Baca bagian sebelumnya!
Pada bagian sebelumnya, kita belajar bagaimana jemaat mula-mula menghayati kehidupan imannya sehari-hari. Salah satu yang menarik untuk dicatat adalah, banyak dari antara jemaat yang menjual harta miliknya, rumah dan tanahnya, dan menyerahkan hasil penjualan itu kepada para rasul untuk kemudian dibagikan kepada semua jemaat sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu contoh yang ditampilkan dalam Kitab Suci adalah Yusuf, yang disebut Barnabas, seorang Lewi, yang menjual ladang dan menyerahkan uangnya di depan kaki para rasul (Kis 4: 36-37). Nah, pada bagian selanjutnya, Kitab Suci mencatat praktik yang sama dari Ananias dan Safira. Tetapi kali ini, perbuatan luar biasa ini bukannya mendatangkan berkat, melainkan maut bagi pelakunya. Bayangkan, setelah mereka menjual harta miliknya, dan menyerahkan hasilnya kepada Petrus, sebagai imbalannya, YAHWE malah membunuh mereka. Berikut ini kutipannya:
5:1 Ada seorang lain yang bernama Ananias. Ia beserta isterinya Safira menjual sebidang tanah. 5:2 Dengan setahu isterinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lain dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul. 5:3 Tetapi Petrus berkata: "Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? 5:4 Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." 5:5 Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya. Maka sangatlah ketakutan semua orang yang mendengar hal itu. 5:6 Lalu datanglah beberapa orang muda; mereka mengapani mayat itu, mengusungnya ke luar dan pergi menguburnya. 5:7 Kira-kira tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, tetapi ia tidak tahu apa yang telah terjadi. 5:8 Kata Petrus kepadanya: "Katakanlah kepadaku, dengan harga sekiankah tanah itu kamu jual?" Jawab perempuan itu: "Betul sekian." 5:9 Kata Petrus: "Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Lihatlah, orang-orang yang baru mengubur suamimu berdiri di depan pintu dan mereka akan mengusung engkau juga ke luar." 5:10 Lalu rebahlah perempuan itu seketika itu juga di depan kaki Petrus dan putuslah nyawanya. Ketika orang-orang muda itu masuk, mereka mendapati dia sudah mati, lalu mereka mengusungnya ke luar dan menguburnya di samping suaminya. 5:11 Maka sangat ketakutanlah seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar hal itu.
Dari kisah ini, kita bisa belajar sebenarnya apa yang dikehendaki YAHWE di dalam hidup kekristenan kita, di dalam hidup menggereja kita. Apa yang dilakukan oleh sebagian anggota jemaat mula-mula, menjual harta milik dan menyerahkannya kepada para rasul untuk digunakan oleh semua jemaat, tentulah merupakan suatu hal yang sangat luar biasa. Manusia selalu menyukai hal-hal yang luar biasa, dan bermimpi bisa menjadi luar biasa, termasuk di dalam pelayanan rohani. Bayangkan, kalau di zaman ini ada orang yang mau menjual semua harta miliknya, kemudian menyerahkan hasilnya ke gereja untuk dipakai semua jemaat, tentu itu merupakan tindakan yang amat sangat baik dan luar biasa. Tetapi dalam kisah ini, hal luar biasa yang sama ini bukannya mendatangkan berkat, melainkan maut dan ketakutan. Mengapa?
Kalau kita cermati kisahnya, maut menimpa Ananias san Safira, bukan karena mereka tidak menyerahkan semua uang hasil penjualan sebidang tanahnya, melainkan karena sejak awal mereka memutuskan dan sepakat untuk melakukan dusta. Mereka ingin dianggap luar biasa, seperti Yusuf atau Barnabas dalam kisah sebelumnya. Jadi, nampaknya, itulah tujuan yang paling utama dari tindakan suami istri tersebut.
Mencari hormat, mencari pujian dari manuaia, bukanlah tindakan yang berkenan bagi YAHWE. Ananias dan Safira sudah membuktikan hal tersebut. Memberikan sumbangan atau persembahan yang besar untuk pelayanan gereja tentu merupakan hal yang amat sangat baik. Tetapi hal itu mesti dilakukan bukan untuk mendatangkan pujian dari pimpinan gereja atau jemaat lainnya, namun karena dorongan Roh Kudus demi pelayanan gereja, datang dari hati yang tulus dan digerakkan oleh Roh Kudus.
Kisah Ananias dan Safira mestinya membantu kita untuk melihat kembali apa motivasi kita dalam melayani di gereja. Apakah pelayanan kita lakukan benar-benar karena dorongan Roh Kudus dan untuk menyenangkan hati YAHWE, ataukah hal itu kita lakukan karena pertimbangan-pertimbangan manusiawi: tidak enak karena yang lainnya sudah melayani, ingin menaikkan status sosial, ingin mendapatkan pengakuan, dll. Sebagaimana Ananias dan Safira, kita semestinya segera bertobat dan minta ampun kepada YAHWE seandainya kita mendapati diri kita sedang melayani karena alasan-alasan yang tidak tulus. Jangan sampai maut menimpa kita justru gara-gara pelayanan kita.
Baca bagian selanjutnya!
Baca juga:
Cara Hidup Jemaat Pertama: Semua Milik Semua
Cara Hidup Jemaat yang Pertama
Roh Kudus Menjadikan Hidup Kita Menjadi Berkat bagi Orang Lain
Nilai Strategis Mukjizat dalam Penginjilan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar