Senin, 09 Mei 2011

Apa warisan terpenting untuk anak cucu?


Warisan Terpenting
Pernahkah kita bertanya kepada diri sendiri: Apakah warisan paling berharga yang ingin kita wariskan kepada anak cucu kita? Kekayaankah? Kepandaiankah? Ilmu? Pendidikan yang tinggi? Keterampilan untuk bertahan dan menang dalam persaingan dunia atau life skill? atau dengan kata lain Kesuksesan?


Tak pelak lagi, sekarang ini, banyak "penemuan" dan "terobosan" dalam hampir semua bidang kehidupan bisa kita temui. NLP, nero-language-programming, yang telah "terbukti" mengantarkan banyak orang dari biasa-biasa saja menjadi bintang. Banyak yang berhasil "merubah" hidup dengan teknik-teknik NLP. Kemudian hipnotis juga sudah "berhasil" diterapkan hampir dalam semua bidang kehidupan.


Dan banyak sekali ajaran-ajaran untuk membuat orang semakin bahagia dan sukses yang belakangan ini bermunculan. Tentu kita tidak asing dengan istilah-istilah berikut ini: otak kanan, multiple intelligence, kecerdasan finansial, golden age atau masa usia keemasan, hukum tarik-menarik (the law of attraction), investasi emas, investasi dinar, dan yang lainnya.


Warisan Kepandaian
Semua itu muncul dan ada untuk menjawab kerinduan manusia: hidup lebih baik, lebih sukses, dan lebih bahagia dalam dunia sekarang ini yang penuh dengan persaingan dan tantangan. Dan hampir secara otomatis kita juga menginginkan anak-anak kita juga untuk sejak dini "siap" menghadapi hidup yang penuh tantangan. Sehingga kini bukan hal yang aneh kalau sejak bayi anak sudah disekolahkan. Juga dengan hasil penelitian terkini mengenai potensi dan hakikat otak manusia, orang mulai tahu bahwa anak-anak sejak bayi sudah bisa diajari untuk membaca, belajar bahasa asing, matematika, dst. Sehingga dikenallah istilah bayi membaca, bayi matematika. Prinsipnya: sejak dini anak harus mendapatkan yang terbaik demi masa depannya. Anak-anak harus optimal perkembangan otaknya, harus matang perkembangan afeksinya, dan seterusnya.


Tetapi sekali lagi pertanyaannya: Apa warisan terpenting yang akan kita tinggalkan untuk anak cucu kita?


Dalam menjawab ini, saya ingat akan hukum terutama dan pertama yang diberikan oleh Tuhan kita:



Matius 22:37 "Kasihilah Tuhan, Yahwemu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.


Ternyata Tuhan menghendaki bahwa kita mengutamakan Tuhan, Yahwe, agar kita mengasihi Tuhan Yahwe dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi. Kiranya ini pulalah yang semestinya kita wariskan kepada anak-anak kita. Yakni: warisan iman. Dan kita belajar bagaimana proses mewariskan iman ini terjadi dan dipuji oleh Paulus:
2 Timotius 1:5 Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.

Keluarga Timotius menjadi catatan penting bagi kita bahwa iman bisa diwariskan. Lois, nenek Timotius, mewariskan iman yang hidup kepada anaknya, Eunike, ibu Timotius, yang pada gilirannya mewariskannya kepada Timotius. Dan bagaimana menimbulkan iman itu kepada anak-anak kita?

Roma 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. 


Firman Yahwe menjadi kuncinya. Dan bagaimana kita mestinya memperlakukan Firman Yahwe itu? Yahwe memberikan petunjuk demikian:

Yohanes 15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. 15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

Kita harus melekat pada Pokok Anggur, pada Yesus, kita harus tinggal di dalam-Nya, dan membiarkan Firman-Nya tinggal di dalam kita. Bagaimana kita bisa membiarkan Firman-Nya tinggal di dalam diri kita?

Yosua 1:8 Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.


Hendaklah kita memperkatakan dan merenungkan Firman itu siang dan malam.Itulah yang dikehendaki Yesus, Yahwe, Tuhan kita, agar kita lakukan. Itu pulalah yang dkehendaki Yahwe agar kita wariskan kepada anak-anak kita. Dengan tegas Yahwe memerintahkan kita:

Amsal 29:17. Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
Efesus 6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.


Warisan Iman
Kita harus mendidik anak-anak kita dalam terang Firman Yahwe. Jadi kita tidak hanya disuruh untuk membekali anak-anak kita dengan segala kepandaian dan  keterampilan hidup. Namun terlebih-lebih agar kita mendidik anak-anak kita agar mereka mengenal Yahwe, agar mereka memiliki iman, dan mendidik mereka dalam ajaran dan nasihat Tuhan.


Dan sebagai buahnya: kita akan menikmati sukacita, ketenteraman (Amsal 29:17), anak-anak kita akan bertindak hati-hati untuk taat kepada perintah Yahwe, dan perjalanannya akan berhasil dan ia akan mendapatkan untung (Yosua 1:8). Anak-anak kita akan berbuah banyak karena melekat pada Pokok Anggur (Yohanes 15:5) dan apapun yang mereka minta, mereka akan menerimanya dari Bapa Yahwe (Yohanes 15:7).


Bukankah hal-hal seperti ini yang sebenarnya kita inginkan ketika kita berusaha seoptimal mungkin untuk membekali anak-anak kita dengan berbagai keahlian, keterampilan dan kepandaian: berhasil, beruntung, taat dan berbakti, sukses (berbuah banyak), membuat orang tua bangga dan tenteram? Kalau iya, maka sebenarnya Kitab Suci sudah memberikan petunjuk dan jalan kepada kita: Didiklah anak-anak kita dalam terang Firman Tuhan. Wariskanlah iman kepada mereka.


Jadi paradigma kita hendaklah berikut ini: Ajarlah anak-anak kita dengan pengenalan akan Yahwe, wariskanlah iman, sebelum yang lain.


Baca pula:
Hidup di dalam Dia
Merenungkan Firman Tuhan siang dan malam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar