Tampilkan postingan dengan label nama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nama. Tampilkan semua postingan

Jumat, 31 Desember 2010

Kepastian Keselamatan dan Keberanian Bersaksi

Kisah 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." 
13 Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus. 
14 Tetapi karena mereka melihat orang yang disembuhkan itu berdiri di samping kedua rasul itu, mereka tidak dapat mengatakan apa-apa untuk membantahnya. 

Ada 3 hal yang kupelajari dari Kisah di atas.

1. Bahwa di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya manusia dapat diselamatkan. Dari sini jelas, bahwa manusia bisa selamat hanya dengan satu cara: percaya dan menerima Yesus. Sekalipun dunia memberikan berbagai-bagai tawaran yang kelihatannya meyakinkan, yang kadang membuat iman kita goyah, dengan tanda-tanda yang kelihatannya mengagumkan, kebenaran ini tetap sama dan tidak tergoyahkan: hanya ada satu jalan keselamatan. Ya, hanya ada satu jalan pasti menuju keselamatan. Sekalipun di sana sini ada tawaran pandangan dunia dan cara hidup yang juga kelihatan baik dan mulia, memberikan kedamaian, membawa kepada kesejahteraan, meningkatkan taraf kesehatan dan lain-lain, namun hanya dalam Yesus atau Yahshua-lah keselamatan diberikan.

2. Sidang saat itu heran akan keberanian Petrus dan Yohanes, yang meskipun mereka itu orang biasa, tetapi berani mengajar dan bersaksi. Dan dicatat bahwa keberanian mereka itu dikaitkan dengan status mereka sebagai murid Yesus.
Dari sini, saya belajar bahwa, sebagai murid Yesus, adalah dampak yang normal dan wajar kalau kita pun harus sampai dikenal status kita sebagai murid Yesus melalui keberanian kita untuk bersaksi, melalui perubahan yang kita tunjukkan sebagai manusia biasa, bahkan mungkin tidak terpelajar, tetapi berani mengajar dan bersaksi. Perkenalan akan Yesus, keintiman hubungan dengan Yesus, membuat kita berubah, menjadi berhikmat, menjadi cakap berkata-kata, menjadi berani, menjadi saksi.

3. Keberanian dan kepandaian berkat hubungan intim dengan Yesus dikuatkan lagi oleh bukti mukjizat sehingga lengkaplah "senjata" Petrus dan Yohanes dalam mewartakan satu-satunya jalan keselamatan. Mereka tidak berani mengatakan apa-apa karena orang yang disembuhkan itu berdiri di sana.

Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pengenalan akan Yesus membuat kita berani untuk bersaksi, membuat kita berhikmat untuk menyampaikan kata-kata yang tepat dan meyakinkan, dan membuat kita bisa dipakai Tuhan untuk mengerjakan mukjizat yang membuat pewartaan kita tak terbantahkan.

Kamis, 30 Desember 2010

Arti Sebuah Nama

Pikirkan nama Anda! Nama memiliki dan mengandung makna yang sedemikian penting, bukan? Sebuah nama diberikan oleh orang tua dengan seluruh dan segenap harapan mereka akan kehidupan dan masa depan anaknya.

Nah, bayangkan, jika seandainya orang tua Anda memberi Anda nama, KESAKITAN atau SAKIT-SAKITAN!  Kira-kira bagaimana perasaan Anda dan bagaimana kehidupan Anda akan berlangsung. Bayangkan, ketika Anda harus menghadapi setiap pertanyaan orang yang pertama kali Anda temui, “Siapa nama Anda?” dan Anda harus menjawab “Sakit-sakitan!” “Hah?!”

Nama adalah sebuah cara untuk memberi label kepada sesuatu atau seseorang yang kurang lebih menggambarkan sifat atau hakekat dari sesuatu atau seseorang itu. Dalam sepanjang kehidupan seseorang, akan selalu ada pelabelan yang terjadi.  Sewaktu kecil ketika Anda berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan orang lain, atau membuat sedikit kesalahan, bisa-bisa Anda akan menerima label, “Nakal!” Ketika kita mulai sekolah, mungkin saja kita menerima label “Bodoh!” Dan ada saatnya ketika label “Pemalas!”, “Pembohong!”, “Pengecut !” “Pembawa sial!”, “Jelek!”, dst muncul di dalam kehidupan seseorang.

