Tampilkan postingan dengan label taat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label taat. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Februari 2016

Tuhan Menghendaki Kita Memberi di dalam Kekurangan Kita

Lukas 5:1-8
(1) Pada suatu kali Yeshua berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Elohim. (2) Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. (3) Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. (4) Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." (5) Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (6) Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. (7) Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. (8) Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yeshua dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." (9) Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; (10) demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yeshua kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."

Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan
Petrus sudah semalam-malaman bekerja menjala ikan, namun tidak mendapatkan apa-apa. Namun keesokan paginya Yeshua datang kepadanya dan meminjam perahunya untuk dijadikannya tempat Ia akan berkhotbah kepada orang banyak.

Kejadian ini mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan tidak pernah meminta kita melayanai dalam kelebihan kita. Tetapi di dalam kekurangan kita. Ketika Petrus sudah bekerja keras semalam-malaman dan tidak mendapatkan apa-apa, Yeshua malah kemudian meminjam perahunya. Ketika Petrus dalam keadaan kekurangan, Yeshua memintanya untuk melayani-Nya.

Tetapi Petrus taat dan mau melayani Yeshua di dalam kekurangannya. Ia membiarkan perahunya dipakai Yeshua untuk tempat ia berkhotbah. Kemudian setelah Yeshua selesai berkhotbah, Ia meminta Petrus untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam. Yeshua meminta Petrus untuk melakukan sesuatu yang menurutnya tidak masuk akal, melakukan sesuatu yang bertentangan dengan pemikiran sehat manusia. Karena sudah semalam-malaman ia menebar jala dan tidak mendapatkan apa-apa. Sekarang malah Yeshua memintanya untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam. Sekali lagi Petrus taat dalam kekurangannya, dalam ketidakpahamannya.

Ketaatan Petrus ternyata tidak sia-sia. Ia mendapatkan ikan yang amat melimpah karena tidak saja perahunya ia yang penuh namun perahu temannya pun ikut penuh dengan ikan hasil tangkapannya.

Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan menghendaki kita taat dan rela melayani bahkan di dalam kekurangan kita. Tuhan juga menginginkan kita taat di saat Tuhan menghendaki kita melakukan sesuatu yang menurut pengalaman dan akal sehat manusia sesuatu yang tidak masuk akal atau bahkan sia-sia.

Tuhan menghendaki pelayanan kita dan pengorbanan kita. Ketika kita dalam keadaan mampu dan berlebih dan kita melayani, sebenarnya kita tidak melakukan apa-apa. Namun Tuhan menuntut lebih dari itu, Tuhan menuntut kita memberi dalam kekurangan kita, melayani-Nya di dalam kekurangan kita, berkorban demi pelayanan kepada-Nya di dalam kekurangan kita.

Tuhan melihat ketaatan Petrus dalam kekurangan dan ketidaktahuan dan akhirnya memberikan berkat yang melimpah. Demikian pula, Tuhan menghendaki kita berkorban dalam kekurangan kita untuk melayani Dia dan melakukan kehendak-Nya meskipun hal itu bertentangan dengan akal sehat manusia. Tuhan menginkan kita taat kepada-Nya dan percaya kepada kuasa dan penyelenggaraan-Nya.

Pengorbanan dan ketaatan Petrus tidak hanya mendatangkan berkat bagi dirinya namun juga pengampunan atas dosanya. Berkat yang diterimanya membuat Petrus merasa tidak layak di hadapan Tuhan karena ia adalah seorang yang berdosa. Namun Yeshua mengampuni dosanya dan malah memberikan pelayanan yang lebih besar kepada Petrus dari penjala ikan menjadi penjala manusia.

Ketaatan kita dalam memberi di dalam kekurangan dan keikhlasan kita dalam berkorban di dalam melayani Tuhan serta melakukan kehendak Tuhan dengan penuh ketulusan dan kepercayaan akan dicatat dan dilihat Tuhan. Sebagai balasannya, Tuhan akan melayakkan kita untuk melakukan pelayanan yang lebih besar.


Baca juga:
Teladan Ketaatan dari Emily Gloria Wilson
Mendapatkan Hati Tuhan
Tuhan Tersentuh dengan Ketaatan
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya
Mendengar Tuntunan Gembala

Selasa, 16 April 2013

Teladan Ketaatan dari Emily Gloria Wilson

YAHWE menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Mazmur 37:23)

John Kenneth Galbraith
John Kenneth Galbraith
Dalam autobiografinya, “A Life On Our Times,” John Kenneth Galbraith, seorang tokoh dan ahli ekonomi asal Kanada menceritakan tentang ketaatan yang luar biasa yang ditunjukkan oleh Emily Gloria Wilson, pengurus rumah tangganya:

Hari itu adalah hari yang sangat melelahkan, dan saya meminta Emily untuk menerima setiap telepon yang masuk ketika saya tidur siang. Dalam waktu yang sangat singkat setelah saya mengatakan hal itu kepadanya, telepon berdering. Lyndon Johnson (presiden ke-36 AS) menelepon dari Gedung Putih dan berkata, “Tolong hubungkan saya dengan Ken Galbraith. Ini dari Lyndon Johnson.”
Lalu Emily menjawab, “Dia sedang tidur Pak Presiden… Dia katakan bahwa jangan ada seorang pun yang mengganggu tidur siangnya.”
“Yah baiklah. Tapi sekarang saya ingin anda membangunkan dia. Saya harus berbicara dengannya.” Kata Johnson lagi.
“Tidak bisa Pak Presiden. Saya bekerja bagi dia, bukan bagi anda,” kata Emily.
Saat saya menelepon Pelajaran Agama Katolik Presiden, dalam keadaan tawa yang sudah mereda, ia berkata, “Katakan kepada wanita itu, saya inginkan dia untuk bekerja di Gedung Putih!”

President Lyndon Johnson
President Lyndon Johnson
Manusia seperti Emily Gloria Wilson mungkin sangat langka. Ia tahu apa artinya ketaatan kepada tuannya. Ia tahu apa artinya hati seorang pelayan yang mengabdi kepada tuannya. Yang ia tahu adalah bahwa ia harus taat kepada tuannya, atau kepada siapa ia mengabdi. Orang semacam ini akan mendapat kepercayaan yang sangat besar dari tuannya dan otomatis akan memperoleh berkat serta jaminan dalam hidupnya.

Kita mempunyai Tuan yang kita sanjung, Yesus Kristus. Apa saja yang menjadi perintah-Nya seharusnya kita turuti tanpa protes. Banyak orang ingin berkat, tetapi tidak taat. Padahal berkat datang dari ketaatan pada perintah Tuhan, sedangkan kutuk datang dari ketidaktaatan. Ketaatan adalah sebuah kualitas karakter yang menentukan masa depan seseorang. Sejauh mana saudara diberkati adalah tergantung sejauh mana saudara taat pada Tuhan. Kalau kita memiliki hati hamba yang mengabdi dan taat kepada Tuhan, pasti anugerah, penyertaan, tuntunan dan berkat-berkat Tuhan akan dialirkan kuat di dalam hidup kita.



Baca juga:
Mendapatkan Hati Tuhan
Tuhan Tersentuh dengan Ketaatan
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya
Melakukan Perkara Besar
Damai Tenang dalam Iman v.s. Iman yang Gelisah

Jumat, 12 April 2013

Mendapatkan Hati Tuhan

Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus, maka tangan-Ku tetap dengan dia, bahkan lengan-Ku meneguhkan dia. (Mazmur 89:21-22)

Kita televisi kita sering melihat tayangan ajang pencarian bakat. Di situ banyak kontestan yang bertanding saling menunjukkan bakatnya masing-masing. Di antara ribuan kontestan, hanya dipilih puluhan orang yang bisa mengikuti sesi selanjutnya. Setiap sesi memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dan semakin meningkat. Dan dari puluhan orang tersebut, akhirnya hanya dipilih 5 besar, 3 besar dan akhirnya 1 pemenang. Pemenang tersebut berhasil mendapatkan hati para juri dan para pemirsa acara tersebut. Ketika seorang pemenang terpilih, akhirnya acara tersebut telah menemukan atau mendapatkan seseorang yang pantas menyandang gelar juara yang diberikan oleh acara tersebut.

