan janji yang sangat spesial: "Hormatilahayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Keluaran 20:12) . Saya selalu memperhatikan setiap kata 'supaya' dalam Alkitab karena mereka biasanya menunjuk ke janji berkat, manfaat atau hadiah. Dalam hal ini, YAHWE mengatakan bahwa menghormati orang tua kita akan menghasilkan berkat usia yang lebih panjang dan semoga semuanya bisa berjalan dengan baik dalam hidup kita (Ul 5:16). Ketaatan kita dalam menghormati orang tua kita secara langsung terkait dengan YAHWE sendiri yang menghormati kita . Bagaimana mengagumkan?

Wawasan ini mengingatkan kita tidak hanya betapa pentingnya bagi Tuhan agar kita menghormati orang tua, tetapi betapa berharganya bagi keberhasilan dan kepuasan hidup kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus benar-benar mengambil waktu untuk merenungkan bagaimana kita melakukan bagian kita di dalam menghormati. Coba renungkan pertanyaan-pertanyaan berikut:
  1. Apa pandanganku tentang menghormati? Apakah saya telah hidup dengan pemahaman yang tepat tentang Perintah Kelima yang dinyatakan dalam Keluaran 20:12?
  2. Apakah saya memiliki kepahitan terhadap ibuku dan/atau ayahku yang mungkin menghambatku untuk tetap menghormati mereka dengan benar? Jika demikian, minta Tuhan atau teman untuk membantu Anda melakukan langkah-langkah mengampuni.
  3. Kapan terakhir kali saya benar-benar menghormati ayah dan/atau ibuku? Dalam hal apa saya bisa berlatih menghormati mereka secara lebih teratur?

Selasa, 23 Juli 2013

Bapa YAHWE Berkenan kepada Orang yang Tidak Tahu Malu

Lukas 11:1-13

(1) Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." (2) Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. (3) Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya (4) dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan." 

(5) Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, (6) sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; (7) masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. (8) Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. 

(9) Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. (10) Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. (11) Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? (12) Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? (13) Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." 

Perikopa ini mengajarkan sebuah prinsip berdoa. Pada bagian yang pertama (ayat 1-4), Tuhan Yeshua mengajarkan pokok-pokok doa apa saja yang semestinya kita sampaikan kepada Bapa, yaitu: (1) pujian: "dikuduskanlah nama-Mu", (2) tujuan hidup dalam kerangka kehendak Bapa: "datanglah kerajaan-Mu", (3) berkat rezeki: "berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya", (4) pengampunan dosa, dengan tetap menekankan mengampuni terlebih dahulu (5) perlindungan dari godaan dan cobaan.

Pada bagian yang kedua (5-13) Tuhan Yeshua mengajarkan sikap hati yang semestinya dimiliki pendoa dan sikap hati Bapa yang mendengarkan doa. Ayat 5-8 Yeshua menegaskan bahwa kita perlu bersikap tidak tahu malu di dalam berdoa. Hal ini mengingatkan kita akan sifat dasar manusia yang cenderung akan dosa dan sekaligus kesombongan manusia. Kita sering merasa tidak layak karena dosa-dosa kita dan hal itu sering membuat kita memutuskan diri sebagai tidak layak di hadapan Bapa YAHWE. Tidak jarang kita merasa tidak pantas untuk meminta sesuatu kepada Bapa karena kita ingat dan sadar betul akan dosa-dosa kita. Lalu kita menunggu saat baik: ketika saya sudah menjadi lebih baik maka saya akan berdoa dan memberanikan diri untuk meminta kepada Bapa. Kalau sekarang: tidak dulu ah. Aku sedang kotor.

Kita juga bisa belajar dari perikopa ini bahwa Bapa YAHWE itu Maha Pengampun, Maha Memaklumi, Maha Mengerti, Maha Memahami situasi kita. Jadi kalau kita sedang di dalam kebutuhan, dan sedang merasa tidak layak untuk datang kepada Bapa dan meminta, datanglah dan mintalah. Dia mengerti kita. Dia memahami. Yang penting: kita harus bersikap tidak tahu malu.

Ayat 9-13 menegaskan kembali bahwa Bapa itu Maha Baik dan kita diajarkan oleh Yeshua untuk memberanikan diri meminta, mencari, dan mengetok pintu. Yeshua meminta kita, memerintahkan kita untuk meminta, mencari dan mengetok. Yeshua mengajarkan kita bahwa Bapa itu amat baik. Dia akan memberikan yang baik kepada yang meminta. Dia akan memberikan Roh Kudus kepada yang meminta.

Tampaknya Paulus amat mengerti akan betapa besar kasih Bapa ini, sehingga ia mengajarkan kepada jemaat di Ibrani: ”Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibrani 4:16).

Minggu, 21 Juli 2013

Kisah Marta dan Maria: Hati-Hati dengan Pelayanan Anda

Lukas 10:38-42
(38) Ketika Yeshua dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. (39) Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, (40) sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yeshua dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." (41) Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, (42) tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Lukas 10: 38-42 menceritakan kunjungan Yesus di rumah Marta dan Maria. Marta sibuk melayani, namun Maria malahan duduk dekat kaki Yeshua dan mendengarkan perkataan-Nya. Marta merasa bahwa apa yang dilakukan saudaranya, Maria, itu kurang pas dan meminta Yeshua untuk menyuruhnya membantunya. Tetapi Yeshua malah mengatakan bahwa Marta [terlalu] kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara. Sedangkan Maria dikomentari sebagai "memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

Apa yang dikatakan Yeshua ini mungkin sulit untuk dimengerti atau bahkan mencengangkan kita. Tetapi apa sebenarnya yang bisa kita pelajari dari peristiwa dan perkataan Yeshua di dalam perikopa ini?

Marta dengan maksud yang amat baik, menyiapkan segala sesuatu untuk melayani Yeshua dan murid-murid-Nya yang datang berkunjung. Apakah ini sesuatu tidak perlu? Apakah ini tidak baik? Tentu ini perlu dan baik. Tentu saja Yeshua dan murid-murid-Nya lapar dan butuh disiapkan makanan dan minuman. Jadi perbuatan Marta ini tidak salah. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan.

Pertama, "Marta sibuk sekali melayani". Kedua, Marta merasa memiliki hak untuk menetapkan standar hidup [kristiani]. Apakah tidak boleh kalau seseorang memiliki standar? Tentu saja boleh, dan bahkan harus. Tetapi Marta kebablasan dan berdasarkan standar itu ia menilai atau menghakimi orang lain yang tidak seperti dirinya.

Dari sini kita bisa belajar, bahwa ketika kita sibuk melayani, ikut kegiatan gereja ini dan itu, jangan sampai kita terlalu sibuk karena memiliki standar/ukuran akan sebuah mutu pelayanan dan kemudian merasa bahwa pelayanan kita atau kesibukan kita itu merupakan sebuah ukuran kekristenan atau sebuah way of life kristiani yang semestinya. Terlalu banyak urusan atau kesibukan dan keinginan untuk menyelesaikan banyak hal dengan "sempurna" atau baik kalau tidak hati-hati akan menjebak diri sendiri di dalam perangkap arogansi "taraf kekristenan". Coba cek, apakah kita pernah berpikir atau merasa bahwa mereka yang tidak melayani adalah warga gereja kelas dua? Karena kita sudah pelayanan, ikut kegiatan ini itu, maka kita merasa lebih baik daripada orang lain.

Selain itu, pelayanan yang terlalu sibuk, bisa melencengkan motivasi kita. Kita menjadi kuatir kalau-kalau pelayanan kita kurang sempurna. Di sini ada bahaya: mencari muka, mencari kehormatan. Ketika melayani, kita layak bertanya: apa motivasi kita di dalam melayani? Hanya mencari kesibukan? Agar diterima dalam komunitas? Untuk mencari popularitas? Untuk lari dari masalah di dalam keluarga?

Dan kalu tidak hati-hati, pelayanan kita bisa menjadi sia-sia. Teguran Yeshua kepada Marta mengingatkan kita bahwa ketika kita melayani, jangan sampai kita sendiri malah kehilangan hubungan pribadi dengan Dia yang mau kita layani. Sibuk pelayanan, rutinitas pelayanan, beban pekerjaan pelayanan, kalau tidak hati-hati bisa membuat kita kehilangan waktu intim bersama YAHWE.

Ketika melayani, biarlah pelayanan itu mengalir dari kedalaman hubungan kita dengan YAHWE, mengalir dari rasa syukur dan kasih kita kepada-Nya. Dan biarlah setiap pelayanan kita, semakin mendekatkan kita dengan-Nya, dengan Dia yang kita layani, bukan malah menjauhkannya.

Jadi: Cek lagi pelayanan Anda.


