Diterjemahkan dari 3 Lessons From The Psalmist On Rediscovering God oleh TE Hanna
Bagian Pertama dari Seri Terobosan
Membaca Kitab Suci setiap hari? Hal ini mungkin merupakan disiplin rohani yang paling sulit untuk dipertahankan. Bukan berarti bahwa hal ini merupakan tindakan yang sulit dilakukan. Saudara hanya diminta untuk membuka halaman Kitab Suci dan biarkan mata saudara menjelajah seluruh huruf-hurufnya. Tidak, bukan pelaksanaan mekanis hariannya yang menjadi tantangan, melainkan konsistensinya.
Alkitab menantang kita. Kadang-kadang, itu bisa sangat menyegarkan, memunculkan kelaparan yang hebat akan Firman Tuhan yang sebelumnya telah tertidur. Lain kali, Alkitab menyerang kita. Karena mengungkapkan kegelapan tersembunyi kita, memaksa kita untuk menghadapi bidang-bidang diri kita yang tetap kita sembunyikan. Dan kemudian, ada saat-saat di mana Kitab Suci itu hanya membingungkan. Bisa menjadi sulit untuk menarik makna modern dari sebuah naskah kuno dengan keteraturan. Sejujurnya, hal itu dapat menghabiskan tenaga, prosesnya menjadi menakutkan, dan bisa sulit untuk tetap mempertahankan semangat dan gairah awal saat kita pertama kali melakukannya.
Penulis Mazmur 119 memahami hal ini. Dalam pasal terpanjang dari seluruh Alkitab ini, kita menemukan sebuah puisi epik yang memuji kehadiran YAHWE dalam Kitab Suci. Tepat sekitar ayat kesembilan belas, kita menemukan ungkapan yang sangat menarik ini:
"Aku ini orang asing di dunia, janganlah sembunyikan perintah-perintah-Mu terhadap aku." (Mzm 119:19)
Bagi bangsa Ibrani, tanah yang dijanjikan itu bukanlah properti yang menjadi milik mereka. Itu adalah milik YAHWE, di mana mereka tinggal sebagai penyewa ilahi. Dengan demikian, mereka sering berbicara tentang kehadiran Tuhan di antara mereka dan, di seluruh Mazmur dan seluruh Kitab Suci, kita mendengar permohonan ini agar Elohim tidak menyembunyikan wajah-Nya.
Tapi tidak di sini. Di sini, permohonanya berbeda. Ini mengacu ke hadirat ilahi Elohim yang terungkap melalui tulisan Kitab Suci , dan mengingatkan kita akan dua hal yang sangat penting:
Kitab Suci yang memperkenalkan kehadiran Elohim
Bahwa kadang-kadang, Tuhan tampaknya disembunyikan
Jadi bagaimana kita menemukan Tuhan yang tersembunyi ini? Yeremia berjanji kepada kita bahwa Elohim akan ditemukan ketika kita mencari-Nya (Yer 29:13), jadi bagaimana kita melakukannya?
Syukurlah, Pemazmur yang sama memberi kita tiga pendekatan untuk menemukan kembali wajah YAHWEH.
1. "Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang ..." (Mazmur 119:18)
Pendekatan paling langsung bagi kita adalah melalui studi Kitab Suci. Di sekolah Alkitab, kita menggunakan metode-metode yang melibatkan pengkajian budaya, bahasa, konteks, genre, dan pengaruh-pengaruh langsung yang mengenai penulis dan pembaca. Dalam renungan pribadi, kita jarang melangkah sejauh ini. Sering, kita hanya membaca suatu perikop dan menanyakan "apa artinya?" Dalam studi yang lebih terbimbing, kita bisa menggunakan catatan kaki dan acuan-silang dalam Kitab Suci.
Kuncinya adalah observasi intensional. Kita membaca untuk mencari arti dan informasi. Kita berusaha memahami Kitab Suci dan apa yang disampaikan kepada kita. Sering, kita akan mengakhiri studi semacam itu dengan banyak pertanyaan. Pertanyaan semacam itu bagus, membawa kita masuk lebih dalam.
Proses studi intensional membantu kita membuka mata kita, dan untuk melihat hal-hal berkaitan dengan TUHAN.