Daud ditegur oleh Nabi Natan
Daud Taat Ketika Ditegur Tuhan
Demikian juga Daud. Ketika Tuhan melihat hidup Daud, Tuhan mengatakan bahwa “Aku telah mendapat Daud.” Kalau digambarkan, saat itu Tuhan dengan wajah yang berseri-seri berseru: “Akhirnya Aku menemukan orang yang kucari-cari selama ini.” Ketika Tuhan melihat hidup Daud, Daud langsung mendapatkan hati Tuhan. Tuhan melihat Daud yang hatinya begitu percaya dan berserah kepada-Nya sehingga Daud tanpa banyak bertanya taat terhadap kehendak Tuhan.

Kita semua, sadar atau tidak, sedang berada dalam ajang penilaian di hadapan Tuhan. Kita adalah kontestanya. Mereka yang memiliki hati yang taat dan penyerahan penuh terhadap kehendak Tuhan akan mendapat nilai plus di hadapan Tuhan. Akan selalu ada tantangan yang lebih meningkat kesulitannya di tiap level dan harga yang lebih besar untuk dibayar. Kalau kita gagal menaati kehendak Tuhan di sebuah level, maka kita tidak akan masuk ke level berikutnya. Jangan sampai kita terkena ‘eliminasi’ akibat ketidaktaatan kita akan kehendak Tuhan. Taatilah Firman Tuhan dengan hati yang mengasihi Tuhan, sehingga kita bisa mendapatkan hati Tuhan.


Baca juga:
Tuhan Tersentuh dengan Ketaatan
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya
Melakukan Perkara Besar
Damai Tenang dalam Iman v.s. Iman yang Gelisah
Apa yang Tidak Bisa YAHWE Kerjakan?

Kamis, 11 April 2013

Tuhan Tersentuh dengan Ketaatan

Kata YAHWE, “Pergilah ke tanah Moria dengan Ishak, anakmu yang tunggal, yang sangat kaukasihi. Di situ, di sebuah gunung yang akan Kutunjukkan kepadamu, persembahkanlah anakmu sebagai kurban bakaran kepada-Ku.” Keesokan harinya pagi-pagi, Abraham membelah-belah kayu untuk kurban bakaran dan mengikat kayu itu di atas keledainya. Ia berangkat dengan Ishak dan dua orang hambanya ke tempat yang dikatakan Tuhan kepadanya. (Kejadian 22:2-3)

Ketaatan Abraham
Ketaatan Abraham
Sampai hari ini mungkin setiap kita masih geleng-geleng kepala karena kagum akan apa yang dilakukan oleh Abraham. Abraham memiliki ketaatan yang luar bisa, ketaatan yang tidak ditunda-tunda, ketaatan yang langsung. Mungkin sebagian di antara kita berpikir, apakah Abraham tidak punya perasaan? Pasti Abraham juga punya perasaan. Abraham juga manusia. Apalagi Ishak adalah anak yang lahir bagi dia di masa tuanya, anak satu-satunya yang ia punya, seorang anak perjanjian yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Dan ketika Tuhan memintanya untuk mempersembahkan Ishak sebagai kurban bakaran di hadapan TAHWE, Abraham bisa langsung taat. Luar biasa sekali. Inilah yang membuat Tuhan tersentuh hatinya. Inilah yang membuat Tuhan berjanji akan memberkati hidup Abraham dengan melimpah. Abraham berhasil mendapatkan hati Tuhan karena ketaatannya yang luar biasa.

Di seluruh dunia, kuda Arab sangat terkenal sebagai kuda kelas wahid. Oleh karena itu peternakan kuda Arab merupakan suatu usaha besar yang harus diusahakan dengan modal yang besar. Untuk mendapatkan bibit-bibit unggul dari kuda-kuda Arab ini diperlukan suatu cara penanganan yang lain daripada yang lain. Kuda-kuda itu dikumpulkan di dalam sebuah kandang khusus dan selama tiga hari tiga malam kuda-kuda itu sama sekali tidak diberi makan dan minum.  Di luar kandang, para gembala kuda sudah siap menanti. Mereka biasa memberikan aba-aba tertentu kepada kuda-kuda asuhannya dengan memakai semacam terompet tanduk. Misalnya bunyi tertentu merupakan kode untuk para kuda itu pulang kandang, dan bunyi melengking untuk para kuda itu keluar kandang.

Kuda Arab yang Unggul adalah Kuda yang Taat
Setelah tiga hari berlalu pintu kandang dibuka dan dalam jarak kurang lebih 500 meter disediakan rumput yang hijau dan air yang segar. Tentu saja kuda-kuda yang sudah demikian lapar dan haus itu segera berlari menuju makanan dan minuman yang tersedia. Tetapi ketika mereka sedang berlari terdengarlah suatu terompet gembala yang memberi aba-aba kembali ke kandang. Sebenarnya semua kuda sudah terbiasa mendengar suara terompet tanduk itu tiap-tiap hari  dan dalam keadaan yang wajar semua kuda taat terhadap gembalanya. Tetapi dalam keadaan sekarang ketika mereka lapar dan haus luar biasa ternyata mendengar aba-aba kembali ke kandang sebagian besar kuda tidak menaatinya. Mereka langsung saja berlari menuju rumput dan air yang tersedia. Tetapi ada sekelompok kecil kuda yang meskipun lapar dan haus, ketika mendengar aba-aba untuk kembali ke kandang, segera menghentikan larinya dan masuk ke kandang kembali. Melihat hal itu tahulah gembala bahwa kuda-kuda yang kembali masuk ke kandang dengan penuh ketaatan serta dapat menahan haus dan lapar itulah yang merupakan kuda-kuda bibit unggul yang sangat mahal  harganya.

Demikian juga kita yang mau taat sekalipun ada harga yang harus kita bayar. Di mata Tuhan, kita akan menjadi anak-anak-Nya yang sangat berharga.


Baca juga:
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya
Melakukan Perkara Besar
Damai Tenang dalam Iman v.s. Iman yang Gelisah
Apa yang Tidak Bisa YAHWE Kerjakan?
Iman yang Menggoncang Dunia

Jumat, 05 April 2013

Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya

Ia membawa ku keluar ke tempat lapang, Ia menyelamatkan aku, karena Ia berkenan kepadaku. (2 Samuel 22:20)

Ayat di atas adalah perkataan Daud ketika ia telah dilepaskan dari cengkeraman semua musuhnya dan dari cengkeraman Saul. Apa alasan Tuhan menyelamatkan Daud dan memberikan kelegaan di dalam hidupnya? Dalam ayat di atas dikatakan bahwa alasannya adalah karena Tuhan berkenan kepada Daud. Daud adalah orang yang bisa menyentuh hati Tuhan, sehingga Tuhan berkenan memberikan pertolongan, keselamatan dan anugerah yang luar biasa baginya. Demikian juga dengan hidup kita. Kalau kita berjuang untuk menjadi orang yang bisa menyentuh hatinya Tuhan, maka tangan Tuhan juga akan berkarya secara ajaib dalam hidup kita.

Pada tahun 1852 sampai 1870 Perancis diperintah oleh Napoleon III. Pada tahun-tahun terakhir pemerintahannya, berkecamuklah perang dahsyat antara Perancis dan Jerman. Banyak daerah milik Perancis yang direbut dan diduduki oleh pasukan Jerman. Adalah seorang tentara muda Perancis bernama Pierre, ia sangat pandai dalam menembakkan meriam. Tiap kali menembak, sasaran yang dituju pasti hancur berantakan. Suatu hari komandannya yang bernama MacMahon memerintahkan Pierre untuk mengintai dengan teropong. “Apa yang kamu lihat?” tanya MacMahon.
“Saya melihat sebuah rumah, komandan!” Jawab Pierre.
MacMahon melanjutkan, “Menurut keterngan yang kuperoleh rumah itu dahulu milik orang Perancis, tetapi sekarang dijadikan markas tentara Jerman. Jadi, siapkan meriammu dan tembaklah rumah itu sampai hancur!”

Biasanya, begitu mendengar perintah dari atasan, Pierre segera melaksanakannya dengan baik. Tapi kali ini ia tertegun agak lama, bibirnya terkatup, seolah tak mampu mengeluarkan kata-kata. Untunglah segera ia dapat menguasai dirinya, lalu menyiapkan meriamnya dan menembakkannya berkali-kali sehingga rumah itu hancur berkeping-keping. Komandan MacMahon memuji tembakan Pierre itu. Melalui teropongnya ia mlihat tidak ada satu tembakanpun yang meleset. Semua mengenai sasaran dengan baik, rumah itu sekarang sudah rata dengan tanah. Maka munculklah kata-kata pujian dari MacMahon, “Pierre, engkau sungguh hebat. Engkau adalah prajuritku yang paling cakap!”

Tetapi sang komandan terkejut, karena ia melihat Pierre tertunduk di tanah sambil menangis tersedu-sedu. “Hai mengapa engkau menangis? Bukankah seharusnya engkau gembira sebab markas musuh telah dapat kita hancurkan?” demikian tanya MacMahon dengan heran.
Masih dengan tersedu-sedu Pierre menjawab, “Komandan, tahukah engkau bahwa rumah yang saya tembah tadi adalah rumahku sendiri? Dengan susah payah saya menyisihkan gaji saya sebagai prajurit untuk membangun rumah itu, tetapi sekarang rumah itu telah; rata dengan tanah karena tembakanku sendiri.”
MacMahon sangat terkejut mendengar penjelasan itu, tetapi sekaligus membuat Pierre prajurit menjadi sangat istimewa di hatinya. Sebagai prajurit, ia tahu tugas utamanya adalah menaati perintah komandan, maka walaupun sangat berat karena ia harus menghancurkan rumahnya sendiri, perintah itu dilaksanakannya dengan baik. Sebagai penghargaan kepada Pierre, kedudukannya diangkat dan ia menerima hadiah penghargaan yang luar biasa dari komandannya.

Ketika kita bisa menyentuh hati Tuhan, maka hati Tuhan itu akan menggerakkan tangan Tuhan untuk memberkati hidup kita.


Baca juga:
Melakukan Perkara Besar
Damai Tenang dalam Iman v.s. Iman yang Gelisah
Apa yang Tidak Bisa YAHWE Kerjakan?
Iman yang Menggoncang Dunia
Tuhan Bertindak Bukan Berdasarkan Kebutuhan Kita, Melainkan Iman Kita

Jumat, 08 Februari 2013

Mendengar Tuntunan Gembala

Domba-domba-Ku mendengarkan suaa-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku, dan Aku memberikan hidupp yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun idak akan merebut mereka dari tangan-Ku. (Yohanes 10:27-28)

Domba ikuti Gembala
Dalam ayat di atas dikatakan bahwa doma-doma YAHWE pasti akan mendengarkan suara-Nya dan mereka akan mengikuti Sang Gembala, di mana Sang Gembala menuntun domba-Nya menuju kepada hidup yang kekal. Meskipun trkadang kita belum mengerti akan tununan Sang Gembala, etapi kalau kita sungguh-sungguh mempercayakan hidup kita kepada Sang Gembala, maka apapun tuntunan-Nya dalam hidup kita, kita akan berani melangkah sesuai dengan petunjuk-Nya.

Seorang misionari di Afrika mempunyai seorang anak yang bernama Philip. Anak itu sedang bermain-main di kebun dan tiba-tiba ayahnya melihat bahwa Philip dalam keadaan bahaya, maka ayahnya langsung berteriak, "Philip, tiarap!" Anak itu berbuat tanpa bertanya. "Sekarang merangkaklah ke mari secepat mungkin!" Anak itu tetap mematuhinya. "Sekarang berdiri dan berlarilah ke mari!" Anak itu menjalankan perintah ayahnya dan berakhir dalam pelukannya.Saat itu Philip melihat ke belakang ke tempat di mana ia bermain. Di pohon, tampak menggantung seekor ular sepanjang 5 meter. Misalkan anak itu bertanya dulu, "Mengapa ayah? Apakah aku perlu melakukannya sekarang?" Kemungkinan besar sudah terlambat dan ia sudah dibunuh oleh ular itu.

Mendengar tuntunan Sang Gembala meliputi ketaatan tanpa banyak bertanya. Kepercayaan kita yang 100% terhadap kasih dan kebaikan-Nya akanmembuat kita tidak ragu-ragu melangkah sesuai dengan petunjuk-Nya. Ketika kita menjadikan Tuhan sebagai Gembala Agung kita, maka kita sebagai domba-domba-Nya akan melihat kebaikan-Nya, mengecap keindahan-Nya, dan akhirnya, kita akan merasakan kebaikan dan kasih yang melampaui segala pengertian dan pengetahuan, dan yang akan menyertai sepanjang hidup kita.

Baca juga:
Dituntun ke Padang Berumput Hijau
Tuntunan Melewati Lembah Kelam
Mengikuti Gembala
Yeshua Gembala yang Baik
Menjadi Domba yang Baik



Rabu, 30 Januari 2013

Mengikuti Gembala


Disuruh-Nya umat-Nya berangkat seperti domba-domba, dipimpin-Nya mereka seperti kawanan hewan di padang gurun; dituntun-Nya mereka dengan tenteram, sehingga tidak gemetar, sedang musuh mereka dilingkupi laut (Mazmur 78:52-53)

Seekor domba memiliki sifat yang berbeda dengan bebek. Domba akan selalu berjalan di belakang Gembalanya, sedangkan bebek akan berjalan di depan Gembalanya. Artinya, domba suka mengikuti Gembalanya, sedangkan bebek suka mendahului Gembalanya.

Apakah selama ini kita seperti domba yang suka mengikuti Gembala Agung kita? atau kita seperti bebek yang berjalan mendahului Gembala Agung kita? Kita lebih suka mendapatkan petunjuk Tuhan terlebih dahulu, baru kemudian melangkah? atau kita lebih suka melangkah dulu, baru minta Tuhan untuk menyertai dan memberkati langkah yang kita ambil itu? Ingat, domba yang baik adalah mengikuti Gembalanya, dan bukan mendahului Gembalanya.

Seorang murid yang pandai namun berasal dari keluarga yang tidak mampu mendapat beasiswa untuk melanjutkan SMP ke Singapore. Mendengar kabar ini, tentu saja ia maupun keluarganya sangat senang sekali. Mereka tidak pernah menyangka bahwa anaknya bisa sekolah sampai ke luar negeri.

Namun setelah itu orang tua dari anak ini ingat bahwa mereka harus menghadapkan perkara ini kepada Tuhan terlebih dahulu, apakah Tuhan memang menghendaki anaknya berangkat ke Singapore atau tidak. Mereka tidak ingin mendahului Tuhan Sang Gembala Agung di dalam mengambil keputusan. Lalu mereka sekeluarga sepakat untuk berdoa puasa. Dalam doa puasa itu, setiap malam mereka membangun mezbah keluarga. Di akhir doa puasa itu, mereka mendapatkan peneguhan bahwa Tuhan tidak menghendaki sang anak untuk berangkat ke Singapore, karena usianya yang masih terlalu belia dan masih rentan untuk dibiarkan hidup sendiri tanpa bimbingan orang tua, dan karena tidak ada satu pun orang yang mereka kenal di Singapore yang bisa bertanggung jawab atas kerohanian anaknya ini.

Meskipun harus melepas berkat ini.namun semuanya merasa damai sejahtera. Dan ternyata Tuhan memang menyatakan rencana-Nya yang indah pada waktunya. Anaknya meskipun tidak jadi menerima beasiswa ke Singapore, tetapi ternyata juga bisa menerima beasiswa untuk bersekolah di salah satu SMP elite yang ada di kota tersebut. Bahkan di tahun-tahun itu, anak ini menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi dan dibaptis. Bukan hanya itu saja, anak ini mulai terlibat aktif di dalam pelayanan dan hidupnya dipakai Tuhan secara luar biasa untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Orang tuanya sangat bersyukur, sekalipun dulu mereka harus melepaskan kesempatan anaknya mendapat beasiswa di Singapore, tetapi pengenalan pribadi anaknya akan Tuhan Yesus adalah jauh lebih penting, sebab itulah yang akan menentukan dasar di mana kehidupan anaknya akan dibangun.Mereka bersyukur, Sang Gembala Agung telah menuntun mereka mengambil keputusan yang terbaik.