Baca juga:
Melayani Karena Kasih
Dipanggil untuk Melayani
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Membangun mezbah Tuhan
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam

Kamis, 27 Juni 2013

Mazmur 3: YAHWE Pasti Memberi Pertolongan

Mazmur 3

3:1 Mazmur Daud, ketika ia lari dari Absalom, anaknya.
Ya YAHWE, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku;
3:2 banyak orang yang berkata tentang aku: "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Elohim." Sela
3:3 Tetapi Engkau, YAHWE, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.
3:4 Dengan nyaring aku berseru kepada YAHWE, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus. Sela
3:5 Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab YAHWE menopang aku!
3:6 Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku.
3:7 Bangkitlah, YAHWE, tolonglah aku, ya Elohimku! Ya, Engkau telah memukul rahang semua musuhku, dan mematahkan gigi orang-orang fasik.
3:8 Dari YAHWE datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu! Sela


Situasi yang dihadapi pemazmur:
1. tekanan musuh: menghadapi banyak lawan, banyak orang yang bangkit menyerang
2. intimidasi: banyak orang yang mengatakan bahwa pemazmur tidak memiliki sumber pertolongan, bahwa YAHWE tidak akan menolongnya
3. anaknya memberontak dan hendak membunuhnya

Kalau kita menghadapi situasi yang sama, apa yang akan kita lakukan? Situasi yang amat sulit, nyawa terancam, dan tragisnya, oleh anak sendiri. Nyawa terancam adalah sebuah situasi yang tak terbayangkan, sebuah tekanan yang luar biasa. Ditambah lagi, anak yang memberontak pasti merupakan beban batin yang lebih hebat lagi, apalagi sampai pada taraf ingin membunuh kita, orang tuanya.

Ketika kita menghadapi kesulitan dan tekanan yang berat, kita mungkin menjadi gampang terintimidasi. Pemazmur pun mengalami hal ini. Orang mau meyakinkan bahwa tidak ada pertolongan dari YAHWE. Ketika keluarga broken, anak memberontak, ditambah dengan adanya ancaman, bisa jadi ancaman dalam hal bisnis (persaingan, tuntutan dan kewajiban yang harus dipenuhi), pekerjaan (akan kena PHK), dll, orang beriman gampang terintimidasi: "Kau memang layak menerima semua ini! Itu semua karena dosa-dosamu! YAHWE sedang menghukummu! YAHWE tidak akan menolongmu."

YAHWE menolong Daud, Absalom Tersangkut di dahanTetapi pemazmur tetap percaya kepada kebaikan YAHWE. Ia meyakini bahwa YAHWE adalah perisai dan pelindungnya. YAHWE adalah kemuliaannya dan mengangkat kepalanya. Sebab itu Daud berseru kepada YAHWE, dengan nyaring, berarti Daud benar-benar berseru memohon pertolongan. Dan YAHWE menjawabnya dari gunung-Nya yang kudus. Ia meminta kepada YAHWE agar bangkit menolongnya. Ia sangat yakin bahwa dari YAHWE-lah pertolongan datang.

Luar biasanya, di tengah-tengah tekanan dan ancaman yang amat sangat serius ini, pemazmur amat sangat percaya bahwa YAHWE menolongnya. Iapun bisa berbaring dan tidur. Dengan damai dan tenang ia bisa tidur, karena percaya bahwa YAHWE melindungi dan menolongnya dan akan menalahkan musuh-musuhnya.

Sikap iman Daud dalam menghadapi kesulian hidup yang dinyatakan dalam Mazmur 3 ini sungguh luar biasa. Meskipun ia pernah berdoa besar di masa lalu, sekali pun YAHWE sedang menghukumnya dengan membiarkan anaknya Absalom memberontak dan ingin membunuhnya, dan sekalipun orang-orang berusaha meyakinkan bahwa ia tidak akan ditolong YAHWE, namun Daud tetap percaya dan memegang imannya bahwa YAHWE akan selalu menolongnya.

Baca juga:
Iman yang Berani
Meminta Percaya Menerima
Damai Tenang dalam Iman v.s. Iman yang Gelisah
Janji Keselamatan Tuhan
YAHWE yang Dapat Diandalkan


Jumat, 21 Juni 2013

Mazmur 2: Bapa YAHWE Sanggup Mengubah Musuh Menjadi Berkat

Mazmur 2:7-8
Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Enagkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu."

Pemazmur hidup dalam situasi dunia yang rusuh, di mana para pembesarnya tidak mempedulikan YAHWE dan bahkan bermufakat untuk melawan-Nya (ayat 1-2). Mereka melakukan perkara yang sia-sia (ayat 1). Mereka berusaha memperbesar kerajaannya, mengejar perkara-perkara dunia. Sebab itu dikatakan mereka mengejar sesuatu yang sia-sia. Sebab itu dalam ambisi kekuasaan mereka yang sia-sia itu, mereka pun melawan YAHWE. Mereka tidak peduli bangsa seperti apa yang sedang mereka lawan. Ambisi kekuasaan mereka tidak lagi menjadikan mereka bisa memilah: semua mau direbut, semua mau dikalahkan, termasuk bangsa Israel, bangsa pilihan YAHWE.

Situasi seperti ini pun sedang terjadi. Banyak kelompok yang sekarang ini sedang membesarkan dirinya dan dalam upaya itu mereka pun sering berhadapan dan melawan anak-anak YAHWE, orang yang percaya kepada Anak-Nya, Yeshua. Mereka tidak tahu dan tidak akan pernah tahu bahwa mereka sedang melawan ia yang diurapi.

Dari Mazmur 2 ini kita belajar. Pertama, kita harus mengutamakan YAHWE di atas semuanya. Jangan kita seperti bangsa-bangsa yang tidak mengenal YAHWE, yang mengejar perkara-perkara dunia. Kalau itu yang kita lakukan, Mazmur 2 mengingatkan kepada kita akan risiko yang mungkin kita hadapi: bahkan kita pun melawan YAHWE. Ketika prioritas hidup dan pilihan hati kita tidak pada YAHWE, ada bahaya bahwa kita tidak akan mampu lagi untuk memilah dan memilih. Kita membabi buta, dan bahkan kita pun bisa jadi menjadi musuh YAHWE.

Kedua, ketika berhadapan dengan situasi dunia yang seperti ini, situasi di mana orang-orang atau kelompok-kelompok berusaha untuk hidup sendiri, untuk memperbesar diri sendiri, dan mengabaikan kelompok atau orang lain, atau bahkan ingin membinasakan kelompok lain, pemazmur mengajari kita satu hal: bahwa kita ini adalah anak-anak YAHWE, bangsa pilihan YAHWE oleh karena iman yang kita terima, yang kita warisi, yang dianugerahkan kepada kita oleh karena kemurahan-Nya.

Kita dikuatkan, dalam situasi di mana kita sedang dilawan, dipojokkan, dihimpit, bahkan mau dibinasakan, ternyata kita diingatkan akan hubungan istimewa yang dianugerahkan kepada kita, yakni hubungan kita dengan Bapa YAHWE, bahwa kita ini adalah anak-Nya.

Bapa YAHWE berkata kepada pemazmur: "Anak-Ku engkau!" Bapa YAHWE menegaskan bahwa kita ini adalah Anak-Nya. Jadi, ndak perlu kawatir, ndak perlu takut, karena "Engkau adalah Anak-Ku," demikian YAHWE menegaskan. Bahkan kita diingatkan untuk meminta. "Mintalah kepada-Ku." Bahkan jenis permintaannya pun sangat luar biasa, "maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu."

Mazmur 2 mengingatkan kita akan kebesaran kuasa YAHWE. Ketika kita menghadapi kesulitan, menghadapi tekanan kelompok lain, menghadapi tekanan hidup, menghadapi kesulitan hidup, atau bahkan dianiaya atau malahan ingin dibinasakan, kita diingatkan bahwa kita ini adalah anak-anak YAHWE, yang berkuasa. Dia bahkan sanggup untuk membalikkan situasi, jika kita memintanya. Bangsa yang mengejar-ngejar umat Israel itu mau diberikan kepada Israel jika mereka memintanya. YAHWE pun sanggup untuk mengubah setiap kesulitan hidup, setiap tekanan hidup, menjadi berkat dalam hidup kita.

Namun kita belajar bahwa hal ini mungkin karena pemazmur memiliki hubungan yang intim luar biasa dengan Bapa YAHWE. Kita pun hendaknya mengutamakan YAHWE, dan berusaha untuk selalu melekat pada-Nya. Maka, niscaya, segala kesulitan, tantangan, tekanan, aniaya, akan diubah YAHWE untuk menjadi berkat dalam hidup kita.



Baca juga:
Belajar Prinsip Kesuksesan dari Para Pendiri Menara Babel
Dituntun Menuju Kemenangan
Hidup Berkemenangan (2): Membangun Manusia Roh
Hidup Berkemenangan (1): Menjaga Hati
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe
YAHWE Sumber Berkat
Kornelius, Berkat bagi Orang yang Mencari YAHWE dengan Tulus

Selasa, 18 Juni 2013

2 Gaya Hidup, 2 Cara Pandang, Jemaat Smirna, Jemaat Sardis, Jemaat Laodikia

Wahyu 2: 9a Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu--namun engkau kaya
Wahyu 3:1b Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!
Wahyu 3:17 Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang 

Wahyu 2:9a dikatakan oleh Bapa YAHWE kepada jemaat di Smirna dan Wahyu 3:1b dikatakan oleh Bapa YAHWE kepada jemaat di Sardis dan Wahyu 3:17 adalah untuk jemaat Laodikia. Ketiganya mengandung kontras: susah, miskin, namun kaya; hidup namun mati.

Manusia boleh memilih cara hidup. Dan kedua keadaan dari kedua jemaat ini menunjukkan kepada kita akan hal itu. Jemaat Sardis memilih mengutamakan kesetiaan kepada Bapa YAHWE daripada "keselamatan di dunia", daripada penerimaan oleh dunia, daripada kemegahan dunia. Namun sebagai "akibatnya," mereka harus mengalami kesusahan, kemiskinan -- di tengah-tengah kota pelabuhan yang kaya, fitnah (ayat 9), pederitaan (ayat 10), mereka harus mengalami penjara (ayat 10). Mereka bisa saja memilih untuk ikut arus, ikut tradisi dan praktik penyembahan terhadap kaisar karena kota Smirna merupakan pusat penyembahan kepada kaisar. Mereka bisa saja memilih hidup seperti orang-orang di sekitarnya, dan ikut menikmati kekayaan kota. Namun mereka memilih setia kepada Bapa YAHWE. Mereka memilih jalan yang sempit dan menghindari jalan yang lebar (Matius 7:13-14).

Sebaliknya jemaat Sardis dan Laodikia memilih hidup menurut dunia. Mereka menikmati kekayaan dan kenikmatan hidup sebagaimana orang-orang di sekitarnya. Namun mereka dikatakan mati dan miskin, melarat, buta, malang, telanjang oleh Bapa YAHWE (3:1,17).

kota Smirna - jemaat yang setia namun teraniaya
Manusia sering memiliki cara pandang yang keliru terhadap hidup. Mereka cenderung memilih apa yang menyenangkan sekarang. Mereka berorientasi pada waktu sekarang. Kurang memperhatikan kehidupan yang akan datang. Namun Bapa YAHWE tahu yang sebenar-benarnya dari diri kita. Tiada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Kita boleh kaya di dunia, terkenal, berkuasa. Namun belum tentu bagi YAHWE. Sebaliknya, mungkin kita harus menghadapi penderitaan, kemiskinan, kesusahan, namun bagi YAHWE kita mungkin dianggap kaya. Dan lewat Firman YAHWE kepada ketiga jemaat ini kita diingatkan untuk memilih hidup yang sejati, bukan hidup yang artisial, yang sementara. Untuk mengumpulkan harta di sorga, dan tidak hanya mengejar harta di dunia.

Terhadap jemaat Smirna yang memilih setia namun menderita, Bapa YAHWE memperkenalkan Diri sebagai
Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali (Wahyu 2:8). Hal ini menegaskan bahwa Bapa YAHWE sanggup menghidupkan mereka yang telah mati karena kesetiaannya, bahwa penderitaan di dunia ini hanyalah sementara karena Bapa YAHWE akan memberikan kepada mereka yang setia mahkota kehidupan.

Dan kepada jemaat di Sardis Bapa YAHWE memerkenalkan Diri sebagai Dia yang memiliki ketujuh Roh Elohim dan ketujuh bintang. Hal ini menyatakan bahwa meskipun manusia silau terhadap kekuasaan dan kemuliaan dunia, namun sebenarnya tidak ada yang mampu menandingi kuasa YAHWE yang memiliki ketujuh Roh Elohim dan ketujuh bintang.

Kepada jemaat di Laodikia Bapa YAHWE memperkenalkan Diri sebagai Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Elohim. Hal ini mau menegaskan bahwa Bapa YAHWE tahu siapa diri kita. Kita boleh bersembunyi di balik penampilan fisik kita, perbuatan-perbuatan baik semu kita, namun Bapa YAHWE tahu isi hati kita.

Bapa YAHWE tahu siapa diri kita, Dia tahu kesusahan kita, Dia tahu penderitaan kita. Dia tahu dan peduli. Dan Dia setia. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita. Dia tidak akan pernah ingkar janji. Dia adalah Amin. Dia adalah benar. Dia akan memberikan ganjaran atas kesetiaan kita.

Namun Dia juga tahu isi hati kita. Dia tahu apakah kita hidup di dalam kepura-puraan atau keaslian. Apakah kita sedang memoles hidup kita? Apakah kita sedang mencari pengakuan dunia dan penerimaan dari dunia sehingga harus mengabaikan apa yang asli dan utama dalam hidup kita. Dia tahu apakah kita sedang mengkompromikan iman kita dengan tuntutan dunia.

Dan karena kasih-Nya, Dia masih mau menegur kita (Wahyu 3:19), agar kita bertobat (3:3, 17, 19). Pilihlah kehidupan, dan bukan kematian. Setialah, maka kita tidak akan menderita apa-apa dalam kematian yang kedua (2:11).

Baca juga:
Beribadah kepada YAHWE: Pilihan yang Terbaik
Teladan Ketaatan dari Emily Gloria Wilson
Mendapatkan Hati Tuhan
Tuhan Tersentuh dengan Ketaatan
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya

Minggu, 09 Juni 2013

Beribadah kepada YAHWE: Pilihan yang Terbaik

Yosua 24:15
Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada YAHWE, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; illah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau illah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami aka beribadah kepada YAHWE. 

William A. Galston
William A. Galston
Bill Galston sedang berada di puncak karirnya ketika ia mengundurkan diri sebagai penasihat kebijakan dalam negeri bagi presiden Bill Clinton, untuk kembali mengajar di University of Maryland. Alasannya adalah 'untuk mendapatkan keseimbangan baru' antara pekerjaan dan keluarga.

Galston telah lebih dari sepuluh tahun berupaya mewujudkan ide-idenya. di Gedung Putih, ia membantu membentuk National Campaign Against Teen Pregnancy (Kampanye Nasional Melawan Kehamilan Remaja), merencanakan National Service Program, dan mengupayakan reformasi pendidikan. Ia berkonsultasi dengan para pejabat pemerintah, memiliki reputasi sempurna dan mencintai pekerjaannya.

Ia berusaha memadukan waktunya dengan putranya, Ezra, ke dalam jadwalnya yang sangat padat dan seringkali tidak menentu, bahkan sesekali mengajak puteranya ke Gedung Putih pada malam hari. Tetapi Galston terus-menerus dihantui oleh fakta bahwa ia seringkali pulang dalam keadaan terlalu letih untuk melewatkan waktu berkualitas dengan puteranya. Ia sangat bergumul dengan kontradiksi antara program kesejahteraan hasil idenya yang bertemakan 'Mendahulukan Anak-anak' dengan rumah tangganya sendiri.

Apakah yang akhirnya memico keseriusan pengundurandirinya? Ezra, anaknya, suatu kali mengirimkan memo kepadanya, "Main baseball itu tidak menyenangkan kalau tidak ada orang yang memberikan semangat." Jadilah Galston mengundurkan diri, dan tahun-tahun berikutnya ia makin menyadari bahwa itulah pilihan terbaik bagi dirinya dan anaknya Ezra.

Pilihan-pilihan yang kita buat bukan saja berdampak terhadap masa depan kita melainkan juga masa depan orang-orang di sekeliling kita. Yosua menghadapkan pilihan kepada umat Israel tentang kepada siapa mereka akan beribadah. Yosua menetapkan pilihan bahwa ia dan keluarganya akan beribadah kepada YAHWE. Inilah pilihan terbaik Yosua bagi dirinya dan keluarganya. Itulah sebabnya Yosua dan keluarganya mengalami anugerah YAHWE yang melimpah di dalam hidupnya.

Pastikan pilihan-pilihan kita akan mendatangkan berkat YAHWE yang terbak bagi orang-orang di sekeliling kita.


Baca juga:
Teladan Ketaatan dari Emily Gloria Wilson
Mendapatkan Hati Tuhan
Tuhan Tersentuh dengan Ketaatan
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya

Kamis, 06 Juni 2013

Perwahyuan YAHWE bagi Jemaat di Efesus: Janganlah Idealisme Menghilangkan Kasih Mula-Mula

First Love: A HIstoric Gathering of Jesus Music Pioneers A New Kind of Love  1st Timothy - 'United in a Common Purpose' (First Love Discipleship Series)



Wahyu 2:2-3
Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.

Jemaat Efesus adalah jemaat yang memiliki standar yang tinggi. Mereka mau bekerja keras, tekun. Oleh karena standarnya yang tinggi ini, mereka tidak mentolerir orang yang jahat maupun orang yang menafik. Mereka tidak bisa sabar terhadap orang jahat dan menguji orang "yang baik" untuk mengetahui kemurnian orang tersebut. Dan mereka menemukan bahwa banyak orang yang menyebut diri rasul ternyata adalah pendusta. Jemaat Efesus juga sabar dalam penderitaan karena Nama YAHWE. Mereka bekerja dan melayani tanpa mengenal lelah.

Gambaran ini merupakan sebuah gambaran yang sempurna dari suatu jemaat. Sabar melayani, tabah menderita, tidak kenal lelah, tidak mau kompromi, dan menginginkan suatu kelompok jemaat yang tanpa cacat. Mereka tidak membiarkan orang jahat berada di tengah-tengah mereka dan tidak bisa mentolerir (tidak sabar terhadap) orang-orang yang demikian. Mereka juga tidak menerima begitu saja orang yang memiliki maksud baik (mengaku diri sebagai rasul) sebelum menguji ketulusan dan kesungguhan mereka dan tidak pernah membiarkan adanya pendusta di tengah-tengah mereka. Mereka menjadi saksi YAHWE dan pelayan yang setia. Mereka juga membenci ajaran sesat (pengikut Nikolaus, ayat 6), yang juga dibenti oleh YAHWE.

Tetapi ternyata terhadap jemaat yang "sempurna" ini YAHWE memiliki catatan negatif:

Wahyu 2:4-5
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

YAHWE menunjukkan bahwa jemaat yang memiliki standar tinggi ini ternyata menghadapi sebuah risiko yang cukup serius: mereka bisa meninggalkan kasih yang mula-mula. Dan ... ternyata, YAHWE mengingatkan, jemaat yang memiliki standar yang sangat tinggi ini bisa jatuh ... dan tidak sekadar jatuh ... mereka bisa jatuh amat sangat dalam.

Kehilangan kasih mula-mula bagi YAHWE merupakan suatu dosa yang serius, suatu kejatuhan yang cukup dalam,  sehingga orang yang mengalaminya harus segera bertobat. Dan kehilangan kasih mula-mula itu gampang menghinggapi orang-orang atau jemaat yang memegang standar yang tinggi. Kenapa? Karena jemaat yang demikian memiliki harapan yang tinggi. Orang yang memiliki harapan yang tinggi di sisi lain akan sangat mudah dibuat kecewa oleh harapannya sendiri. Kekecewaan terhadap orang lain yang mereka anggap memiliki banyak kelemahan dan yang kurang sempurna. Mereka gampang terfokus kepada kekurangan dan kelemahan dan bukannya kepada sesuatu yang baik dan yang positif. Mereka bisa menjadi terlalu peka terhadap setiap kelemahan dan menjadi terlalu kritis .... dan akibatnya mereka menjadi gampang sekali untuk kecewa.

Akibat lebih jauh dari kekecewaan ini adalah hilangnya kasih mula-mula. ... dan YAHWE tidak berkenan kepada jemaat yang meninggalkan kasih yang mula-mula. YAHWE mengingatkan kepada jemaat Efesus untuk segera bertobat .. untuk segera memulihkan kasih mula-mula ... untuk melakukan kembali apa yang semula mereka lakukan (ayat 5). YAHWE mengingatkan bahwa kekecewaan yang dibiarkan terlalu lama menguasai akan membuat jemaat kehilangan "kaki dian". Kaki dian berbicara mengenai hidup yang menjadi terang, hidup yang menjadi berkat, hidup yang menjadi saksi YAHWE. Dengan kata lain, kekecewaan bisa merenggut semuanya yang masih ada: kesetiaan dalam bersaksi dan melayani.



The Pastor's First Love: And Other Essays on a High and Holy Calling First Love



Baca juga:
The Story of Love: Mengasihi Tuhan
Memberi Adalah Bukti Kasih
Melayani Karena Kasih
Pembelaan Iman Stefanus di Hadapan Mahkamah Agama
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe

 

 

 




Minggu, 02 Juni 2013

Belajar Prinsip Kesuksesan dari Para Pendiri Menara Babel

rahasia sukses menara babel
Kalau mendengar kisah menara Babel, orang biasanya teringat akan tindakan YAHWE dalam mengacau balaukan bahasa manusia dan menggagalkan rencana manusia untuk membangun sebuah kota dan mendirikan menara yang mencapai langit tersebut. Tetapi di balik tindakan YAHWE yang menggagalkan rencana manusia tersebut, tersimpan sebuah rahasia sukses yang diakui oleh YAHWE sendiri. Coba kita perhatikan apa yang dikatakan YAHWE mengenai usaha manusia tersebut, dalam Kejadian 11: 5:

“… mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.”

Itulah pengakuan YAHWE mengenai kehendak dan usaha manusia. Saat itu manusia sudah mencapai taraf di mana tidak ada yang tidak dapat dilaksanakan oleh usaha manusia. Dan hal itu diakui oleh YAHWE sendiri.

Mari kita mencoba mengungkap rahasia pencapaian manusia para pendiri menara Babel tersebut. Ada 5 hal yang bisa diungkap.

Pertama: semangat kesatuan
Ayat 1 dari Pasal 11 kitab Kejadian menyatakan: “Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.
Ayat ini menyatakan adanya semangat kesatuan. Satu hati. Satu kata. Satu bahasa.

Kedua: manajemen
Ayat 3: Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik.” Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat.
Ayat ini menyatakan adanya pengelolaan atau manajemen atas pekerjaan manusia pada saat itu. Mereka tidak bekerja sendiri-sendiri dan semau gue, tetapi ada rencana dan penataan terhadap pekerjaan mereka bersama.

Ketiga: visi yang kuatKeempat: determinasi atau tekat bulat, strong desire, passion.

Ayat 4: Juga kata mereka: “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi!” Mereka memiliki satu bahasa, satu hati, satu semangat kebersamaan, dan mereka bekerja dalam satu pengelolaan untuk mencapai sebuah tujuan, sebuah visi yang amat kuat: yakni mendirikan sebuah kota dengan sebuah menara yang mencapai langit.
Untuk mengikat dan memperkuat visi tersebut, mereka sadar bahwa perlu ada sebuah nama bagi mereka. Nama ini melambangkan identitas yang dimiliki bersama-sama, yang menyatukan mereka. Nama itu juga menyatakan akan sebuah makna. Visi juga merupakan sebuah rumusan akan makna hidup, tujuan hidup. Nama ini akan menyatakan sebuah makna hidup, sebuah kebulatan tekad yang dimiliki bersama-sama, suatu pengkristalan akan hasrat , suatu keinginan yang amat kuat.

Kelima: perkenanan YAHWE
Bangsa manusia sudah memiliki 4 kunci untuk meraih setiap keberhasilan. Namun dalam kisah menara Babel ini YAHWE menyatakan kepada kita bahwa ada 1 hal yang amat penting untuk setiap keberhasilan manusia, yakni perkenanan YAHWE. Manusia pada saat itu melupakan satu kunci penting dari keberhasilan ini: dukungan YAHWE atau perkenanan YAHWE. Mereka digerakkan oleh suatu kesombongan sehingga usaha mereka digagalkan sendiri oleh YAHWE.






Baca juga:
Dituntun Menuju Kemenangan
Hidup Berkemenangan (2): Membangun Manusia Roh
Hidup Berkemenangan (1): Menjaga Hati
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe
YAHWE Sumber Berkat
Kornelius, Berkat bagi Orang yang Mencari YAHWE dengan Tulus

 



Selasa, 16 April 2013

Teladan Ketaatan dari Emily Gloria Wilson

YAHWE menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Mazmur 37:23)

John Kenneth Galbraith
John Kenneth Galbraith
Dalam autobiografinya, “A Life On Our Times,” John Kenneth Galbraith, seorang tokoh dan ahli ekonomi asal Kanada menceritakan tentang ketaatan yang luar biasa yang ditunjukkan oleh Emily Gloria Wilson, pengurus rumah tangganya:

Hari itu adalah hari yang sangat melelahkan, dan saya meminta Emily untuk menerima setiap telepon yang masuk ketika saya tidur siang. Dalam waktu yang sangat singkat setelah saya mengatakan hal itu kepadanya, telepon berdering. Lyndon Johnson (presiden ke-36 AS) menelepon dari Gedung Putih dan berkata, “Tolong hubungkan saya dengan Ken Galbraith. Ini dari Lyndon Johnson.”
Lalu Emily menjawab, “Dia sedang tidur Pak Presiden… Dia katakan bahwa jangan ada seorang pun yang mengganggu tidur siangnya.”
“Yah baiklah. Tapi sekarang saya ingin anda membangunkan dia. Saya harus berbicara dengannya.” Kata Johnson lagi.
“Tidak bisa Pak Presiden. Saya bekerja bagi dia, bukan bagi anda,” kata Emily.
Saat saya menelepon Pelajaran Agama Katolik Presiden, dalam keadaan tawa yang sudah mereda, ia berkata, “Katakan kepada wanita itu, saya inginkan dia untuk bekerja di Gedung Putih!”

President Lyndon Johnson
President Lyndon Johnson
Manusia seperti Emily Gloria Wilson mungkin sangat langka. Ia tahu apa artinya ketaatan kepada tuannya. Ia tahu apa artinya hati seorang pelayan yang mengabdi kepada tuannya. Yang ia tahu adalah bahwa ia harus taat kepada tuannya, atau kepada siapa ia mengabdi. Orang semacam ini akan mendapat kepercayaan yang sangat besar dari tuannya dan otomatis akan memperoleh berkat serta jaminan dalam hidupnya.