2. “supaya aku hidup, dan aku hendak berpegang pada firman-Mu" (Mazmur 119:17)
Erat terkait dengan studi adalah aplikasi. Tidak cukup hanya mengumpulkan informasi. Sebagai orang Kristen, Kitab Suci hanya akan bermakna ketika hal itu diwujudkan dalam hidup kita. Sehingga pemazmur mengaitkan keduanya menjadi satu: "supaya aku hidup dan berpegang."
3. “hamba-Mu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu” (Mazmur 119:23)
Pendekatan ketika yang diberikan Pemazmur adalah meditasi atau renungan. Meditasi bagi bangsa Ibrani kuno amat berbeda dengan yang kita pahami sekarang. Bagi banyak di antara kita, gagasan meditasi memunculkan gambaran biksu timur yang bernyanyi bersama atau filsuf New-AGe yang menekankan pengosongan pikiran.
Renungan Kitab Suci amat berbeda. Meditasi Kitab Suci adalah mendalami satu ayat atau prinsip, refleksi secara intensional terhadap janji Kitab Suci. Ini semacam mengunyah permen keras, menikmati rasa yang berbeda ketika kita membolak-balik permen di dalam mulut kita, membiarkannya meleleh secara perlahan di mulut kita.
Ketika kita merenungkan janji-janji TUHAN, kita kembali ke janji tersebut lagi dan lagi, mengucapkannya di dalam pikiran kita dan dalam ingatan kita. Meditasi adalah membiarkan ayat atau janji menetap di dalam inti keberadaan kita.
Itulah mengapa Pemazmur menyebutkan renungan di tengah kekacauan. Hanya dalam menerungkan janji-janji TUHAN kita akan menemukan kedamaian di masa-masa yang tidak pasti. Merenungkan janji TUHAN akan membentuk kita menjadi laki-laki dan wanita-Nya TUHAN.
Alkitab dapat menguras kita, itu benar. Pergumulan mental dengan teks terus-menerus sering secara pribadi dapat menantang dan kadang secara intelektual melelahkan dan dapat menguras energi kita. Ironisnya, dalam Kitab Suci kita juga menemukan penyegaran. Ketika kita belajar untuk memodifikasi pendekatan kita, kita tidak hanya menemukan penyegaran yang diberikan firman TUHAN, tapi kita menemukan bahwa ada banyak hal yang belum kita temukan.
Dan itu yang membuat latihan layak dilakukan.
adalah penulis Raising Ephesus: Christian Hope for a Post-Christian Age dan telah menerbitkan banyak artikel di web mengenai iman dan budaya.
Saatnya kudatang kepada-MU ya YAHWE, Tuhan Penyelamatku, Pelindung dan Penebusku. Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain.
Tampilkan postingan dengan label Kitab Suci. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kitab Suci. Tampilkan semua postingan
Rabu, 14 Januari 2015
Jumat, 05 Oktober 2012
Penginjil Menghadapi Tantangan dan Ancaman Dunia Luar
Kisah Para Rasul 4:23-31
Baca bagian sebelumnya
Pada bagian sebelumnya, kita belajar bagaimana Roh Kudus mennjadikan hidup kita menjadi berkat bagi orang lain. Sekarang kita akan belajar bagaimana jemaat mula-mula menghadapi tantangan dan ancaman dari dunia luar sebagai reaksi terhadap penginjilan yang mereka lakukan.
Petrus dan Yohanes ditangkap dan dihadapkan ke depan sidang oleh para tua-tua setelah melakukan mukjizat, menyembuhkan orang lumpuh, dan berkotbah di serambi Salomo (Kis 3). Di sini ada fakta menarik, bahwa meskipun jelas-jelas bahwa para tua-tua dan ahli-ahli Taurat itu menyaksikan adanya mukjizat yang dikerjakan oleh para rasul itu, hal ini tidak menggerakkan ati mereka untuk bertobat. Sebaliknya, mereka memerintahkan dengan ancaman agar keduanya tidak mengajar dan berbicara lagi dalam nama Yashua (Kis 4:17-18,21).
Menghadapi pengalaman ini yang dilakukan para rasul adalah:
1. Petrus dan Yohanes menceriakan pengalaman itu kepada jemaat yang lain (Kis 4:23).
Hal ini berbicara mengenai sharing iman. Segala sesuatu yang dialami oleh penginjil diceritakan atau dibagikan kepada penginjil yang lain. Pengalaman yang dibagikan ini akan memperkaya anggota jemaat yang lain.
2. Jemaat berdoa memohon kekuatan (Kis 4:24-30)
Mendengar kesaksian Petrus dan Yohanes, jemaat berdoa dan berseru kepada YAHWE. Doa mereka berorientasi kepada pemenuhan kehendak YAHWE (ayat 28). Mereka menyerukan kesulitan dan tantangan yang mereka hadapi kepada YAHWE dan memohon keberanian untuk tetap memberitakan Firman YAHWE (ayat 29).
3. Jemaat mengaitkan pengalaman mereka dengan nubuat yang ditemukan dalam Kitab Suci (Kis 4:25-27)
Di sini kita belajar bagaimana menghadapi situasi riil yang kita hadapi dengan nubuat Kitab Suci. Para rasul memberi kita teladan untuk selalu berpaing kepada Firman Kitab Suci di dalam memaknai setiap pengalaman hidup kita.
4. Mereka meminta YAHWE untuk mengerjakan lebih banyak tanda-tanda dan mukjizat oleh nama YAHSUA (Kis 4:30)
Jemaat mula-mula sadar akan arti penting tanda-tanda dan mukjizat dalam mendukung efektivitas penginjilan yang mereka lakukan. Mereka terus memohon terjadinya mukjizat menyertai setiap langkah penginjilan mereka.
Dan sebagai jawaban atas doa dan keungguhan hati mereka, YAHWE memenuhi mereka dengan Roh Kudus sehingga tempat di mana mereka berdoa menjadi bergoyang. Roh Kudus itulah yang membuat mereka memberitakan firman YAHWE dengan penuh keberanian.
Baca bagian selanjutnya!
Baca juga:
Roh Kudus Menjadikan Hidup Kita Menjadi Berkat bagi Orang Lain
Nilai Strategis Mukjizat dalam Penginjilan
Penyembuhan Menjadi Bagian Integral Gereja Mula-Mula
Pola Kesaksian Gereja Mula-Mula
Pentakosta, Ciri-Ciri Pekerjaan Roh Kudus
Baca bagian sebelumnya
Pada bagian sebelumnya, kita belajar bagaimana Roh Kudus mennjadikan hidup kita menjadi berkat bagi orang lain. Sekarang kita akan belajar bagaimana jemaat mula-mula menghadapi tantangan dan ancaman dari dunia luar sebagai reaksi terhadap penginjilan yang mereka lakukan.
Petrus dan Yohanes ditangkap dan dihadapkan ke depan sidang oleh para tua-tua setelah melakukan mukjizat, menyembuhkan orang lumpuh, dan berkotbah di serambi Salomo (Kis 3). Di sini ada fakta menarik, bahwa meskipun jelas-jelas bahwa para tua-tua dan ahli-ahli Taurat itu menyaksikan adanya mukjizat yang dikerjakan oleh para rasul itu, hal ini tidak menggerakkan ati mereka untuk bertobat. Sebaliknya, mereka memerintahkan dengan ancaman agar keduanya tidak mengajar dan berbicara lagi dalam nama Yashua (Kis 4:17-18,21).
Menghadapi pengalaman ini yang dilakukan para rasul adalah:
1. Petrus dan Yohanes menceriakan pengalaman itu kepada jemaat yang lain (Kis 4:23).
Hal ini berbicara mengenai sharing iman. Segala sesuatu yang dialami oleh penginjil diceritakan atau dibagikan kepada penginjil yang lain. Pengalaman yang dibagikan ini akan memperkaya anggota jemaat yang lain.
2. Jemaat berdoa memohon kekuatan (Kis 4:24-30)
Mendengar kesaksian Petrus dan Yohanes, jemaat berdoa dan berseru kepada YAHWE. Doa mereka berorientasi kepada pemenuhan kehendak YAHWE (ayat 28). Mereka menyerukan kesulitan dan tantangan yang mereka hadapi kepada YAHWE dan memohon keberanian untuk tetap memberitakan Firman YAHWE (ayat 29).
3. Jemaat mengaitkan pengalaman mereka dengan nubuat yang ditemukan dalam Kitab Suci (Kis 4:25-27)
Di sini kita belajar bagaimana menghadapi situasi riil yang kita hadapi dengan nubuat Kitab Suci. Para rasul memberi kita teladan untuk selalu berpaing kepada Firman Kitab Suci di dalam memaknai setiap pengalaman hidup kita.
4. Mereka meminta YAHWE untuk mengerjakan lebih banyak tanda-tanda dan mukjizat oleh nama YAHSUA (Kis 4:30)
Jemaat mula-mula sadar akan arti penting tanda-tanda dan mukjizat dalam mendukung efektivitas penginjilan yang mereka lakukan. Mereka terus memohon terjadinya mukjizat menyertai setiap langkah penginjilan mereka.
Dan sebagai jawaban atas doa dan keungguhan hati mereka, YAHWE memenuhi mereka dengan Roh Kudus sehingga tempat di mana mereka berdoa menjadi bergoyang. Roh Kudus itulah yang membuat mereka memberitakan firman YAHWE dengan penuh keberanian.
Baca bagian selanjutnya!
Baca juga:
Roh Kudus Menjadikan Hidup Kita Menjadi Berkat bagi Orang Lain
Nilai Strategis Mukjizat dalam Penginjilan
Penyembuhan Menjadi Bagian Integral Gereja Mula-Mula
Pola Kesaksian Gereja Mula-Mula
Pentakosta, Ciri-Ciri Pekerjaan Roh Kudus
Label:
gereja perdana,
jemaat mula-mula,
jemaat pertama,
keberanian,
kesaksian,
Kisah Para Rasul,
Kitab Suci,
mukjizat,
nubuat,
penginjilan
Senin, 20 Agustus 2012
Pola Kesaksian Gereja Mula-Mula
Baca bagian sebelumnya!
Pada awal pasal 1 Kisah Para Rasul, Yesus mengatakan bahwa "Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kis 1:8). Dalam Pasal 2 apa yang dikatakan Yesus benar-benar terjadi. Petrus, yang pada waktu penangkapan Yesus sempat menyangkal-Nya sampai 3 kali, kini berani berdiri dan bersaksi mengenai Yesus. Kalau dahulu Petrus takut kalau orang mengetahui bahwa ia adalah murid Yesus, sekarang Petrus berani mengakuinya di hadapan ribuan orang. Dengan suara nyaring Petrus bahkan membuka kesaksiannya dengan kata-kata ini: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu sekalian yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkaraanku ini" (ayat 14). Sebuah pembukaan kotbah yang amat sangat keras dan berani.
Bahkan tidak hanya sekadar mengakui bahwa ia adalah murid-Nya, tetapi malah berani mengecam para pembunuh Yesus dan menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Kristus. Jadi benar bahwa Roh Kudus yang diberikan YAHWE memberikan keberanian untuk bersaksi. Dahulu Petrus takut dikenali jadi dirinya sebagai murid Yesus, sekarang ia berani membela dan membenarkan apa yang terjadi dalam dirinya dan murid-murid Yesus yang lain.
Pada pasal 2 Kisah Para Rasul, seperti juga telah kita pelajari pada bagian sebelumnya, menjadi semakin jelas bahwa Gereja Mula-Mula kuat berdasar pada Kitab Suci. Petrus mencoba menjelaskan keanehan atau mukjizat yang sedang terjadi pada para rasul dan murid Yesus dengan mengingat Yoel 2:28-32: "Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan. Juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu. Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di langit dan di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu. Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan TUHAN; dan setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas." Petrus mencoba menjelaskan bahwa mukjizat yang sekarang mereka saksikan adalah penggenapan dari Kitab Suci. Bahwa YAHWE akan mencurahkan Roh-Nya dan mengadakan banyak mukjizat, orang akan bernubuat, mendapat penglihatan, dan bermimpi. Selanjutnya Petrus juga mengacu kepada Kitab Suci ketika menjelaskan mengapa Yesus disalib, mati, namun akhirnya bangkit (Mazmur 16:8-11), dan duduk di sebelah kanan YAHWE (Mazmur 110:1), menjadi Tuhan dan Kristus.
Di akhir kotbah Petrus, dicatat bahwa orang-orang akhirnya membuka hati dan bertanya kepada Petrus: apa yang harus kami perbuat? Dan di akhir kesaksian itu, ada kira-kira 3000 orang meminta dirinya dibaptis. Sebuah kesaksian atau penginjilan yang benar-benar efektif.
Dari sini kita belajar mengenai pola kesaksian Gereja Perdana.
Pertama, kesaksian mereka digerakkan oleh Roh Kudus yang memberikan keberanian kepada para murid dan
Kedua, Roh Kudus melengkapi kesaksian mereka dengan perbuatan-perbuatan ajaib,
Ketiga, para murid menjelaskan dan membela iman mereka dengan mengacu kepada Kitab Suci.
Jadi hendaklah kita sebagai murid Kristus menjadi saksi kesalamatan-Nya. Pertama dengan membiarkan Roh Kudus tercurah atas diri kita dan memberikan keberanian kepada kita, serta melengkapi kesaksian kita dengan perbuatan ajaib-Nya. Nah pada ayat 38-39 dinyatakan bagaimana kita bisa menerima Roh Kudus: bertobat, memberi diri dibaptis dalam nama Yesus agar dosa kita diampuni, untuk menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kitalah janji itu diberikan, juga bagi anak-anak kita dan bagi keturunan kita. Bagian ini mestinya meyakinkan kita bahwa YAHWE rindu mencurahkan Roh-Nya kepada kita, anak-anak kita, keturunan kita, karena kepada kitalah janji itu diberikan, untuk menjadi saksi keselamatan-Nya.
Baca juga:
Pentakosta, Ciri-Ciri Pekerjaan Roh Kudus
Gereja Mula-Mula Mendasarkan Diri pada Kitab Suci
Gereja Perdana Adalah Sekumpulan Orang Yang Bertekun Sehati ...
Roh Kudus Menjadi Daya Penggerak Gaya Hidup Jemaat Perdana
Gereja Mula-Mula Mendasarkan Diri pada Kitab Suci
Gereja Perdana Adalah Sekumpulan Orang Yang Bertekun Sehati ...
Roh Kudus Menjadi Daya Penggerak Gaya Hidup Jemaat Perdana
Label:
bersaksi,
gereja perdana,
jemaat mula-mula,
jemaat pertama,
Kitab Suci,
mukjizat,
murid Yesus,
Roh Kudus
Rabu, 15 Agustus 2012
Gereja Mula-Mula Mendasarkan Diri pada Kitab Suci
Kisah Para Rasul 1:15-26
Baca bagian sebelumnya!
Pada 2 bagian sebelumnya dalam pembahasan kita mengenai gereja perdana atau jemaat mula-mula, kita belajar bahwa gereja pertama mendasarkan pelayanan mereka pada Roh Kudus dan mereka bertekun dan sehati dalam doa bersama untuk menantikan kedatangan Roh Kudus. Di bagian akhir dari pasal 1 ini, kita belajar bahwa gereja mula-mula mengambil tindakan dengan selalu mengacu kepada petunjuk Kitab Suci.Kita juga belajar bahwa ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan menjabat fungsi pelayanan tertentu.
Pada waktu itu Petrus memimpin pemilihan pengganti Yudas dengan mengawali proses itu sambil mengatakan: "Hai saudara-saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu." Jadi di sini jelas bahwa Petrus mengajak jemaat untuk mencari pengganti Yudas karena Kitab Suci sudah menyatakannya kepada mereka. Tindakan Petrus itu mengacu kepada Mazmur 109:8 (Biarlah umurnya berkurang, biarlah jabatannya diambil orang lain).
Juga perlu dicatat bahwa Petrus mengatakan "haruslah genap nas Kitab Suci". Ini menegaskan bahwa ketika kita belajar Kitab Suci, membaca atau mendengar, hal itu tidak hanya untuk menambah pengetahuan, namun terlebih-lebih kita harus menggenapinya, harus melakukan apa yang sudah menjadi Firman Yahwe.
Dalam memahami situasi yang dihadapi kemudian mencari dasar dari Kitab Suci untuk mengambil tindakan terhadap situasi yang ada, tidak jarang kita salah menafsirkan atau salah mengerti atau salah memilih bagian Kitab Suci. Hal inipun terjadi pada Petrus. Pada ayat 20 Petrus mengutip "Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya..." Tampaknya di sini Petrus mengutip Mazmur 69:26 yang berbunyi "Biarlah perkemahan mereka menjadi sunyi, dan biarlah kemah-kemah mereka tidak ada penghuninya." Memang Petrus kurang akurat dalam mengutip nas tersebut, dari "mereka" menjadi "nya". Tetapi justru hal ini semestinya membesarkan hati kita bahwa yang penting bukan keakuratan kita dalam mengutip dan menerapkan nas atau ayat Kitab Suci tetapi semangat dasar kita untuk selalu mengacu kepada Kitab Suci dalam mengambil tindakan.