Label atau nama bisa sangat berpengaruh kepada kehidupan seseorang yang kepadanya label itu diberikan. Label bahkan bisa menentukan nasib orang yang menerimanya ke arah kondisi yang terkandung di dalam makna label itu. Label bisa menjadi kutuk. Sebaliknya, label yang baik bisa mendatangkan berkah.

Label tidak harus datang secara verbal dari mulut seseorang yang diarahkan kepada kita. Tidak jarang kita memberi label kepada diri kita sendiri, bisa jadi karena situasi yang selalu menyertai kehidupan kita, atau pengalaman-pengalaman yang beruntun dan berulang yang menimpa kehidupan kita. Tidak jarang orang merasa sudah nasibnya menjadi orang gagal, atau orang sial, atau orang miskin, dst, karena berulang kali orang tersebut mengalami hal yang sama. Pengalaman yang berulang atau kondisi yang tidak pernah berubah bisa membangun sistem kepercayaan orang yang bersangkutan, yang akan merugikan seandainya negatif, dan menguntungkan seandainya positif.

Seandainya Anda menerima label-label negatif, atau situasi-situasi berulang yang menyatakan kegagalan, apa yang harus kita perbuat?

1 Tawarikh 4:9-10
Yabes lebih dimuliakan dari pada saudara-saudaranya; nama Yabes itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya: “Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan.” Yabes berseru kepada Tuhan Israel, katanya: “Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku, dan melindungi aku dari pada malapetaka, sehingga kesakitan tidak menimpa aku!” Dan Tuhan mengabulkan permintaannya itu.

Luar biasa! Yabes yang sudah ditentukan nasibnya sebagai orang yang sakit-sakitan dengan diberi nama oleh ibunya sebagai kesakitan, berhasil mengubah hidupnya, diberkati berlimpah-limpah dan diperluaskan daerahnya, dilindungi dari malapetaka dan dihindarkan dari kesakitan. Yabes tidak hanya dihindarkan dari nasib namanya, kesakitan, tetapi lebih dari itu, dia juga diberi kelimpahan dan diberi kekuasan (diperluas daerahnya).

Apa sebenarnya yang dilakukan Yabes, untuk berubah dari kesakitan kepada kemuliaan?

1.       Yabes memilih hidup dalam keberkatan.

Memang dilahirkan dalam kesakitan, tetapi dia memilih hidup dalam keberkatan. Nama Yabes itu punya arti: kesakitan, penderitaan, dukacita. Dengan nama itu seolah-olah nasibnya sudah ditentukan sejak lahir untuk penuh dengan kesakitan, penderitaan, dan dukacita.

Bagaimana cara Yabes memilih keberkatan? Melalui perkataan. Amsal 18:21: Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.

Kesakitan Yabes juga dimulai dengan label, perkataan ibunya, terhadap dirinya. Meskipun label itu akan terus diulang-ulang setiap kali orang memanggilnya, dan bisa semakin memperkuat label tersebut dari hari ke hari, namun Yabes memilih untuk memperkatakan yang sebaliknya dan memilih untuk mendengarkan perkataan yang berpihak baik kepadanya, yakni keberkatan, kemuliaan. Yabes menggemakan hidup yang penuh berkat, penuh kemuliaan, penuh kesehatan, penuh dengan hal-hal yang baik.

2.       Nasib kita bisa berubah melalui doa.

Yabes berseru kepada Yahwe dalam doa dan Tuhan mengabulkan permintaannya itu, sehingga Alkitab mencatat: Yabes lebih dimuliaan daripada saudara-saudaranya.

Tuhan kita adalah Tuhan yang mengabulkan doa. Sebab itu berserulah dalam doa. Doa kita tidak sia-sia. Kadang jawaban doa langsung diberikan. Kadang kita harus menunggu sampai doa mendatangkan mukjizat. Tetaplah berdoa. 1 Tesalonika 5:17. Tetaplah berdoa.