Kita mempunyai Tuan yang kita sanjung, Yesus Kristus. Apa saja yang menjadi perintah-Nya seharusnya kita turuti tanpa protes. Banyak orang ingin berkat, tetapi tidak taat. Padahal berkat datang dari ketaatan pada perintah Tuhan, sedangkan kutuk datang dari ketidaktaatan. Ketaatan adalah sebuah kualitas karakter yang menentukan masa depan seseorang. Sejauh mana saudara diberkati adalah tergantung sejauh mana saudara taat pada Tuhan. Kalau kita memiliki hati hamba yang mengabdi dan taat kepada Tuhan, pasti anugerah, penyertaan, tuntunan dan berkat-berkat Tuhan akan dialirkan kuat di dalam hidup kita.



Baca juga:
Mendapatkan Hati Tuhan
Tuhan Tersentuh dengan Ketaatan
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya
Melakukan Perkara Besar
Damai Tenang dalam Iman v.s. Iman yang Gelisah

Jumat, 12 April 2013

Mendapatkan Hati Tuhan

Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus, maka tangan-Ku tetap dengan dia, bahkan lengan-Ku meneguhkan dia. (Mazmur 89:21-22)

Kita televisi kita sering melihat tayangan ajang pencarian bakat. Di situ banyak kontestan yang bertanding saling menunjukkan bakatnya masing-masing. Di antara ribuan kontestan, hanya dipilih puluhan orang yang bisa mengikuti sesi selanjutnya. Setiap sesi memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dan semakin meningkat. Dan dari puluhan orang tersebut, akhirnya hanya dipilih 5 besar, 3 besar dan akhirnya 1 pemenang. Pemenang tersebut berhasil mendapatkan hati para juri dan para pemirsa acara tersebut. Ketika seorang pemenang terpilih, akhirnya acara tersebut telah menemukan atau mendapatkan seseorang yang pantas menyandang gelar juara yang diberikan oleh acara tersebut.

Daud ditegur oleh Nabi Natan
Daud Taat Ketika Ditegur Tuhan
Demikian juga Daud. Ketika Tuhan melihat hidup Daud, Tuhan mengatakan bahwa “Aku telah mendapat Daud.” Kalau digambarkan, saat itu Tuhan dengan wajah yang berseri-seri berseru: “Akhirnya Aku menemukan orang yang kucari-cari selama ini.” Ketika Tuhan melihat hidup Daud, Daud langsung mendapatkan hati Tuhan. Tuhan melihat Daud yang hatinya begitu percaya dan berserah kepada-Nya sehingga Daud tanpa banyak bertanya taat terhadap kehendak Tuhan.

Kita semua, sadar atau tidak, sedang berada dalam ajang penilaian di hadapan Tuhan. Kita adalah kontestanya. Mereka yang memiliki hati yang taat dan penyerahan penuh terhadap kehendak Tuhan akan mendapat nilai plus di hadapan Tuhan. Akan selalu ada tantangan yang lebih meningkat kesulitannya di tiap level dan harga yang lebih besar untuk dibayar. Kalau kita gagal menaati kehendak Tuhan di sebuah level, maka kita tidak akan masuk ke level berikutnya. Jangan sampai kita terkena ‘eliminasi’ akibat ketidaktaatan kita akan kehendak Tuhan. Taatilah Firman Tuhan dengan hati yang mengasihi Tuhan, sehingga kita bisa mendapatkan hati Tuhan.


Baca juga:
Tuhan Tersentuh dengan Ketaatan
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya
Melakukan Perkara Besar
Damai Tenang dalam Iman v.s. Iman yang Gelisah
Apa yang Tidak Bisa YAHWE Kerjakan?

Kamis, 11 April 2013

Tuhan Tersentuh dengan Ketaatan

Kata YAHWE, “Pergilah ke tanah Moria dengan Ishak, anakmu yang tunggal, yang sangat kaukasihi. Di situ, di sebuah gunung yang akan Kutunjukkan kepadamu, persembahkanlah anakmu sebagai kurban bakaran kepada-Ku.” Keesokan harinya pagi-pagi, Abraham membelah-belah kayu untuk kurban bakaran dan mengikat kayu itu di atas keledainya. Ia berangkat dengan Ishak dan dua orang hambanya ke tempat yang dikatakan Tuhan kepadanya. (Kejadian 22:2-3)

Ketaatan Abraham
Ketaatan Abraham
Sampai hari ini mungkin setiap kita masih geleng-geleng kepala karena kagum akan apa yang dilakukan oleh Abraham. Abraham memiliki ketaatan yang luar bisa, ketaatan yang tidak ditunda-tunda, ketaatan yang langsung. Mungkin sebagian di antara kita berpikir, apakah Abraham tidak punya perasaan? Pasti Abraham juga punya perasaan. Abraham juga manusia. Apalagi Ishak adalah anak yang lahir bagi dia di masa tuanya, anak satu-satunya yang ia punya, seorang anak perjanjian yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Dan ketika Tuhan memintanya untuk mempersembahkan Ishak sebagai kurban bakaran di hadapan TAHWE, Abraham bisa langsung taat. Luar biasa sekali. Inilah yang membuat Tuhan tersentuh hatinya. Inilah yang membuat Tuhan berjanji akan memberkati hidup Abraham dengan melimpah. Abraham berhasil mendapatkan hati Tuhan karena ketaatannya yang luar biasa.

Di seluruh dunia, kuda Arab sangat terkenal sebagai kuda kelas wahid. Oleh karena itu peternakan kuda Arab merupakan suatu usaha besar yang harus diusahakan dengan modal yang besar. Untuk mendapatkan bibit-bibit unggul dari kuda-kuda Arab ini diperlukan suatu cara penanganan yang lain daripada yang lain. Kuda-kuda itu dikumpulkan di dalam sebuah kandang khusus dan selama tiga hari tiga malam kuda-kuda itu sama sekali tidak diberi makan dan minum.  Di luar kandang, para gembala kuda sudah siap menanti. Mereka biasa memberikan aba-aba tertentu kepada kuda-kuda asuhannya dengan memakai semacam terompet tanduk. Misalnya bunyi tertentu merupakan kode untuk para kuda itu pulang kandang, dan bunyi melengking untuk para kuda itu keluar kandang.

Kuda Arab yang Unggul adalah Kuda yang Taat
Setelah tiga hari berlalu pintu kandang dibuka dan dalam jarak kurang lebih 500 meter disediakan rumput yang hijau dan air yang segar. Tentu saja kuda-kuda yang sudah demikian lapar dan haus itu segera berlari menuju makanan dan minuman yang tersedia. Tetapi ketika mereka sedang berlari terdengarlah suatu terompet gembala yang memberi aba-aba kembali ke kandang. Sebenarnya semua kuda sudah terbiasa mendengar suara terompet tanduk itu tiap-tiap hari  dan dalam keadaan yang wajar semua kuda taat terhadap gembalanya. Tetapi dalam keadaan sekarang ketika mereka lapar dan haus luar biasa ternyata mendengar aba-aba kembali ke kandang sebagian besar kuda tidak menaatinya. Mereka langsung saja berlari menuju rumput dan air yang tersedia. Tetapi ada sekelompok kecil kuda yang meskipun lapar dan haus, ketika mendengar aba-aba untuk kembali ke kandang, segera menghentikan larinya dan masuk ke kandang kembali. Melihat hal itu tahulah gembala bahwa kuda-kuda yang kembali masuk ke kandang dengan penuh ketaatan serta dapat menahan haus dan lapar itulah yang merupakan kuda-kuda bibit unggul yang sangat mahal  harganya.

Demikian juga kita yang mau taat sekalipun ada harga yang harus kita bayar. Di mata Tuhan, kita akan menjadi anak-anak-Nya yang sangat berharga.


Baca juga:
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya
Melakukan Perkara Besar
Damai Tenang dalam Iman v.s. Iman yang Gelisah
Apa yang Tidak Bisa YAHWE Kerjakan?
Iman yang Menggoncang Dunia

Jumat, 05 April 2013

Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya

Ia membawa ku keluar ke tempat lapang, Ia menyelamatkan aku, karena Ia berkenan kepadaku. (2 Samuel 22:20)

Ayat di atas adalah perkataan Daud ketika ia telah dilepaskan dari cengkeraman semua musuhnya dan dari cengkeraman Saul. Apa alasan Tuhan menyelamatkan Daud dan memberikan kelegaan di dalam hidupnya? Dalam ayat di atas dikatakan bahwa alasannya adalah karena Tuhan berkenan kepada Daud. Daud adalah orang yang bisa menyentuh hati Tuhan, sehingga Tuhan berkenan memberikan pertolongan, keselamatan dan anugerah yang luar biasa baginya. Demikian juga dengan hidup kita. Kalau kita berjuang untuk menjadi orang yang bisa menyentuh hatinya Tuhan, maka tangan Tuhan juga akan berkarya secara ajaib dalam hidup kita.

