Selasa, 02 Desember 2014

Bapa YAHWEH Sanggup Mengubah Setiap Mara Menjadi Elim dalam Hidupmu

Keluaran 15: 22-27
22    Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air.
23    Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.
24    Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"
25    Musa berseru-seru kepada YAHWEH, dan YAHWEH menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan
YAHWEH ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah YAHWEH mencoba mereka,
26    firman-Nya: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara
YAHWEH, Elohimmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau."
27    Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu.


Setelah tiga hari tidak menemukan air, akhirnya bangsa Israel menemukan air, tetapi air itu pahit dan tidak bisa diminum. Terhadap kenyataan itu ada 2 (dua) macam reaksi yang tercatat di sini. Pertama, bangsa Israel bersungut-sungut. Kedua, reaksi Musa yang berseru kepada Bapa YAHWEH.

Dalam kehidupan ini, kita juga sering menemukan air pahit. Reaksi kita terhadap air pahit ternyata sangat menentukan kelanjutan kisahnya. Seruan Musa kepada Bapak YAHWEH akhirnya mengantar bangsa itu ke Elim, di mana terdapat dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma.

Dari sini kita belajar bahwa ketika berhadapan dengan air yang pahit, hendaknya kita melihat hal itu sebagai peluang bagi Bapa YAHWEH untuk mengubah kepahitan itu menjadi manis. Ketika bertemu dengan air pahit, atau Mara, sebenarnya YAHWEH sudah menyediakan air manis, atau Elim untuk kita.

Ketika menemukan air pahit, jangan sampai hati kita juga ikut menjadi pahit, seperti yang dilakukan bangsa Israel dengan bersungut-sungut. Sebagaimana ditegaskan dalam Amsal 4:23: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Sekalipun menghadapi kepahitan, hendaknya kita tetap menjaga hati. Seperti juga ditegaskan dalam Habakuk 3:17-18:
Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Elohimku yang menyelamatkan aku.

Bapa YAHWEH tidak menghendaki anak-anak-Nya bersungut-sungut. Efesus 4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. 

Ketika menemukan sebuah situasi hidup yang pahit, seperti Musa, hendaknya kita berseru kepada Bapa. Tetap percaya bahwa Bapa selalu memberi yang terbaik. Lihat situasi itu sebagai kesempatan di mana Bapa akan mengubah kepahitan itu menjadi sesuatu yang manis. 

Jangan biarkan kepahitan itu juga memahitkan hati, dan tetap bersyukur kepada Bapa, sebagaimana diserukan dalam Habakuk 3:17-18. Tetap pegang teguh janji Bapa karena Dia akan mengirimkan "sepotong kayu" untuk mengubah yang pahit menjadi manis. 

Ketika menghadapi yang pahit, kita hanya perlu berseru kepada Bapa dan meminta Dia untuk mengirimkan "sepotong kayu" yang akan mengubah segalanya menjadi baik. Bahkan tidak hanya itu, Bapa sanggup tidak hanya mengubah yang pahit menjadi manis namun juga membawa kita dari Mara menuju Elim, dari kepahitan hidup kepada kelimpahan berkah 12 mata air yang melimpah.

Baca juga:
Mazmur 3: YAHWE Pasti Memberi Pertolongan
Tuhan Tergerakkan Ketika Kita Menyentuh Hati-Nya
Yeshua Gembala yang Baik
Menjadi Domba yang Baik

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar