Tampilkan postingan dengan label kasih setia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kasih setia. Tampilkan semua postingan

Kamis, 06 Juni 2013

Perwahyuan YAHWE bagi Jemaat di Efesus: Janganlah Idealisme Menghilangkan Kasih Mula-Mula

First Love: A HIstoric Gathering of Jesus Music Pioneers A New Kind of Love  1st Timothy - 'United in a Common Purpose' (First Love Discipleship Series)



Wahyu 2:2-3
Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.

Jemaat Efesus adalah jemaat yang memiliki standar yang tinggi. Mereka mau bekerja keras, tekun. Oleh karena standarnya yang tinggi ini, mereka tidak mentolerir orang yang jahat maupun orang yang menafik. Mereka tidak bisa sabar terhadap orang jahat dan menguji orang "yang baik" untuk mengetahui kemurnian orang tersebut. Dan mereka menemukan bahwa banyak orang yang menyebut diri rasul ternyata adalah pendusta. Jemaat Efesus juga sabar dalam penderitaan karena Nama YAHWE. Mereka bekerja dan melayani tanpa mengenal lelah.

Gambaran ini merupakan sebuah gambaran yang sempurna dari suatu jemaat. Sabar melayani, tabah menderita, tidak kenal lelah, tidak mau kompromi, dan menginginkan suatu kelompok jemaat yang tanpa cacat. Mereka tidak membiarkan orang jahat berada di tengah-tengah mereka dan tidak bisa mentolerir (tidak sabar terhadap) orang-orang yang demikian. Mereka juga tidak menerima begitu saja orang yang memiliki maksud baik (mengaku diri sebagai rasul) sebelum menguji ketulusan dan kesungguhan mereka dan tidak pernah membiarkan adanya pendusta di tengah-tengah mereka. Mereka menjadi saksi YAHWE dan pelayan yang setia. Mereka juga membenci ajaran sesat (pengikut Nikolaus, ayat 6), yang juga dibenti oleh YAHWE.

Tetapi ternyata terhadap jemaat yang "sempurna" ini YAHWE memiliki catatan negatif:

Wahyu 2:4-5
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

YAHWE menunjukkan bahwa jemaat yang memiliki standar tinggi ini ternyata menghadapi sebuah risiko yang cukup serius: mereka bisa meninggalkan kasih yang mula-mula. Dan ... ternyata, YAHWE mengingatkan, jemaat yang memiliki standar yang sangat tinggi ini bisa jatuh ... dan tidak sekadar jatuh ... mereka bisa jatuh amat sangat dalam.

Kehilangan kasih mula-mula bagi YAHWE merupakan suatu dosa yang serius, suatu kejatuhan yang cukup dalam,  sehingga orang yang mengalaminya harus segera bertobat. Dan kehilangan kasih mula-mula itu gampang menghinggapi orang-orang atau jemaat yang memegang standar yang tinggi. Kenapa? Karena jemaat yang demikian memiliki harapan yang tinggi. Orang yang memiliki harapan yang tinggi di sisi lain akan sangat mudah dibuat kecewa oleh harapannya sendiri. Kekecewaan terhadap orang lain yang mereka anggap memiliki banyak kelemahan dan yang kurang sempurna. Mereka gampang terfokus kepada kekurangan dan kelemahan dan bukannya kepada sesuatu yang baik dan yang positif. Mereka bisa menjadi terlalu peka terhadap setiap kelemahan dan menjadi terlalu kritis .... dan akibatnya mereka menjadi gampang sekali untuk kecewa.

Akibat lebih jauh dari kekecewaan ini adalah hilangnya kasih mula-mula. ... dan YAHWE tidak berkenan kepada jemaat yang meninggalkan kasih yang mula-mula. YAHWE mengingatkan kepada jemaat Efesus untuk segera bertobat .. untuk segera memulihkan kasih mula-mula ... untuk melakukan kembali apa yang semula mereka lakukan (ayat 5). YAHWE mengingatkan bahwa kekecewaan yang dibiarkan terlalu lama menguasai akan membuat jemaat kehilangan "kaki dian". Kaki dian berbicara mengenai hidup yang menjadi terang, hidup yang menjadi berkat, hidup yang menjadi saksi YAHWE. Dengan kata lain, kekecewaan bisa merenggut semuanya yang masih ada: kesetiaan dalam bersaksi dan melayani.



The Pastor's First Love: And Other Essays on a High and Holy Calling First Love



Baca juga:
The Story of Love: Mengasihi Tuhan
Memberi Adalah Bukti Kasih
Melayani Karena Kasih
Pembelaan Iman Stefanus di Hadapan Mahkamah Agama
Rahasia Keberhasilan Daud: Mengasihi dan Menaati Perintah Yahwe

 

 

 




Minggu, 10 Februari 2013

Memberi Adalah Bukti Kasih

Giving: How Each of Us Can Change the World 29 Gifts: How a Month of Giving Can Change Your Life


Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (Yohanes 15:13)

Ada sebuah pepatah yang mengatakan ‘Kita bisa memberi tanpa mengasihi, tetapi tidak mungkin bisa mengasihi tanpa memberi.’ Memberi adalah bukti kasih. Ketika kita memberi kepada anak kita, atau kepada orang tua kita, atau kepada kekasih/suami/istri kita, maka kita melakukannya karena kita mengasihi mereka. Memberi adalah respon yang otomatis dari mengasihi.

Suatu pagi yang sunyi di Korea tiba-tiba dipecahkan oleh suara mortir yang jatuh di atas sebuah rumah yatim piatu. Atapnya  hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng berhamburan ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka. Ada seorang gadis yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Tim medis didatangkan dan mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan gadis itu secepatnya adalah darah.

Setelah melihat arsip di rumah yatim piatu itu, dokter mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu dan menanyakan, “Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk gadis kecil ini?” anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter memohon, “Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya untuk teman kalian, karena jika tidak ia akan meninggal.” Akhirnya ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.

Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah. “Tenang saja, tidak akan sakit kok,” kata perawat itu. Lalu dokter mulai memasukkan jarum, ia mulai menangis. “Apakah sakit?” tanya dokter itu. Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. “Aku telah menyakiti bocah ini.” Kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya.

Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu. “Apakah sakit?”
Bocah itu menjawab, “Tidak, tidak sakit.”
“Lalu kenapa kamu menangis?” tanya dokter itu.
“Karena aku sangat takut untuk meninggal.” Jawab bocah itu.
Dokter itu tercengang. “Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?”
Dengan air mata mengalir di pipinya, bocah itu menjawab, “Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku.”
Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, “Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?”
Sambil tetap menangis ia berkata, “Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya.”

Memberi adalah bukti kasih. Ketika kita mengasihi, maka kita tidak akan tahan untuk tidak memberi. Sekalipun seluruhnya harus dikorbankan.

Memberi adalah bukti kasih. Memberi adalah respon otomatis dari mengasihi.

Bapa kami bersyukur Engkau sudah memberikan bukti kasih-Mu kepada kami dengan memberikan Anak-Mu yang tunggal untuk menebus dosa kami. Kami rindu membalas kasih-Mu dengan mengasihi Engkau lebih lagi dan memberikan yang terbaik bagi-Mu. Di dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin

Baca juga:
Kuasa Memberi: Tuhan yang Pertama dalam Keuangan
Pemberi yang Hebat
Memberi maka Akan Diberi

Giving to God: The Bible's Good News about Living a Generous Life The Art of Giving: Where the Soul Meets a Business Plan

Senin, 28 Januari 2013

YAHWE Adalah Gembalaku

Footprints: Scripture with Reflections Inspired by the Best-Loved Poem Footprints Poster in the Sand Motivational Art Print (16x20)


YAHWE adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (Mazmur 23:1)

Isadore Sofer adalah seorang putra Kristen Ibrani. Dalam suatu program anak-anak, Isadora kecil diberi kesempatan untuk mengucapkan di luar kepala Mazmur 23. Dia sudah hafal di luar kepala isi Mazmur 23 itu, tetapi begitu menghadapi hadirin yang banyak jumlahnya, dia grogi. Meskipun demikian, karena dia adalah seorang anak yang berani, dia mulai berkata: "YAHWE adalah gembalaku, takkan kekurangan aku."Sampai di sini ia berhenti. Dia mencoba mengingat ayat berikutnya, tetapi gagal. Akhirnya, setelah saat-saat yang memalukan, dia berkata, "Saya kira ini sudah cukup!"

Pelajaran rohani yang luar biasa! Jika YAHWE adalah gembala kita, maka apa lagi yang masih kita butuhkan? Mengapa? Karena anugerah-Nya akan Dia curahkan melmpah dalam hidup kita sehingga kita tidak akan pernah kekurangan sesuatu yang baik. Masalah boleh tetap ada, tantangan boleh tetap menghadang, pergumulan boleh tetap mengiringi, tetapi penyertaan dan pemeliharaan YAHWE Sang Gembala Agung jauh lebih besar dan berkuasa dari semuanya itu. Sehingga kita dibawa dari kemenangan kepada kemenangan, dari kemuliaan kepada kemuliaan.

Margaret Fishback - penulis The Footprints
Margaret Fishback, penulis sajak "Footprints" sungguh-sungguh memiliki pengalaman nyata bagaimana YAHWE menjadi Gembala yang baik dalam hidupnya. Margaret sangat pendek dan kecil untuk ukuran orang Kanada. Tinggibadannya hanya 147 cm. Tubuhnya ramping dan wajahnya halus seperti anak kecil. Itulah sebabnya ia menjadi bulan-bulanan di dalam kelasnya, terutama oleh dua orang teman perempuannya yang berbadan besar. Margaret pernah dijatuhkan, lalu perutnya diduduki dan digelitiki sampai hampir kehabisan nafas. Belum lagi gurunya yang sering memukulnya dengan tongkat kayu gara-gara ia sering salah melafalkan bahasa Inggris dengan logat Jerman, karena ayah Margaret adalah orang Jerman. Dalam ketakutan-ketakutannya itulah Margaret datang pada YAHWE dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan Sang Gembala Agung sampai ia akhirnya menulis sebuah sajak yang sangat terkenal berjudul "Footprints":

Melintasi langit yang gelap tergambarlah adegan kehidupanku.
Di setiap adegan, aku melihat dua pasang jejak kaki di atas pasir, satu milikku satu milik Tuhan.
Ketika sampai di adegan terakhir kehidupanku, kembali aku melihat ke belakang kepada jejak-jejak kaki yang ada di atas pasir.
Ternyata aku melihat hanya ada sepasang jejak kaki, dan itu adalah saat-saat di mana aku mengalami hal-hal yang paling menyedihkan dna paling buruk dalam hidupku.
Ini sangat menggelisahkan aku, dan aku bertanya kepada Tuhan.
"Tuhan, Engkau berkata bahwa ketika aku mengikuti Engkau, Engkau berjanji akan berjalan bersamaku senantiasa. Tetapi ternyata di saat yang paling buruk dalam hidupku, aku melihat hanya ada sepasang jejak kaki. Aku tidak mengerti, mengapa di saat justru aku paling membutuhkan-Mu, Engkau malah meninggalkan aku."
Lalu Tuhan berbisik, "Anak-Ku terkasih, Aku mengasihi-Mu dan tidak pernah sekalipun meninggalkanmu, bahkan ketika engkau harus menghadapi pergumulan dan tantangan dan engkau hanya melihat sepasang jejak kaki, itu adalah jejak kaki-Ku yang sedang menggendong engkau."

Baca juga:
Yeshua Gembala yang Baik
Menjadi Domba yang Baik
YAHWE Adalah Gembalaku
Berkat bagi Orang yang Bergaul Akrab dengan YAHWE
YAHWE Sumber Berkat

Footprints for Women Footprints Scripture with Reflections for Women

Selasa, 22 Januari 2013

Melayani Karena Kasih

Karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)

Tuhan mengasihi, maka Ia memberikan Anak-Nya bagi kita. Tuhan Yeshua mengasihi, maka Ia melayani jiwa-jiwa. Ia bahkan rela memberikan nyawa-Nya bagi kita yang dikasihi-Nya. Melayani berarti mengasihi dan melayani berarti memberi. Memberikan waktu kita, perhatian kita, mengorbankan perasaan kita, bahkan apa yang kita ingini sendiri, untuk orang lain. Bukan karena terpaksa, tapi karena kasih. Melayani berarti memberikan apa yang kita sendiri butuhkan untuk orang lain karena kasih.

Dilihat dari usianya Pak Suyatno tidak muda lagi, 58 tahun. Kesehariannya ia merawat isrinya yang juga telah usia. Mereka menikah lebih dari 32 tahun. Mereka dikaruniai 4 orang anak. Lalu mulailah cobaan datang. Sesudah melahirkan anaknya yang keempat tiba-tiba kaki istrinya lumpuh, tidak bisa digerakkan lagi. Seluruh hidupnya jadi lemah, lidahnya pun tidak dapat digerakkan. Tiap-tiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia meletakkan istrinya di depan TV agar isrinya tidak jadi kesepian. Walaupun istrinya tidak dapat berbicara, namun ia senantiasa melihat istrinya tersenyum. Untunglah tempat usaha pak Suyatno tida terlalu jauh dari rumahnya hingga sianghari ia bisa pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya ia pulang memandikan istrinya, mengganti baju dan menemani istrinya nonton TV sembari menceritakan apa-apa yang dia alami seharian. Meskipun istrinya sendiri hanya dapat memandang namun hati Pak Yatno sudah cukup senang. Kebiasaan ini dikerjakan pak Suyatno kurang lebih 25 tahun, namun dengan sabar ia merawat istrinya dan membesarkan keempat anak mereka.

Inilah yang namanya melayani keluarga. Inilah kasih yang sejati itu. Tanpa kasih Tuhan memenuhi hati kita, kita tidak mungkin mengasihi dan melayani seperti itu. Tanpa kasih Elohim, kita tidak akan mampu untuk berkorban dan mengalahkan ego kita sendiri.

Hari ini mintalah kasih Tuhan memenuhi hati Anda sehingga Anda dimampukan untuk mengasihi dan melayani keluarga Anda. Bukan dengan kasih kita yang terbatas, tapi dengan kasih Elohim yang tak terbatas. Seorang pria sejati, seorang imam dalam keluarga, bersedia melayani keluarga lebih dahulu. Dan teladan kita ialah Tuhan Yeshua. Dia terlebih dahulu mengasihi kita, sehingga kita pun mengasihi Dia. Dia terlebih dahulu berkorban bagi kita, sehingga kita un juga rela berkorban bagi Dia. Dia terlebih dahulu melayani kita, sehingga kita pun juga melayani Dia.

Doa untuk hari ini
Bapa yang baik, beri kami kasih-Mu yang tak trbatas sehingga kami bisa mengasihi dan melayani keluarga kami dengan penuh ketlusan hati. Ajar kami juga untuk menghargai kasih dan perhatian yang orang lain berikan kepada kami. Mampukan kami melihat yang baik dari keluarga kami, bukan hanya melihat kelemahan mereka. Ajar kami bersyukur buat keluarga kami. Terima kasih untuk keluarga yang terbaik yang Tuhan berikan bagi kami. dalam nama Tuhan Yeshua kami berdoa. Amin.

Baca juga:
Dipanggil untuk Melayani
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Pelayanan kepada Janda-Janda dalam Jemaat Mula-Mula
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin
The Story of Love: Mengasihi Tuhan

Selasa, 23 Oktober 2012

Pembelaan Iman Stefanus di Hadapan Mahkamah Agama

Kisah Para Rasul 7

Baca bagian sebelumnya!

Pada bagian sebelumnya bagaimana Stefanus menjalankan pelayanan meja, yakni pembagian kebutuhan para janda, yang dipercayakan keadanya, namun juga sekaligus menjalankan tugas memberikan kesaksian serta melayani jemaat melalui tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Tindakannya itu mendatangkan iri dan dengki di kalangan jemaat Yahudi sehingga mereka menangkap Stefanus dan menghadapkannya ke Mahkamah Agama.

Stefanus membela imannya di hadapan imam-imam
Pembelaan Iman Stefanus
Pada bab 7 ini kita melihat bagaimana Stefanus melakukan pembelaan imannya di hadapan para imam dalam sidang Mahkamah Agama. Ia secara singkat mengutarakan sejarah keselamatan mulai dari bagaimana YAHWE memanggil Abraham sampai dengan zaman Salomo. Intinya Stefanus ingin membuat para imam sadar akan apa yang sedang terjadi, yang merupakan pengulangan sejarah kebodohan dan kebebalan bangsa Israel dalam menanggapi rencana keselamatan yang sudah selalu dan sekarang ini sedang dikerjakan YAHWE untuk bangsa Israel. Stefanus menunjukkan bahwa selama ini, selama berabad-abad, bangsa Israel telah menentang karya Roh Kudus. Ia memperingatkan dari sejarah bagimana nabi-nabi yang diutus YAHWE ditolak telah dan bahkan dibunuh oleh bangsa pilihan-Nya. Dan hal yang sama sekarang ini sedang dilakukan oleh bangsa Israel yang telah menolak dan membunuh Orang Benar, yakni YAHSHUA, yang diutus YAHWE untuk menjadi penebus dan mesias (ayat 52).

Kita tahu apa reaksi para imam terhadap kritik pedas yang disampaikan Stefanus. Stefanus berusaha menunjukkan warisan dosa yang sekarang ini juga sedang berkuasa atas bangsanya dan berharap agar mereka sadar akan warisan dosa tersebut namun usahanya itu tidak berhasil membukakan hati para imam. Sebaliknya, terhadap kebenaran yang diwartakan oleh Stefanus, mereka menutup telinga (ayat 57) dan menyeretnya keluar dan merajamnya.

Di sini kita belajar bahwa kebenaran yang kita sampaikan bisa disalahpahami dan membuat orang marah. Dalam kisah Stefanus, kemarahan tersebut berujung kepada kematian Stefanus yang setia melayani YAHSHUA.

Bapa, jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka!
Stefanus Dirajam
Di akhir bab 7 Kisah Para Rasul, ada sebuah sikap yang sangat penting untuk kita pelajari dari saksi YAHSHUA yang berani dan setia ini. Terhadap para penganiayanya, para pembunuhnya, Stefanus berdoa kepada YAHWE agar YAHWE tidak menanggungkan dosa pembunuhan itu kepada para pelaku pembunuhan tersebut.

Hubungan intim Stefanus dengan YAHWE memberinya kekuatan untuk tetap setia dan berani bersaksi dan menyampaikan kebenaran. Hubungan yang intim dengan Roh Kudus memberikannya ketulusan dan kasih yang melimpah sehingga ia sanggup untuk selalu siap sedia memberikan pengampunan dan mendoakan kebaikan bagi orang-orang yang menyakiti, mengkhianati, dan menganiayanya.

Nyata bahwa keberanian Stefanus untuk membukakan dan menelanjangi kejahatan orang lain didorong oleh kasih yang tulus, kasih Agape, dengan doa dan harapan agar orang tersebut mau sadar dan berbalik dari kejahatannya. Keberaniannya dan kesetiaannya tidak didorong oleh kesombongan rohani melainkan oleh kasih yang tulus terhadap jiwa-jiwa yang terhilang.

Hendaklah setiap pelayanan dan kesaksian, serta teguran yang kita berikan kepada orang lain, benar-benar didasari oleh kasih yang tulus demi kebaikan orang yang kita layani, kita beri kesaksian, atau kita tegur. Sikap hati yang demikian bersumber dari kasih yang sejati kepada YAHWE dan hubungan yang intim dengan Roh Kudus-Nya. Dan YAHWE meneguhkan kasih yang demikian dengan menyatakan Diri-Nya kepada orang yang amat mengasihi-Nya (ayat 56).

Baca bagian selanjutnya!



Baca juga:
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Pelayanan kepada Janda-Janda dalam Jemaat Mula-Mula
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin
Ketaatan Para Rasul Berhadapan dangan Otoritas Agama dan Dunia  

Rabu, 17 Oktober 2012

10 Perintah YAHWE


Musa menerima 10 Perintah ini dalam 2 loh batu:

20:1 Lalu Elohim mengucapkan segala firman ini:
20:2 "Akulah YAHWE, Elohimmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
20:3 Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, YAHWE, Elohimmu, adalah Elohim yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
20:7 Jangan menyebut nama YAHWE, Elohimmu, dengan sembarangan, sebab YAHWE akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
20:8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
20:9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
20:10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat YAHWE, Elohimmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
20:11 Sebab enam hari lamanya YAHWE menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya YAHWE memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
20:12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan YAHWE, Elohimmu, kepadamu.
20:13 Jangan membunuh.
20:14 Jangan berzinah.
20:15 Jangan mencuri.
20:16 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
20:17 Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."

Amin