Baca juga:
Yeshua Gembala yang Baik
Menjadi Domba yang Baik
YAHWE Adalah Gembalaku
Berkat bagi Orang yang Bergaul Akrab dengan YAHWE
YAHWE Sumber Berkat




Senin, 15 Oktober 2012

Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin

Kisah Para Rasul 5:26-42

Baca bagian sebelumnya!

Pada bagian sebelumnya kita belajar bahwa tanda-tanda dan mukjizat dan perbuatan ajaib menyertai kehidupan para rasul. YAHWE secara ajaib ikut campur tangan di dalam kehidupan para rasul. Pada bagian ini kita akan belajar tentang ketaatan kepada YAHWE diperhadapkan dengan otoritas dunia, pemimpin agama.

Petrus dan para rasul sudah ditangkap dan dipenjara, namun dilepaskan secara ajaib oleh malaikat dan atas perintah YAHWE mereka mengajar di Serambi Salomo. Para rasul itu sebelumnya telah mendapat larangan dari Mahkamah Agama untuk tidak mengajar orang banyak dalam nama YAHShUA. Namun mereka taat kepada YAHWE yang menyuruh mereka untuk tetap mengajarkan firman yang hidup. Mereka kemudian ditangkap kembali dan Mahkamah Agama menegaskan bahwa mereka tidak boleh mengajar dalam nama YAHShUA. Terhadap larangan yang disampaikan Imam Besar itu Petrus mengatakan:

Kis 5:29 "Kita harus lebih taat kepada Elohim dari pada kepada manusia. 5:30 Elohim nenek moyang kita telah membangkitkan Yahshua, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. 5:31 Dialah yang telah ditinggikan oleh Elohim sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. 5:32 Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Elohim kepada semua orang yang mentaati Dia."

Kita melihat sebuah keberanian yang luar biasa yang ditunjukkan oleh Petrus. Tentu kita masih ingat bagaimana Petrus pernah menyangkal YAHSHUA sebelum penyaliban itu t erjadi. Namun kini, Petrus bukan saja menolak larangan untuk memberitakan firman hidup namun juga mengungkapkan sebuah kebenaran di depan para imam dan Mahkamah Agama bahwa mereka telah bersalah karena telah membunuh YAHSHUA yang sebenarnya adalah Pemimpin dan Juruselamat yang diutus YAHWE untuk pertobatan Israel. Petrus juga mengatakan bahwa mereka adalah saksi. Petrus mengatakan "kami" artinya ia sendiri dan Roh Kudus. Kita menjadi tahu bahwa sumber keberanian yang luar biasa tersebut adalah kekuatan dari Roh Kudus yang menyertai Petrus.

Tentu saja perkataan Petrus itu amat menusuk hati para imam karena tanpa basa basi Petrus menuding kesalahan mereka. Jika bukan karena nasehat Gamaliel, seorang ahli Taurat yang dihormati, Petrus dan para rasukl yang lain pastilah sudah dibunuh oleh Mahkamah Agama. Akhirnya mereka disesah (ayat 40). Dan apa reaksi Petrus dan rasul-rasul yang lain?

5:41 Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama YAHSHUA. 5:42 Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang YAHSHUA yang adalah Mesias.

Terhadap penyesahan yang mereka terima, mereka merasa senang karena telah dianggap layak untuk ikut menderita penghinaan oleh karena nama YAHSHUA.Bukannya mengikuti apa yang diperintahkan oleh para imam dalam Mahkamah Agama, Petrus dan para rasul setiap hari mengajar orang banyak dan memberitakan Injil tentang YAHSHUA.

Hari ini kita belajar bahwa memberitakan firman hidup, memberitakan Injil tentang YAHSHUA, memberitakan nama YAHSHUA adalah wujud dari ketaatan kita kepada YAHWE. Kita akan dimampukan untuk taat ketika kita membiarkan hidup kita dituntun oleh Roh Kudus, ketika pengurapan YAHWE melalui Roh Kudus-Nya ada pada kita, ketika kita menjadi saksi bersama Roh Kudus. Kita juga harus sadar bahwa memberitakan nama YAHSHUA memiliki risiko langsung terhadap hidup kita. Petrus dan para rasul telah disesah, dan bahkan nyaris dibunuh, karena mereka memberitakan nama YAHSHUA.