Pada tahun 1852 sampai 1870 Perancis diperintah oleh Napoleon III. Pada tahun-tahun terakhir pemerintahannya, berkecamuklah perang dahsyat antara Perancis dan Jerman. Banyak daerah milik Perancis yang direbut dan diduduki oleh pasukan Jerman. Adalah seorang tentara muda Perancis bernama Pierre, ia sangat pandai dalam menembakkan meriam. Tiap kali menembak, sasaran yang dituju pasti hancur berantakan. Suatu hari komandannya yang bernama MacMahon memerintahkan Pierre untuk mengintai dengan teropong. “Apa yang kamu lihat?” tanya MacMahon.
“Saya melihat sebuah rumah, komandan!” Jawab Pierre.
MacMahon melanjutkan, “Menurut keterngan yang kuperoleh rumah itu dahulu milik orang Perancis, tetapi sekarang dijadikan markas tentara Jerman. Jadi, siapkan meriammu dan tembaklah rumah itu sampai hancur!”

Biasanya, begitu mendengar perintah dari atasan, Pierre segera melaksanakannya dengan baik. Tapi kali ini ia tertegun agak lama, bibirnya terkatup, seolah tak mampu mengeluarkan kata-kata. Untunglah segera ia dapat menguasai dirinya, lalu menyiapkan meriamnya dan menembakkannya berkali-kali sehingga rumah itu hancur berkeping-keping. Komandan MacMahon memuji tembakan Pierre itu. Melalui teropongnya ia mlihat tidak ada satu tembakanpun yang meleset. Semua mengenai sasaran dengan baik, rumah itu sekarang sudah rata dengan tanah. Maka munculklah kata-kata pujian dari MacMahon, “Pierre, engkau sungguh hebat. Engkau adalah prajuritku yang paling cakap!”

Tetapi sang komandan terkejut, karena ia melihat Pierre tertunduk di tanah sambil menangis tersedu-sedu. “Hai mengapa engkau menangis? Bukankah seharusnya engkau gembira sebab markas musuh telah dapat kita hancurkan?” demikian tanya MacMahon dengan heran.
Masih dengan tersedu-sedu Pierre menjawab, “Komandan, tahukah engkau bahwa rumah yang saya tembah tadi adalah rumahku sendiri? Dengan susah payah saya menyisihkan gaji saya sebagai prajurit untuk membangun rumah itu, tetapi sekarang rumah itu telah; rata dengan tanah karena tembakanku sendiri.”
MacMahon sangat terkejut mendengar penjelasan itu, tetapi sekaligus membuat Pierre prajurit menjadi sangat istimewa di hatinya. Sebagai prajurit, ia tahu tugas utamanya adalah menaati perintah komandan, maka walaupun sangat berat karena ia harus menghancurkan rumahnya sendiri, perintah itu dilaksanakannya dengan baik. Sebagai penghargaan kepada Pierre, kedudukannya diangkat dan ia menerima hadiah penghargaan yang luar biasa dari komandannya.

Ketika kita bisa menyentuh hati Tuhan, maka hati Tuhan itu akan menggerakkan tangan Tuhan untuk memberkati hidup kita.


Baca juga:
Melakukan Perkara Besar
Damai Tenang dalam Iman v.s. Iman yang Gelisah
Apa yang Tidak Bisa YAHWE Kerjakan?
Iman yang Menggoncang Dunia
Tuhan Bertindak Bukan Berdasarkan Kebutuhan Kita, Melainkan Iman Kita

Kamis, 04 April 2013

Melakukan Perkara Besar

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa. (Yohanes 14:12)

Smith Wigglesworth
Smith Wigglesworth
Siapakah yang tidak kenal dengan Smith Wigglesworth? Jika belum kenal, rasanya sangat perlu untuk mengenal siapa Smith Wigglesworth (1859-1947). Ia adalah fenomena pentakosta, rasul iman, warna negara Inggris yang dipakai Tuhan secara luar biasa. Tanda-tanda heran, mukjizat dan kuasa Tuhan menyertai setiap pelayanannya. Seorang rasul iman yang hidup dan matinyapun memuliakan Tuhan. Selama pelayanannya, roh-roh jahat diusir, sakit penyakit disembuhkan, menggugah hati ribuan orang untuk bertobat dan berpaling kepada Tuhan bahkan membangkitkan orang mati.

Smith Wigglesworth adalah seorang pelayan Tuhan yang membawa fenomena tersendiri di dalam sejarah pemberitaan Injil. Dilahirkan pada tahun 1859 di Menston, Yorkshire, Inggris, ia bertobat di sebuah gereja Wesleyan Methodist di usia 8 tahun, dan mengejar karir dalam bidang perledengan. Ia menikah dengan Polly Featherstone dan mereka mengoperasikan sebuah misi kecil di Bradford, Inggris.

Pada tahun 1907 ia menerima Baptisan Roh Kudus yang mengubah dan memperbarui pelayanannya secara radikal menjadi fenomena yang mendunia. Dia menyampaikan kotbah-kotbahnya dengan penuh kuasa dan disertai dengan tanda-tanda kuasa kepada kebenaran Firman Tuhan. Dia bergantung sepenuhnya akan kuasa Tuhan dan tidak terpengaruh oleh siapapun dan keadaan apapun. Firman dan doa menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan seorang Smith Wigglesworth. Ia kembali kepada Bapa yang dikasihinya pada tahun 1947 tetapi iman dan api rohnya tetap menyala hingga saat ini. Iman, kehidupan dan pelayanannya kiranya menjadi teladan buat kita semua, membakar api roh setiap kita yang merindukan untuk dipakai oleh Tuhan menjadi alat-Nya melakukan perkara-perkara besar di akhir jaman ini.

Kita harus mengerti bahwa jenis iman seperti inilah yang bisa menyentuh hati Tuhan. Mengapa? Sebab bagi Tuhan hanya orang yang imannya berani seperti inilah yang bisa dipakai dalam perkara-perkara yang besar. Sedangkan orang yang imannya hanya untuk mukjizat kecil-kecilan, yang masuk akal, dan yang bisa dilakukan dengan matematika manusia, juga hanya bisa dipakai sejauh imannya itu.

Ingat baik-baik: bagi Yesus, hanya orang yang punya iman besar yang bisa Dia pakai dalam perkara-perkara besar, bisa Dia percaya dengan hal-hal yang besar, dan bisa Dia tempatkan di posisi yang besar. Itu sebabnya jangan sampai kita punya iman kecil-kecilan. Mulai hari ini milikilah iman yang besar, yang sanggup menyentuh hati Tuhan dan menggerakkan tangan Tuhan untuk melakukan mukjizat-mujizat yang besar.


Baca juga:
Damai Tenang dalam Iman v.s. Iman yang Gelisah
Apa yang Tidak Bisa YAHWE Kerjakan?
Iman yang Menggoncang Dunia
Tuhan Bertindak Bukan Berdasarkan Kebutuhan Kita, Melainkan Iman Kita

Rabu, 03 April 2013

Damai Tenang dalam Iman v.s. Iman yang Gelisah

Tuhan itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. (Mazmur 46:2-4)

Aman dalam Tangan Tuhan
Pada abad ke-17 ada sebuah kisah yang diceritakan oleh Oliver Cromwel. Waktu itu Oliver Cromwel menugaskan sekretarisnya untuk menunaikan tugas pekerjaan yang sangat penting di luar negeri. Dalam perjalanan tugasnya itu, sang sekretaris hampir setiap malam tidak bisa tidur, sementara asisten yang mendampinginya bisa tidur nyenyak tanpa suara.

Suatu malam sekretaris itu membangunkan asistennya lalu berkata, “Aku tidak bisa tidur, aku kuatir aku tidak bisa mengerjakan dengan baik tugas yang diberikan oleh bos.”
Lalu asistennya berkata, “Bolehkah aku mengajukan dua pertanyaan kepadamu?”
Sang sekretaris menjawab, “Ya tentu saja.”
“Sebelum kita lahir, apakah Tuhan mengatur dunia ini?”
Sang sekretaris menjawab, “Ya, tentu saja.”
Pertanyaan kedua, “Setelah kita meninggal, apakah Tuhan masih mengatur dunia ini?”
“Ya, tentu saja.” Jawab sang sekretaris.
Asisten berkata, “Kalau begitu, mengapa engkau tidak membiarkan saja Tuhan mengatur semuanya di saat sekarang ini? Mengapa engkau begitu kuatir memikirkan sendiri pekerjaanmu?”
Mendengar jawaban sang asisten, sekretaris itu tersenyum dan mengangguk. Malam itu, ia menyerahkan semua pekerjaan dan usaha yang sudah dilakukannya di tangan Tuhan untuk diatur oleh Tuhan dan setelah itu ia bisa tidur dengan nyenyak.

Tanda dari iman yang besar adalah ketenangan. Namun, berapa banyak orang membiarkan hatinya gelisah sebelum mendapatkan mujizat yang diinginkannya? Banyak orang berkata ia percaya dan beriman, tetapi sebenarnya dalam hatinya masih banyak kebimbangan. Berdoa bukan dengan iman yang damai, tapi dengan iman yang gelisah. Jangan-jangan Tuhan tidak mau mendengar doaku? Bagaimana kalau sampai mukjizat tidak terjadi? Bagaimana kalau ini, bagaimana kalau itu. Berapa banyak orang tidak bisa tidur setiap malam karena hatinya dicekam dengan ketakutan, kebingungan, dan kegelisahan? Inilah yang disebut iman yang gelisah. Dan iman seperti ini tidak pernah bisa menyentuh hati Tuhan. Justru sebaliknya, iman seperti ini membuat Tuhan merasa tidak dipercayai. Itu sebabnya mukjizat tidak kunjung terjadi.

