Minggu, 31 Maret 2013

Tuhan Bertindak Bukan Berdasarkan Kebutuhan Kita, Melainkan Iman Kita

Sebab katanya, “Asal saja kujamah jubah-Nya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. (Markus 5:28-29)

iman yang bertindakBanyak orang hidup dalam kesulitan dan penderitaan di sekeliling kita. Mungkin lebih banyak jumlahnya daripada orang yang hidup dalam kelimpahan dan kebahagiaan. Apakah Tuhan tidak peduli? Apakah Tuhan menutup mata untuk mereka yang sedang dalam kesulitan dan penderitaan ini? Tentu saja tidak. Bukannya Tuhan tidak peduli, bukannya Tuhan tidak mengerti, bukannya Tuhan menutup mata… Namun Tuhan melihat iman, bukan kebutuhan. Tidak semua kebutuhan mendapat jawaban dari Tuhan, karena Tuhan melihat iman. “Di mana ada iman, di sana Tuhan bergerak.”

Sebuah kapal terdampar di suatu pulau yang sangat terpencil. Semua awak setuju bahwa pulau itu sama sekali tidak tercantum di peta mana pun. Kapal dalam keadaan yang sudah rusak dan bocor sehingga tidak memungkinkan untuk dipakai melaut. Menghadapi kenyataan itu, kebanyakan awak kapal merasa pasrah dan menyerah. Mereka mengharapkan suatu hari nanti akan datang pertolongan. “Pasti mereka akan mencari kita… Jangan kuatir… Pasti teman-teman kita akan menemukan kita.” Demikian kata-kata penguatan yang diberikan oleh kapten kapal.

Sementara menunggu pertolongan, mereka berusaha melanjutkan hidup dari semua yang ada di pulau terpencil tersebut. Hingga suatu hati, tiba-tiba sebuah holikopter mendarat dan menemukan para awak kapal yang terdampar ini. Mereka semua bersorak-sorai dan bersukacita. “Nah, betul kan, mereka pasti mencari kita dan mereka pasti menemukan kita!” seru kapten kapal. Namun pilot holikopter segera menjawab, “Maaf Pak, sebenarnya kami sedang tidak mencari awak kapal yang hilang. Bahkan kami tidak menemukan koordinat dari pulau ini. Yang membuat kami akhirnya turun ke pulau ini adalah karena kami melihat kepulan asap yang naik dari pulau ini yang mengisyaratkan S.O.S.” tiba-tiba seorang pemuda maju ke depan dan menjabat tangan sang pilot, “Terima kasih karena mau mempedulikan isyarat asap kami Pak!”

Sang kapten kapal, dengan agak kebingungan, bertanya kepada pemuda tersebut, “Bagaimana kamu tahu kalau di dekat pulau ini sedang ada holikopter yang melintas? Sejak kapan kamu menaikkan isyarat asap?” Sang pemuda, dengan tenang menjawab, “Saya menaikkan isyarat asap sejak hari pertama kita terdampar di pulau ini Pak. Saya tidak tahu kalau hari ini sedang ada holikopter yang melintas. Yang saya tahu bahwa setiap hari saya harus terus berusaha menaikkan isyarat asap, supaya sewaktu-waktu kalau holikopter melintas mereka bisa melihat kita.”

Itulah gambaran iman. Bukan hanya sekadar ada kebutuhan. Tetapi kepercayaan yang diwujudnyatakan dalam tindakan.


Baca juga:
Iman yang Berani
Meminta Percaya Menerima
Jaminan bagi Yang Memberi
Kuasa Persembahan Persepuluhan
Janji Keselamatan Tuhan

Sabtu, 16 Maret 2013

Iman yang Berani

Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui. Ibrani 11:8


Iman Abraham
Iman Abraham
Dalam sebuah uji coba keberanian, dikumpulkan 12 orang dalam sebuah ruangan gelap dengan penerangan yang sangat minimal. Ketua tim uji coba menunjukkan kepada ke-12 orang ini bahwa di depan mereka, di seberang kolam, ada sebuah medali yang terbuat dari emas murni. Untuk mendapatkannya mereka harus melewati jembatan gantung. Jika gagal dan jatuh ke bawah, tim akan siap menolong mereka. Kemudian ia bertanya kepada mereka, “Siapa yang berani mencoba lebih dahulu?” Mereka saling berbisik dan berdiskusi, namun tidak ada yang berani mengajukan diri. Maka ketua tim bertanya kembali, “Ayo, siapa yang berani mencoba?” 

Tiba-tiba seorang dari mereka maju dan langsung mencoba. Dengan berani dan hati-hati ia meniti jembatan tersebut. Akhirnya ia berhasil mencapai ujung jembatan dan dengan bangga menunjukkan medali emas yang kini berhak dimilikinya.

Setelah itu ketua tim mencoba menghidupkan beberapa lampu. Ia membawa para peserta mendekat ke kolam tersebut. Ternyata di bawah jembatan itu tl digantung jaring transparan yang kuat menahan beban sampai 50 orang. Hanya yang memiliki iman yang berani yang akhirnya bisa mendapatkan medali emas.
Demikian juga  kalau kita memiliki iman yang berani di dalam Tuhan. Iman yang berani itu pasti akan menghasilkan perkara-perkara yang hebat. Mengapa? Sebab iman yang berani meliputi kepercayaan penuh untuk berani melangkah sesuai dengan petunjuk Tuhan, meskipun belum bisa melihat apa yang nantinya akan terjadi. Iman yang berani, berarti percaya dengan teguh bahwa Firman Tuhan itu “ya dan amin” dan pasti terjadi.

Iman yang berani adalah iman yang tidak melihat situasi, kondisi, atau bertanya permasalahan yang sedang dihadapi, tetapi sepenuhnya melihat kepada Pribadi yang sudah berjanji dan pasti akan menggenapinya. Lihatlah kisah Abraham dalam ayat kutipan di atas. Dikatakan bahwa Abraham berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju. Ini adalah sebuah tindakan iman yang berani. Abraham sendiri tidak tahu ke mana ia akan pergi. Yang ia tahu hanyalah bahwa Tuhan menyuruhnya untuk pergi, dan ia percaya kepada perintah Tuhan itu. Itulah iman yang berani. Itulah iman yang menyentuh hati Tuhan. Itulah sebabnya Abraham mengalami hidup yang sangat diberkati Tuhan melimpah-limpah sampai kepada keturunannya.


Baca juga:
Meminta Percaya Menerima
Jaminan bagi Yang Memberi
Kuasa Persembahan Persepuluhan
Janji Keselamatan Tuhan

 

 

 


Jumat, 15 Maret 2013

Pelayanan Menurut Tuntunan YAHWE

Kisah Para Rasul 12:24-13:12

Baca bagian sebelumnya!

Firman Tuhan semakin tersebar dan makin banyak didengar orang (Kis 12:24) oleh karena pewartaan pewartaan dan pelayaan para anggota jemaat pertama dan kesaksian mereka. Disebutkan bahwa dalam jemaat ada beberapa nabi dan pengajar. Dalam Pasal 13 disebutkan bahwa di Anthiokia sendiri ada beberapa nabi dan pengajar, meskipun tidak dirinci siapa yang nabi siapa yang pengajar: Barnabas dan Simeon yang disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem yang diasuh bersama dengan raja wilayah Herodes dan Saulus. Menarik untuk dicatat bahwa salah seorang nabi atau pengajar itu adalah teman raja wilayah Herodes. Jadi pewartaan jemaat pertama menyentuh juga kalangan atas, teman sepengasuhan raja.

Paulus menghardik Baryesus
Paulus menghardik Baryesus
Ayat 2 pasal 13 disebutkan juga dan diulang kembali bahwa jemaat itu beribadah dan berpuasa. Ibadah dan puasa adalah salah satu gaya hidup jemaat pertama. Salah satu dampaknya adalah hubungan yang erat dengan Roh Kudus dan kehidupan jemaat selalu dituntun oleh Roh Kudus. Saat itu pula Roh Kudus menuntun mereka agar Barnabas dan Saulus dikhususkan bagi tugas yang sudah ditentukan oleh Bapa YAHWE. Dan sesudah mereka mendapat tuntunan itupun Kitab Suci mencatat bahwa mereka masih berpuasa dan berdoa kembali (ayat 3) dan setelah mereka meletakkan tangan atas dua orang itu, mereka membiarkan keduanya pergi. Sebuah teladan hidup menggereja yang amat baik: berdoa dan berpuasa untuk tugas misi khusus anggota jemaat dan mereka semua membekali misionaris itu dengan “meletakkan tangan” sebelum utusan itu berangkat pergi.

Tujuan kepergian Barnabas dan Saulus pun ditentukan oleh Roh Kudus (ayat 4). Dicatat bahwa keduanya dibantu oleh Yohanes (ayat 5). Dan dalam kisah selanjutnya ditunjukkan bagaimana tugas penginjilan berhadapan dengan kekuatan kegelapan yang berusaha menghalang-halangi orang untuk mengenal YAHWE, Tuhan yang benar. Di Pafos Barnabas dan Saulus, yang juga disebut Paulus (untuk pertama kalinya Saulus disebut dengan Paulus - ayat 9) dituntun untuk menginjili gubernur. Namun roh jahat, lewat tukang sihir yang bernama Baryesus, atau yang disebut Elimas, berusaha menghalang-halangi agar gubernur mereka agar gubernur itu tidak sampai beriman kepada YAHWE. Dikatakan bahwa Baryesus ini adalah kawan gubernur tersebut, Sergius Paulus. Tentu saja karena ia teman pasti memiliki pengaruh yang besar dan bisa benar-benar menjadi penghalang bagi Barnabas dan Paulus untuk mengenalkan Yeshua kepada gubernur.

Namun di sini kita melihat bagaimana orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh dan bergaul akrab dengan YAHWE menang berhadapan dengan musuh. Penuh dengan Roh Kudus (ayat 9), Paulus menelanjangi kerja iblis yang penuh dengan tipu muslihat dan kejahatan dan oleh kuasa Roh Kudus Paulus menimpakan kebutaan sementara pada Baryesus. Roh Kudus membuat pekerjaan Paulus dan Barnabas menjadi berhasil dengan menyatakan pekerjaan ajaib di hadapan gubernur. Melihat kuasa yang menyertai Paulus, gubernur menjadi percaya dan takjub akan ajaran YAHWE (ayat 12).

Dari penggalan kisah perjalanan Barnabas dan Paulus ini kita bisa belajar:
1. Pentingnya doa dan puasa dalam kehidupan jemaat. Doa dan puasa menjadi praktik hidup sehari-hari dan hal itu membuat hubungan jemaat dengan YAHWE menjadi intim.
2. Hubungan yang intim dengan YAHWE membuat mereka peka dengan tuntungan YAHWE melalui Roh Kudus-Nya.
3. Hubungan yang intim dengan YAHWE membuat Barnabas dan Paulus mengetahui isi hati YAHWE sehingga Paulus tahu apa yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan musuh. Paulus dimampukan YAHWE untuk melakukan nubuat dan diberi kuasa untuk melakukan pekerjaan ajaib termasuk untuk menghajar musuh.
4. Hubungan yang intim dengan YAHWE dan ketaatan dengan YAHWE membuat setiap pekerjaan nabi dan pengajar menjadi berhasil.

Baca bagian selanjutnya.

Baca juga:
Keterlibatan YAHWE dalam Penginjilan Jemaat Mula-Mula
Karya Roh Kudus Tidak Terkungkung Oleh Tradisi dan Hukum
Hubungan yang Intim dengan YAHWE di dalam Pelayanan
Ketaatan kepada YAHWE vs. Pemimpin
Roh Kudus Menjadi Daya Penggerak Gaya Hidup Jemaat Perdana