Bersama Roh Kudus kita akan lebih bisa taat kepada YAHWE dan bahkan diberi kekuatan untuk menentang otoritas yang jahat yang jelas-jelas menghalangi kehendak YAHWE.

Baca bagian selanjutnya!

Baca juga:
Ketaatan Para Rasul Berhadapan dangan Otoritas Agama dan Dunia
Mukjizat Menjadi Unsur Utama dalam Pelayanan dan Penginjilan
Motivasi Pelayanan: Belajar dari Ananis dan Safira
Cara Hidup Jemaat Pertama: Semua Milik Semua
Cara Hidup Jemaat yang Pertama

Senin, 08 Agustus 2011

Bagaimanakah Yeremia Dipanggil Menjadi Nabi?


Firman Yahwe datang kepada Yeremia:
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." (Yeremia 1:5). 

Namun Yeremia merasa tidak pandai bicara sebab ia masih muda. Dan terhadap keraguan Yeremia ini Yahwe berkata:
"Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau." (ayat 7-8).

Yahwe tidak hanya berkata, tetapi juga langsung bertindak:
Lalu Yahwe mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku: Yahwe berfirman kepadaku: "Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu." (ayat 9)

Yahwe sudan mengenal kita sebelum kita lahir. Yahwelah yang membentuk kita dalam rahim ibu kita. Dan Yahwe menguduskan kita sebelum kita lahir. Yahwe juga sudah menetapkan tujuan hidup kita sebelum kita dilahirkan.

Kadang kita merasa ragu atas panggilan hidup kita. Kita mungkin merasa tidak mampu, tidak pandai bicara, merasa masih terlalu muda untuk diutus. Tetapi firman Yahwe hari ini menyatakan bahwa apa pun kondisi kita, keadaan kita, perasaan kita Yahwe telah menetapkan suatu tujuan mulia di dalam hidup kita masing-masing. Yahwe telah membentuk kita untuk tujuan atau tugas hidup kita. Yahwe telah mengenal kita. Dia tahu persis kemampuan yang telah diberikan-Nya kepada kita. Dan Yahwe telah menguduskan kita untuk tujuan hidup tersebut.

Kita mungkin ragu dengan kemampuan kita sendiri. Tetapi hari ini ditegaskan oleh Firman Yahwe bahwa yang perlu kita lakukan hanyalah taat kepada-Nya. Ketika kita diutus, kita harus pergi. Ketika kita diperintah, kita harus melakukannya. Yahwe akan menaruh perkataan-perkataan-Nya di dalam mulut kita. Yahwe akan memampukan kita untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas kita.

Meskipun kita merasa tidak mampu, namun dalam Firman hari ini jelas bahwa yang dibutuhkan hanyalah ketaatan untuk melaksanakan perintah-Nya. Pada saatnya, Yahwe sendirilah yang akan memampukan kita.

Dari sini kita juga belajar, bahwa kadang kita dibiarkan merasa tidak mampu untuk melaksanakan tugas-tugas kita dan kemampuan itu baru diberikan Yahwe saat kita taat melaksanakan kehendak-Nya. Dari sini ada pelajaran penting: perasaan tidak mampu akan menjauhkan kita dari rasa sombong. Seandainya kemampuan itu diberikan melekat pada diri kita, besar kemugkinan kita akan menjadi sombong. Jika kita karena kemampuan kita sudah merasa siap untuk melaksanakan tugas-tugas kita, maka kita akan jatuh ke dalam dosa kesombongan. Barangkali Yahwe memang sengaja tidak memberikan kemampuan itu melekat dalam diri kita, agar kita tidak sombong dan hanya taat dan percaya kepada-Nya saja.

Baca juga:
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe
Kita Kuat Karena Yahwe Menopang: Belajar dari Yesaya 40 
Yesus Segera Memberikan Pertolongan