Sebaliknya, iman yang tenang membuat Tuhan Yesus yang berkuasa itu merasa sangat dipercayai. Ketika Yesus dipercayai dengan cara yang seperti ini, hati-Nya tersentuh. Dan kalau hati-Nya tersentuh, tangan-Nya pasti bergerak, dan mukjizat besar pasti terjadi.



Baca juga:
Apa yang Tidak Bisa YAHWE Kerjakan?
Iman yang Menggoncang Dunia
Doa Radikal
Iman yang Berani
Meminta Percaya Menerima
Tuhan Bertindak Bukan Berdasarkan Kebutuhan Kita, Melainkan Iman Kita

Selasa, 02 April 2013

Apa yang Tidak Bisa YAHWE Kerjakan?

Tuhan Kita Besar

“Sesungguhnya, Akulah YAHWE, Tuhan segala makhluk; adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk-Ku?” (Yeremia 32:27)

Seorang dosen senior di sebuah sekolah teologi duduk sebangku di sebuah kereta dengan seorang anak Sekolah Minggu. Ia ingin mengetes seberapa  jauh pengetahuan anak sekolah minggu itu tentang Tuhannya. “Jika engkau bisa memberitahuku apa yang bisa Tuhan kerjakan, aku akan memberimu sebutir apel,” godanya. Setelah berpikir sejenak, anak itu menjawab, “Jika Bapak bisa memberitahuku apa yang tidak bisa Tuhan kerjakan, aku akan memberi Bapak sekeranjang apel.”

YAHWE Maha Kuasa - Membelah Laut Merah
YAHWE Maha Kuasa - Membelah Laut Merah
Pintar juga anak sekolah minggu itu. Ia tahu bahwa Tuhan adalah Tuhan yang Maha Kuasa. Ia bisa melakukan segala perkara, bahkan hal yang tidak mungkin sekalipun. Tidak ada hal yang tidak bisa Tuhan kerjakan. Sejujurnya kita tahu bahwa Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang besar dan sanggup melakukan segala perkara. Meski demikian, kita seringkali membatasi kuasa Tuhan dengan pikiran kita yang terbatas itu. Kita percaya bahwa Tuhan bisa menyembuhkan sakit flu kita, tapi bagaimana kalau kita mengidap penyakit yang dokter sendiri pun sudah angkat tangan? Kita percaya bahwa Tuhan bisa menutup hutang kita yang berkisar pada angka ratusan ribu, tapi bagaimana kalau hutang kita sudah mencapai puluhan juta? Kita percaya bahwa kerikil-kerikil yang ada di depan kita bisa disingkirkan oleh Tuhan, tapi bagaimana kalau yang menghadang kita adalah bongkahan batu masalah yang besar?  Dengan cara pandang kita yang seperti itu seolah-olah Tuhan akan mengeluarkan keringat dingin jika harus berhadapan dengan kanker. Seolah-olah Tuhan akan pusing dan harus menghabiskan beberapa miligram parasetamol untuk memikirkan masalah kita yang sudah sedemikian pelik. Seolah-olah Tuhan sudah siap-siap angkat tangan jika berurusan dengan kemustahilan. Lupakah kita bahwa Ia adalah YAHWE yang besar dan tidak ada sesuatu pun yang mustahil bagi-Nya?

Bagi Tuhan tidak ada sesuatu yang tidak mungkin! Apakah hari ini saudara harus berurusan dengan masalah pelik dan tekanan hidup yang berat? Jangan sampai hal ini membuat iman dan keyakinan kita kepada Tuhan menjadi kendor. Kuatkan dan teguhkan hati kita dan lihatlah bahwa kita memiliki Tuhan yang besar yang sanggup melakukan melampaui segala kemustahilan. Sesekali kita boleh mengingat kisah di atas dan berpikir sederhana, “Hal apakah yang tidak bisa Tuhan kerjakan?”




Baca juga:
Iman yang Menggoncang Dunia
Doa Radikal
Iman yang Berani
Meminta Percaya Menerima
Tuhan Bertindak Bukan Berdasarkan Kebutuhan Kita, Melainkan Iman Kita

Senin, 01 April 2013

Iman yang Menggoncang Dunia


Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan YAHWE, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat.” (Markus 2:12)

Iman yang besar selalu menggoncang dunia. Iman yang besar mampu memutarbalikkan fakta dan logika yang ada. Iman yang besar berjalan melampaui hukum-hukum dunia. Iman Yosua yang besar, mampu menghentikan matahari dan bulan selama 24 jam. Iman Elia yang besar mampu menghentikan hujan selama 3 ½ tahun. Imam Abraham yang besar mampu menjadikannya yang sudah mati pucuk bisa menurunkan keturunan yang besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya. Iman yang besar, membalikkan kemustahilan menjadi sebuah keajaiban.

Lee Myung-Bak, Kim Yoon-Ok
Lee Myung-Bak and his wife, Kim Yoon-Ok
Iman, keyakinan yang kuat dan perjuangan yang tak kenal menyerah, bisa membuat seorang pemuda yang sangat miskin, akhirnya menjadi orang nomor satu di Korea Selatan. Lee Myung Bak, sepanjang hari harus mengisi perutnya dengan ampas gandum gratis dan mengganjalnya dengan banyak air. Di usia remaja, ia menjadi pengasong makanan murahan dan es krim, lalu menjadi buruh bangunan. Meski sangat miskin, ia punya iman dan tekad kuat untuk menempuh pendidikan tinggi. Ia belajar keras demi memperoleh beasiswa SMA> karena prestasinya bagus, dia diterima di Korea University. Untuk biaya kuliah dia bekerja sebagai tukang sapu jalan. Dia lalu bekerja di Hyundai. Kemampuannya mengundang kagum petinggi Hyundai sehingga karirnya terus melesat. Ia berhasil membangun divisi yang dipimpinnya menjadi mesin uang. Setelah 30 tahun di Hyundai, ia masuk menjadi anggota dewan di tahun 1992. Di tahun 2002 ia terpilih menjadi Walikota Seoul. Pada tanggal 25 Februari 2008 ia dilantik sebagai Presiden Korea Selatan.

Lee Myung Bak membuktikan bahwa sekalipun berasal dari keluarga sangat miskin, karena iman dan keyakinannya yang kuat, ia bisa meraih sebuah kesuksesan yang sangat besar. Iman yang besar akan mengundang decak kagum bahkan kemuliaan bagi nama YAHWE.


Baca juga:
Doa Radikal
Iman yang Berani
Meminta Percaya Menerima
Tuhan Bertindak Bukan Berdasarkan Kebutuhan Kita, Melainkan Iman Kita

Minggu, 31 Maret 2013

Tuhan Bertindak Bukan Berdasarkan Kebutuhan Kita, Melainkan Iman Kita

Sebab katanya, “Asal saja kujamah jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. (Markus 5:28-29)

iman yang bertindakBanyak orang hidup dalam kesulitan dan penderitaan di sekeliling kita. Mungkin lebih banyak jumlahnya daripada orang yang hidup dalam kelimpahan dan kebahagiaan. Apakah Tuhan tidak peduli? Apakah Tuhan menutup mata untuk mereka yang sedang dalam kesulitan dan penderitaan ini? Tentu saja tidak. Bukannya Tuhan tidak peduli, bukannya Tuhan tidak mengerti, bukannya Tuhan menutup mata… Namun Tuhan melihat iman, bukan kebutuhan. Tidak semua kebutuhan mendapat jawaban dari Tuhan, karena Tuhan melihat iman. “Di mana ada iman, di sana Tuhan bergerak.”

Sebuah kapal terdampar di suatu pulau yang sangat terpencil. Semua awak setuju bahwa pulau itu sama sekali tidak tercantum di peta mana pun. Kapal dalam keadaan yang sudah rusak dan bocor sehingga tidak memungkinkan untuk dipakai melaut. Menghadapi kenyataan itu, kebanyakan awak kapal merasa pasrah dan menyerah. Mereka mengharapkan suatu hari nanti akan datang pertolongan. “Pasti mereka akan mencari kita… Jangan kuatir… Pasti teman-teman kita akan menemukan kita.” Demikian kata-kata penguatan yang diberikan oleh kapten kapal.

Sementara menunggu pertolongan, mereka berusaha melanjutkan hidup dari semua yang ada di pulau terpencil tersebut. Hingga suatu hati, tiba-tiba sebuah holikopter mendarat dan menemukan para awak kapal yang terdampar ini. Mereka semua bersorak-sorai dan bersukacita. “Nah, betul kan, mereka pasti mencari kita dan mereka pasti menemukan kita!” seru kapten kapal. Namun pilot holikopter segera menjawab, “Maaf Pak, sebenarnya kami sedang tidak mencari awak kapal yang hilang. Bahkan kami tidak menemukan koordinat dari pulau ini. Yang membuat kami akhirnya turun ke pulau ini adalah karena kami melihat kepulan asap yang naik dari pulau ini yang mengisyaratkan S.O.S.” tiba-tiba seorang pemuda maju ke depan dan menjabat tangan sang pilot, “Terima kasih karena mau mempedulikan isyarat asap kami Pak!”