Dari bagian akhir Kisah 1 kita juga belajar bahwa untuk mengangkat seseorang untuk menduduki jabatan tertentu di dalam pelayanan rohani, gereja mula-mula menerapkan suatu persyaratan. Untuk jabatan rasul, Petrus memberikan syarat berikut (ayat 21-22): "seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya." Dari sini kita belajar bahwa kita tidak bisa menyerahkan jabatan pelayanan rohani kepada sembarang orang. Harus ada kriteria-kriteria tertentu yang membuatnya layak untuk jabatan tersebut.
Baca juga:
Gereja Perdana Adalah Sekumpulan Orang Yang Bertekun Sehati Berdoa Bersama
Roh Kudus Menjadi Daya Penggerak Gaya Hidup Jemaat Perdana
Cara Hidup Jemaat yang Pertama
Doa Sepakat
Baca bagian sebelumnya!
Pada 2 bagian sebelumnya dalam pembahasan kita mengenai gereja perdana atau jemaat mula-mula, kita belajar bahwa gereja pertama mendasarkan pelayanan mereka pada Roh Kudus dan mereka bertekun dan sehati dalam doa bersama untuk menantikan kedatangan Roh Kudus. Di bagian akhir dari pasal 1 ini, kita belajar bahwa gereja mula-mula mengambil tindakan dengan selalu mengacu kepada petunjuk Kitab Suci.Kita juga belajar bahwa ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan menjabat fungsi pelayanan tertentu.
Pada waktu itu Petrus memimpin pemilihan pengganti Yudas dengan mengawali proses itu sambil mengatakan: "Hai saudara-saudara, haruslah genap nas Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu." Jadi di sini jelas bahwa Petrus mengajak jemaat untuk mencari pengganti Yudas karena Kitab Suci sudah menyatakannya kepada mereka. Tindakan Petrus itu mengacu kepada Mazmur 109:8 (Biarlah umurnya berkurang, biarlah jabatannya diambil orang lain).
Juga perlu dicatat bahwa Petrus mengatakan "haruslah genap nas Kitab Suci". Ini menegaskan bahwa ketika kita belajar Kitab Suci, membaca atau mendengar, hal itu tidak hanya untuk menambah pengetahuan, namun terlebih-lebih kita harus menggenapinya, harus melakukan apa yang sudah menjadi Firman Yahwe.
Dalam memahami situasi yang dihadapi kemudian mencari dasar dari Kitab Suci untuk mengambil tindakan terhadap situasi yang ada, tidak jarang kita salah menafsirkan atau salah mengerti atau salah memilih bagian Kitab Suci. Hal inipun terjadi pada Petrus. Pada ayat 20 Petrus mengutip "Biarlah perkemahannya menjadi sunyi, dan biarlah tidak ada penghuni di dalamnya..." Tampaknya di sini Petrus mengutip Mazmur 69:26 yang berbunyi "Biarlah perkemahan mereka menjadi sunyi, dan biarlah kemah-kemah mereka tidak ada penghuninya." Memang Petrus kurang akurat dalam mengutip nas tersebut, dari "mereka" menjadi "nya". Tetapi justru hal ini semestinya membesarkan hati kita bahwa yang penting bukan keakuratan kita dalam mengutip dan menerapkan nas atau ayat Kitab Suci tetapi semangat dasar kita untuk selalu mengacu kepada Kitab Suci dalam mengambil tindakan.
Dari bagian akhir Kisah 1 kita juga belajar bahwa untuk mengangkat seseorang untuk menduduki jabatan tertentu di dalam pelayanan rohani, gereja mula-mula menerapkan suatu persyaratan. Untuk jabatan rasul, Petrus memberikan syarat berikut (ayat 21-22): "seorang dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga meninggalkan kami, untuk menjadi saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya." Dari sini kita belajar bahwa kita tidak bisa menyerahkan jabatan pelayanan rohani kepada sembarang orang. Harus ada kriteria-kriteria tertentu yang membuatnya layak untuk jabatan tersebut.
Baca juga:
Gereja Perdana Adalah Sekumpulan Orang Yang Bertekun Sehati Berdoa Bersama
Roh Kudus Menjadi Daya Penggerak Gaya Hidup Jemaat Perdana
Cara Hidup Jemaat yang Pertama
Doa Sepakat
Langganan:
Postingan (Atom)