Sang kapten kapal, dengan agak kebingungan, bertanya kepada pemuda tersebut, “Bagaimana kamu tahu kalau di dekat pulau ini sedang ada holikopter yang melintas? Sejak kapan kamu menaikkan isyarat asap?” Sang pemuda, dengan tenang menjawab, “Saya menaikkan isyarat asap sejak hari pertama kita terdampar di pulau ini Pak. Saya tidak tahu kalau hari ini sedang ada holikopter yang melintas. Yang saya tahu bahwa setiap hari saya harus terus berusaha menaikkan isyarat asap, supaya sewaktu-waktu kalau holikopter melintas mereka bisa melihat kita.”

Itulah gambaran iman. Bukan hanya sekadar ada kebutuhan. Tetapi kepercayaan yang diwujudnyatakan dalam tindakan.


Baca juga:
Iman yang Berani
Meminta Percaya Menerima
Jaminan bagi Yang Memberi
Kuasa Persembahan Persepuluhan
Janji Keselamatan Tuhan

Sabtu, 16 Maret 2013

Iman yang Berani

Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Ibrani 11:8


Iman Abraham
Iman Abraham
Dalam sebuah uji coba keberanian, dikumpulkan 12 orang dalam sebuah ruangan gelap dengan penerangan yang sangat minimal. Ketua tim uji coba menunjukkan kepada ke-12 orang ini bahwa di depan mereka, di seberang kolam, ada sebuah medali yang terbuat dari emas murni. Untuk mendapatkannya mereka harus melewati jembatan gantung. Jika gagal dan jatuh ke bawah, tim akan siap menolong mereka. Kemudian ia bertanya kepada mereka, “Siapa yang berani mencoba lebih dahulu?” Mereka saling berbisik dan berdiskusi, namun tidak ada yang berani mengajukan diri. Maka ketua tim bertanya kembali, “Ayo, siapa yang berani mencoba?” 

Tiba-tiba seorang dari mereka maju dan langsung mencoba. Dengan berani dan hati-hati ia meniti jembatan tersebut. Akhirnya ia berhasil mencapai ujung jembatan dan dengan bangga menunjukkan medali emas yang kini berhak dimilikinya.

Setelah itu ketua tim mencoba menghidupkan beberapa lampu. Ia membawa para peserta mendekat ke kolam tersebut. Ternyata di bawah jembatan itu tl digantung jaring transparan yang kuat menahan beban sampai 50 orang. Hanya yang memiliki iman yang berani yang akhirnya bisa mendapatkan medali emas.
Demikian juga  kalau kita memiliki iman yang berani di dalam Tuhan. Iman yang berani itu pasti akan menghasilkan perkara-perkara yang hebat. Mengapa? Sebab iman yang berani meliputi kepercayaan penuh untuk berani melangkah sesuai dengan petunjuk Tuhan, meskipun belum bisa melihat apa yang nantinya akan terjadi. Iman yang berani, berarti percaya dengan teguh bahwa Firman Tuhan itu “ya dan amin” dan pasti terjadi.

Iman yang berani adalah iman yang tidak melihat situasi, kondisi, atau bertanya permasalahan yang sedang dihadapi, tetapi sepenuhnya melihat kepada Pribadi yang sudah berjanji dan pasti akan menggenapinya. Lihatlah kisah Abraham dalam ayat kutipan di atas. Dikatakan bahwa Abraham berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju. Ini adalah sebuah tindakan iman yang berani. Abraham sendiri tidak tahu ke mana ia akan pergi. Yang ia tahu hanyalah bahwa Tuhan menyuruhnya untuk pergi, dan ia percaya kepada perintah Tuhan itu. Itulah iman yang berani. Itulah iman yang menyentuh hati Tuhan. Itulah sebabnya Abraham mengalami hidup yang sangat diberkati Tuhan melimpah-limpah sampai kepada keturunannya.


Baca juga:
Meminta Percaya Menerima
Jaminan bagi Yang Memberi
Kuasa Persembahan Persepuluhan
Janji Keselamatan Tuhan

 

 

 


Jumat, 15 Maret 2013

Pelayanan Menurut Tuntunan YAHWE

Kisah Para Rasul 12:24-13:12

Baca bagian sebelumnya!

Firman Tuhan semakin tersebar dan makin banyak didengar orang (Kis 12:24) oleh karena pewartaan pewartaan dan pelayaan para anggota jemaat pertama dan kesaksian mereka. Disebutkan bahwa dalam jemaat ada beberapa nabi dan pengajar. Dalam Pasal 13 disebutkan bahwa di Anthiokia sendiri ada beberapa nabi dan pengajar, meskipun tidak dirinci siapa yang nabi siapa yang pengajar: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes dan Saulus. Menarik untuk dicatat bahwa salah seorang nabi atau pengajar itu adalah teman raja wilayah Herodes. Jadi pewartaan jemaat pertama menyentuh juga kalangan atas, teman sepengasuhan raja.

Paulus menghardik Baryesus
Paulus menghardik Baryesus
Ayat 2 pasal 13 disebutkan juga dan diulang kembali bahwa jemaat itu beribadah dan berpuasa. Ibadah dan puasa adalah salah satu gaya hidup jemaat pertama. Salah satu dampaknya adalah hubungan yang erat dengan Roh Kudus dan kehidupan jemaat selalu dituntun oleh Roh Kudus. Saat itu pula Roh Kudus menuntun mereka agar Barnabas dan Saulus dikhususkan bagi tugas yang sudah ditentukan oleh Bapa YAHWE. Dan sesudah mereka mendapat tuntunan itupun Kitab Suci mencatat bahwa mereka masih berpuasa dan berdoa kembali (ayat 3) dan setelah mereka meletakkan tangan atas dua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi. Sebuah teladan hidup menggereja yang amat baik: berdoa dan berpuasa untuk tugas misi khusus anggota jemaat dan mereka semua membekali misionaris itu dengan “meletakkan tangan” sebelum utusan itu berangkat pergi.

Tujuan kepergian Barnabas dan Saulus pun ditentukan oleh Roh Kudus (ayat 4). Dicatat bahwa keduanya dibantu oleh Yohanes (ayat 5). Dan dalam kisah selanjutnya ditunjukkan bagaimana tugas penginjilan berhadapan dengan kekuatan kegelapan yang berusaha menghalang-halangi orang untuk mengenal YAHWE, Tuhan yang benar. Di Pafos Barnabas dan Saulus, yang juga disebut Paulus (untuk pertama kalinya Saulus disebut dengan Paulus - ayat 9) dituntun untuk menginjili gubernur. Namun roh jahat, lewat tukang sihir yang bernama Baryesus, atau yang disebut Elimas, berusaha menghalang-halangi agar gubernur mereka agar gubernur itu tidak sampai beriman kepada YAHWE. Dikatakan bahwa Baryesus ini adalah kawan gubernur tersebut, Sergius Paulus. Tentu saja karena ia teman pasti memiliki pengaruh yang besar dan bisa benar-benar menjadi penghalang bagi Barnabas dan Paulus untuk mengenalkan Yeshua kepada gubernur.

Namun di sini kita melihat bagaimana orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh dan bergaul akrab dengan YAHWE menang berhadapan dengan musuh. Penuh dengan Roh Kudus (ayat 9), Paulus menelanjangi kerja iblis yang penuh dengan tipu muslihat dan kejahatan dan oleh kuasa Roh Kudus Paulus menimpakan kebutaan sementara pada Baryesus. Roh Kudus membuat pekerjaan Paulus dan Barnabas menjadi berhasil dengan menyatakan pekerjaan ajaib di hadapan gubernur. Melihat kuasa yang menyertai Paulus, gubernur menjadi percaya dan takjub akan ajaran YAHWE (ayat 12).

Dari penggalan kisah perjalanan Barnabas dan Paulus ini kita bisa belajar:
1. Pentingnya doa dan puasa dalam kehidupan jemaat. Doa dan puasa menjadi praktik hidup sehari-hari dan hal itu membuat hubungan jemaat dengan YAHWE menjadi intim.
2. Hubungan yang intim dengan YAHWE membuat mereka peka dengan tuntungan YAHWE melalui Roh Kudus-Nya.
3. Hubungan yang intim dengan YAHWE membuat Barnabas dan Paulus mengetahui isi hati YAHWE sehingga Paulus tahu apa yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan musuh. Paulus dimampukan YAHWE untuk melakukan nubuat dan diberi kuasa untuk melakukan pekerjaan ajaib termasuk untuk menghajar musuh.
4. Hubungan yang intim dengan YAHWE dan ketaatan dengan YAHWE membuat setiap pekerjaan nabi dan pengajar menjadi berhasil.

Baca bagian selanjutnya.

Baca juga:
Keterlibatan YAHWE dalam Penginjilan Jemaat Mula-Mula
Karya Roh Kudus Tidak Terkungkung Oleh Tradisi dan Hukum
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin
Roh Kudus Menjadi Daya Penggerak Gaya Hidup Jemaat Perdana